***Nia diam saja sejak pulang dari rumah sakit. Setelah apa yang dikatakan Sarah tadi di rumah sakit, Nia hanya menyimpan rasa sakitnya. Dia menatap putrinya, hanya ada senyuman di wajah cantik itu. Nia tahu kalau Maha selalu pandai menyembunyikan lukanya dengan rapat.“Bu, jangan banyak pikiran, ya! Apa yang tadi Nyai Sarah katakan, jangan diambil hati,” kata Maha tersenyum.Nia menghela napas panjang, dia pasti terluka karena Sarah menghina putrinya di depan matanya langsung. Entah ucapan yang seperti apa yang dikatakan Sarah pada Maha, jika putrinya itu sedang sendirian.“Nak, apa Nyai Sarah selalu menghinamu?” tanya Nia dengan suara yang tercekat.Maha hanya tersenyum dan langsung memeluk ibunya dengan singkat. “Maha itu sudah terbiasa dengan hinaan sejak dulu, jadi semua yang orang katakan pada Maha, meski itu ucapan yang buruk sekalipun, ucapan itu tidak akan membuat Maha terluka. Ibu juga tahu kan bagaimana kua
***“Mas, kenapa malah minta ketemu di sini?” tanya Maha. Dia langsung pergi ke salah satu cafe yang sudah Zayn tentukan. Wanita itu terkejut saat Zayn menghubunginya dengan suata serak, dia merasa ada kesedihan yang tersirat di nada suara suaminya itu.“Karena ini yang paling dekat dari rumah sakit dan juga Mas mau minta maaf dengan semua yang telah umma katakan di rumah sakit,” balas Zayn.Maha tersenyum. “Kan aku sudah bilang kalau ini sudah resiko untukku yang dulu mau jadi yang kedua, jadi apapun yang orang lain katakan, aku harus menerimanya.”Zayn menggelengkan kepalanya. “Tidak, Maha. Mas lah yang bertanggung jawab atas dirimu, jika kamu terluka, Mas juga sakit.”Maha terkejut dengan ucapan Zayn. Dia menatap netra pria itu dan sorotnya itu menyiratkan rasa tulus dan tatapan itu sangat lembut. Hati Maha mendesir, dia merasa ada kebahagiaan yang mungkin akan menyapanya.Zayn tersenyum, di
***“Kenapa kita ke sini, Mas?” tanya Maha. Dia menatap suaminya yang sibuk memilih beberapa gamis. Zayn hanya tersenyum dan menunjukan gamis berwarna hitam berpayet. “Gimana ini cantik?” tanyanya.Maha tertegun, dia langsung tersadar saat Zayn bertanya padanya. Dia berpikir kalau Zayn ingin membelikan gamis itu pada Alysa karena model gamis itu memang yang selalu dipakai oleh Alysa.“Cantik, Mas. Tapi, bagaimana kalau modelnya diganti? Yang ini terlalu biasa dan juga agak ketinggalan zaman,” balas Maha blak-blakan. Dia paham kalau Zayn mungkin mau memberi hadiah ulang tahun pada kakak madunya itu karena ulang tahun Alysa tersisa kurang dari satu bulan.Zayn tertegun, dia melihat gamis yang ada di tangannya. ‘Apa memang ini ketinggalan zaman? Jadi, yang selalu kupilihkan untuk Alysa itu tidak bagus?’ batinnya.“Mas, kalau untuk hadiah jangan yang sudah biasa, Mas harus pilih yang lebih
***Maha sedikit gugup karena hari ini adalah pembukaan dari cafe miliknya. Dia terus saja menatap suaminya yang dari tadi terus memberi semangat. Zayn bahkan tak segan-segan mengatur ulang dekorasi dan juga menatanya. Maha terharu dengan tindakan Zayn yang tanpa dia minta.Intan yang ada di sisi Maha dari tadi hanya menghela napas panjang. Dia sebenarnya masih tidak setuju dengan keputusan sahabatnya, namun hari ini dia melihat ada kebahagiaan di sorot mata Maha hanya karena ada Zayn yang ada di sisinya. Intan pun mau tak mau harus menerima apapun yang Maha putuskan, baginya yang terpenting Maha tidak terluka lagi. Dia hanya ingin sahabatnya dicintai dengan layak dan juga bisa merasakan bahagia.Cafe itu diberi nama Amour Cafe dan juga bernuansa minimalis, cafe yang diperuntukkan untuk orang-orang yang terlalu sibuk dan ingin mendapatkan ketenangan. Dekorasi Cafe Amour pun sangat kental dengan nuansa alam dengan paparan tumbuhan hijau. Nila pl
***Dua minggu berlalu dengan cepat. Maha sangat sibuk dengan Cafe Amour dan juga dia sudah pindah dari rumah yang Alysa berikan padanya dan Nia. Saat ini Maha sudah mendapatkan izin dari Alysa.Awalnya Alysa menolak saat Maha dan Nia memutuskan untuk mengontrak dekat dengan tempat usahanya, namun saat Nia menjelaskan alasan kalau jarak dari rumah sakit ke rumahnya saat ini hanya jalan kaki membuat Alysa akhirnya menerima keputusan itu walau berat hati dan juga yang membuatnya sangat berat karena Maha jarang tinggal bersamanya, alasannya karena Maha harus menjaga Nia. Alysa merasa Maha semakin menjaga jarak darinya dan membuatnya merasa kesepian.“Mas, nanti mau mampir ke caffe-nya Maha?” tanya Alysa.“Mas mau ke luar kota, Sayang. Mau ngurus cabang baru di sana,” balas Zayn. “Ada apa?”Alysa tersenyum tipis. “Mas nggak kangen sama Maha?”Zayn terdiam, jawaban terbaik untuknya sa
***“Sudah lama kita nggak pernah bicara seperti ini, Maha. Mbak merasa kamu jauh saat ini,” ucap Alysa. Dia tersenyum singkat melihat Maha yang akhirnya datang ke rumah sakit saat tahu dia dirawat.“Maafkan aku, Mbak. Aku tidak ada niatan untuk sengaja menjauh dari Mbak karena saat ini aku sama Intan yang mengurus caffe. Kami belum mampu membayar pegawai, jadi semuanya kami yang handle, terkadang ibu juga membantu,” kata Maha. Dia merasa bersalah karena melihat wajah muram Alysa.“Kalau Mbak nggak dirawat begini, apa kamu mau ketemu sama Mbak?”“Maaf, Mbak. Aku sangat sedih mendengar kalau semalam Mbak pingsan, aku minta maaf karena abai dengan perasaanmu. Aku memang agak kewalahan dan juga kesehatan ibu akhir-akhir ini memburuk, jadi aku harus bolak-balik dari caffe ke rumah untuk melihat kondisi ibu.”Alysa tersentak dengan apa yang Maha katakan, dia tidak tahu kalau kondisi keseh
***Rayhan terdiam beberapa detik dan dia pun setengah tertawa. “Aku hanya asal bicara karena melihatnya seperti menjaga jarak dari para pelanggan pria yang mencoba menggodanya. Aku pikir mungkin dia sudah punya kekasih sampai dia tidak peduli dengan para pria yang meminta kontaknya,” ucap Rayhan menjelaskan, “Dan kalau dia masih sendiri, aku bisa mengenalkannya pada beberapa kenalanku.”Intan akhirnya bisa bernapas lega, tapi dia tidak mungkin memberitahukan pada orang lain dengan status Maha saat ini, apalagi Maha adalah istri kedua, orang-orang pasti akan melabeli Maha sebagai wanita perebut ataupun pelakor.“Tapi kamu sendiri bagaimana? Apa kamu masih sendiri?” tanya Rayhan lagi mencoba mengubah pembahasan.Intan akhirnya tersenyum lebar dengan pertanyaan pria itu. “Aku masih sendiri saat ini, para pria enggan mendekatiku karena aku terlalu galak dan ribet. Aku memang wanita yang menyedihkan, belum saja memula
***Maha merasa sebagian dunianya hancur saat tahu kalau ibunya di diagnosa penyakit kanker paru-paru stadium 4. Maha hanya bisa tertunduk lemas tiga hari terakhir ini. Dia saat ini berada di rumah sakit karena Nia harus dirawat karena kondisinya memburuk.Maha pun tak memperhatikan dirinya sampai dia tidak mengabari Zayn maupun Alysa. Pikirannya linglung dan hatinya kosong. Dia hanya ditemani oleh Rayhan yang memang bertanggung jawab atas ibunya. Rayhan selalu di sisi wanita itu dan selalu menghiburnya.“Maha... “Maha menoleh ke arah sumber suara dan tersenyum tipis melihat Rayhan yang muncul.“Makanlah, Maha. Kamu belum makan, jangan sampai daya tahan tubuhmu lemah karena kamu tidak mau makan,” ucap Rayhan. “Bagaimana kalau kita makan dulu di kantin?”“Takut ibu nanti bangun, kalau ibu nyari aku, nanti bagaimana?” tanya Maha dengan suara yang lemah.“Ada nu
***Sepuluh tahun berlalu. Kota Tarim terasa sangat menenangkan. Di sana dikenal dengan kota para nabi. Kota yang dikenal penduduknya sangat mencintai para nabi. Dan para wanita di Tarim sering dijuluki bidadarinya bumi. Aurat mereka terjaga dalam balutan jubah-jubah berwarna hitam gelap.Kota Tarim adalah impian semua umat muslim yang tahu akan keisimewaan kota itu dan konon siapapun yang menginjakan kaki di sana akan dibuat jatuh cinta dan enggan meninggalkannya, termasuk seorang wanita berusia 33 tahun bernama Rubiah Zahra. Wanita itu terlalu jatuh cinta dengan Tarim dan kebahagiaannya ada di kota ini. Rubiah seperti menemukan apa arti hidup, apa cinta, apa kasih sayang, dan bagaimana itu bahagia.Dengan langkah kaki yang cepat, wanita yang memakai cadar dan jubah hitam itu langsung menemui sahabat baiknya yang sama-sama berasal dari Indonesia. Rubiah selalu mendapatkan informasi tentang keluarganya dari wanita yang bernama Aisyah.“Assalamualaikum, Aisyah. Maaf, tadi aku sedang me
***Saat ini Faiz sudah berusia delapan bulan. Bayi mungil itu tumbuh dengan lucu dan sehat. Pada akhirnya Maha tinggal satu atap dengan Alysa, dan tentu saja selalu ada Sarah yang berkunjung dan menyindirnya. Meski Alysa dan Zayn selalu berusaha melindungi Maha, tapi luka itu tetap basah dan ucapan Sarah selalu terekam dalam ingatan Maha. Sebutan Sarah padanya membuat Maha merasa memang dia sudah tidak bisa melanjutkan mahligai rumah tangga bersama Zayn. Ditambah Faiz selalu saja dibawa Alysa dan Sarah. Maha hanya memeluknya saat Faiz ingin tidur seperti dia adalah ibu susunya. Hati ibu mana yang tidak sakit saat diam-diam dijauhkan dari sang buah hati. Setelah Alysa sembuh karena penyakit ginjalnya, wanita itulah yang selalu merawat Faiz. Bahkan tak jarang selalu dibawa pergi tanpa membawanya.Maha pasrah, dia memang sudah lelah dan mengalah. Dia tahu kalau semuanya sudah patah dan cinta yang patah itu tidak akan menyatu dengan utuh. Meski merasa berat hati, Maha harus melepaskan se
Yang patah tidak selamanya akan tumbuh dan yang hilang tidak semuanya akan terganti.***Setelah kepergian Nia, hidup Maha berubah. Dia kehilangan salah satu sayapnya, kehilangan separuh jiwanya. Maha merasa dunia ini tidak berlaku adil padanya. Merasakan bahagia hanya sejenak. Maha tidak mempunyai siapapun untuknya tempat bersandar. Dia merasa jatuh dan butuh seseorang untuk memeluknya, namun Zayn... suaminya itu terlalu sibuk dengan Alysa. Bahkan sikap Zayn itu membuat Maha akhirnya harus melahirkan secara sectio karena pecah ketuban terlebih dahulu dan juga Maha kondisi kesehatannya menurun.Maha keberatan saat Zayn memintanya untuk tinggal satu atap dengan Alysa. Alasannya tentu saja dia masih dalam keadaan yang linglung. Hartanya satu-satunya pergi saat dia sedang butuh pegangan, hanya ibunya lah yang selalu ada di sisinya, selalu membelanya dan menganggap dirinya berharga. Saat dia harus kehilangan Nia untuk selama-lamanya, bagaimana bisa hatinya yang patah utuh kembali?Maha pu
***Setelah kejadian yang mencengkam itu. Maha selalu dipojokkan, bahkan dibenci. Maha disebut sebagai wanita yang gatal, wanita penggoda dan juga pembawa bencana. Maha yang sedang hamil, terguncang saat semuanya menyalahkannya, bahkan sikap Zayn pun sedikit berubah padanya. Di dunia suaminya itu seolah-olah dia sudah tenggelam. Zayn hanya sesekali datang mengunjungi rumahnya dan menanyakan kabar kehamilannya. Zayn bahkan selalu terburu-buru pergi dan tak menginap di rumah karena alasan kondisi Alysa yang kurang stabil dan istri pertamanya itu membutuhkan dia daripada Maha yang sedang hamil.Rayhan... atas perbuatannya itu, pria itu akhirnya masuk ke penjara karena Raka tidak berniat berdamai dengan pria itu. Sedangkan Raka yang sempat kritis, akhirnya sudah pulih kembali dan sampai saat ini Maha tidak berani mengunjunginya, bukan karena dia tidak tahu terima kasih karena Raka telah menyelamatkannya, dia hanya ingin menjaga hati semua orang, terlebih pandangan semua orang padanya sa
***“Mas, kamu sudah ketemu Maha dan bicara sama dia?” tanya Alysa.Zayn menggelengkan kepalanya. “Baru Mas telepon barusan dan Maha sedang ada di rumah sakit. Ibu lagi kemoterapi.”“Kenapa Mas nggak nyusul ke sana? Maha lagi hamil muda, Mas. Kasihan kalau harus ngurus semuanya,” kata Alysa.“Kamu juga sedang sakit, Sayang. Lalu, siapa yang jaga kamu?”“Mas, aku tahu kalau kamu akhir-akhir ini sangat khawatir sama Maha. Aku juga tahu kamu pasti merasa serba salah karena posisimu saat ini sangat sulit. Kamu tidak mau membuat aku kecewa kalau kamu mengutamakan Maha. Tapi, aku tidak mempermasalahkannya, aku senang karena pada akhirnya harapan dan doa kita terkabul. Aku harap Mas menjaga Maha dengan baik, jangan buat dia lelah ataupun merasa kesepian. Mas harus selalu ada untuknya, jadi suami siaga.”“Nanti Mas ke rumah ibu setelah urusan di sini selesai. Kamu juga masih sakit, Ma
***“Maha, bagaimana perasaanmu?” tanya Alysa. Dia langsung menggenggam tangan Maha dan menatap adik madunya dengan khawatir.Maha masih belum sepenuhnya sadar, dia masih linglung dan merasa kepalanya agak berat.Melihat Maha yang tidak merespon pertanyaan darinya, Alysa tambah khawatir dan dia menatap ke arah Zayn, suaminya itu bahkan dari tadi hanya diam. Dia tahu kalau Zayn pasti sangat mengkhawatirkan kondisi Maha dan menyalahkan dirinya sendiri.“Mas... “ Alysa sengaja memberi kode pada suaminya untuk bertanya pada Maha.Zayn mendekat, dia membelai lembut puncak kepala Maha dengan perasaan yang rumit. “Maha, bagaimana perasaanmu? Apa kamu masih merasa pusing atau mual?”Maha langsung tersadar, dia ingat bahwa tadi dia ada di caffe-nya dan mendadak semuanya gelap. Apakah tadi dia tidak sadarkan diri?“Apa yang terjadi padaku? Apa tadi aku pingsan?” tanya Maha dengan volume suara yang
***Perkelahian yang terjadi diantara Rayhan dan Raka membuat Zayn tak senang. Dia juga terkejut saat mendapati Maha ada diantara keduanya. Lalu, dia menatap Raka dan Rayhan dengan tatapan tajam.“Ada apa dengan kalian yang bertingkah sok jagoan di sini? Apa kalian tidak menghormati pesantren ini dan Abi Yusuf?” tanyanya.“Maaf, Mas. Raka bukan dengan sengaja menodai acara sakral ini, maafkan Raka dan Raka berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” balas Raka.Rayhan hanya tersenyum sinis, dia mengelap sudut bibirnya yang terluka karena pukulan Raka yang keras.“Rayhan, apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa berkelahi seperti ini?” tanya Alysa dengan kecewa.“Harusnya Mbak tanyakan pada mereka berdua, khususnya Maha. Apa yang terjadi tadi, dia mungkin bisa menjelaskannya secara detail karena dialah penyebabnya,” balas Rayhan dengan sengaja. Dia menatap wanita itu sinis.Baik Alysa maupun Zay
***Kondisi Nia akhirnya mulai membaik dan dijadwalkan untuk menjalani kemoterapi. Wanita paruh baya itu sudah bisa kembali ke rumah. Maha hanya seorang diri yang mengurus semuanya. Sejak kejadian Rayhan mengutarakan perasaannya, sikap pria itu berubah dan Intan juga tak mau berbicara padanya. Wanita itu tidak pernah datang ke rumah sakit hanya untuk sekedar menemui Nia.Perasaan kehilangan itu membuat Maha merasa kosong. Intan, satu-satunya teman yang dia punya malah menjauh darinya hanya karena salah paham. Maha sudah berusaha menjelaskan semuanya, tapi Intan tak meresponnya sama sekali.“Intan kemana, Nak?” tanya Nia.“Intan masih sibuk jaga caffe, Bu. Kan nggak ada orang yang jaga hanya kami berdua saja,” balas Maha tersenyum.“Alhamdulillah ya, caffe kalian ramai terus. Semoga rezekinya barokah, ya.” Nia tersenyum.“Amin,” kata Maha. “Bu, sekarang Ibu istirahat dulu
***Sarah menghela napas panjang, dia menggelengkan kepalanya. “Umma ada perlu malam ini dan Alysa hanya dijaga sama Wulan. Kamu juga tahu kalau Alysa sakit asma, kalau asmanya kambuh bisa bahaya. Dia lebih butuh kamu daripada wanita ini!” hardiknya.Maha merasa bersalah, dia tersenyum melihat Zayn. “Benar, Mas. Mbak Alysa lebih membutuhkan Mas di sana. Aku di sini bisa jaga ibu, dan dokternya juga sangat membantu, jadi aku bisa mengandalkannya. Kesehatan Mbak Alysa lebih utama.”“Kamu tidak masalah nunggu ibu sendirian?” tanya Zayn.Maha mengangguk dan tersenyum untuk meyakinkan suaminya kalau dia tidak mempermasalahkannya.“Umma, nanti Zayn ke sana. Saat ini ada hal yang ingin Zayn bicarakan dengan Maha,” kata Zayn.Sarah hanya menatap Zayn dengan kesal. Dia langsung pergi tanpa banyak bicara.Zayn menatap istrinya itu dan tersenyum. “Maafkan Umma, ya. Umma pasti sedang kalut kar