***
“Kenapa kita ke sini, Mas?” tanya Maha. Dia menatap suaminya yang sibuk memilih beberapa gamis. Zayn hanya tersenyum dan menunjukan gamis berwarna hitam berpayet. “Gimana ini cantik?” tanyanya.
Maha tertegun, dia langsung tersadar saat Zayn bertanya padanya. Dia berpikir kalau Zayn ingin membelikan gamis itu pada Alysa karena model gamis itu memang yang selalu dipakai oleh Alysa.
“Cantik, Mas. Tapi, bagaimana kalau modelnya diganti? Yang ini terlalu biasa dan juga agak ketinggalan zaman,” balas Maha blak-blakan. Dia paham kalau Zayn mungkin mau memberi hadiah ulang tahun pada kakak madunya itu karena ulang tahun Alysa tersisa kurang dari satu bulan.
Zayn tertegun, dia melihat gamis yang ada di tangannya. ‘Apa memang ini ketinggalan zaman? Jadi, yang selalu kupilihkan untuk Alysa itu tidak bagus?’ batinnya.
“Mas, kalau untuk hadiah jangan yang sudah biasa, Mas harus pilih yang lebih
***Maha sedikit gugup karena hari ini adalah pembukaan dari cafe miliknya. Dia terus saja menatap suaminya yang dari tadi terus memberi semangat. Zayn bahkan tak segan-segan mengatur ulang dekorasi dan juga menatanya. Maha terharu dengan tindakan Zayn yang tanpa dia minta.Intan yang ada di sisi Maha dari tadi hanya menghela napas panjang. Dia sebenarnya masih tidak setuju dengan keputusan sahabatnya, namun hari ini dia melihat ada kebahagiaan di sorot mata Maha hanya karena ada Zayn yang ada di sisinya. Intan pun mau tak mau harus menerima apapun yang Maha putuskan, baginya yang terpenting Maha tidak terluka lagi. Dia hanya ingin sahabatnya dicintai dengan layak dan juga bisa merasakan bahagia.Cafe itu diberi nama Amour Cafe dan juga bernuansa minimalis, cafe yang diperuntukkan untuk orang-orang yang terlalu sibuk dan ingin mendapatkan ketenangan. Dekorasi Cafe Amour pun sangat kental dengan nuansa alam dengan paparan tumbuhan hijau. Nila pl
***Dua minggu berlalu dengan cepat. Maha sangat sibuk dengan Cafe Amour dan juga dia sudah pindah dari rumah yang Alysa berikan padanya dan Nia. Saat ini Maha sudah mendapatkan izin dari Alysa.Awalnya Alysa menolak saat Maha dan Nia memutuskan untuk mengontrak dekat dengan tempat usahanya, namun saat Nia menjelaskan alasan kalau jarak dari rumah sakit ke rumahnya saat ini hanya jalan kaki membuat Alysa akhirnya menerima keputusan itu walau berat hati dan juga yang membuatnya sangat berat karena Maha jarang tinggal bersamanya, alasannya karena Maha harus menjaga Nia. Alysa merasa Maha semakin menjaga jarak darinya dan membuatnya merasa kesepian.“Mas, nanti mau mampir ke caffe-nya Maha?” tanya Alysa.“Mas mau ke luar kota, Sayang. Mau ngurus cabang baru di sana,” balas Zayn. “Ada apa?”Alysa tersenyum tipis. “Mas nggak kangen sama Maha?”Zayn terdiam, jawaban terbaik untuknya sa
***“Sudah lama kita nggak pernah bicara seperti ini, Maha. Mbak merasa kamu jauh saat ini,” ucap Alysa. Dia tersenyum singkat melihat Maha yang akhirnya datang ke rumah sakit saat tahu dia dirawat.“Maafkan aku, Mbak. Aku tidak ada niatan untuk sengaja menjauh dari Mbak karena saat ini aku sama Intan yang mengurus caffe. Kami belum mampu membayar pegawai, jadi semuanya kami yang handle, terkadang ibu juga membantu,” kata Maha. Dia merasa bersalah karena melihat wajah muram Alysa.“Kalau Mbak nggak dirawat begini, apa kamu mau ketemu sama Mbak?”“Maaf, Mbak. Aku sangat sedih mendengar kalau semalam Mbak pingsan, aku minta maaf karena abai dengan perasaanmu. Aku memang agak kewalahan dan juga kesehatan ibu akhir-akhir ini memburuk, jadi aku harus bolak-balik dari caffe ke rumah untuk melihat kondisi ibu.”Alysa tersentak dengan apa yang Maha katakan, dia tidak tahu kalau kondisi keseh
***Rayhan terdiam beberapa detik dan dia pun setengah tertawa. “Aku hanya asal bicara karena melihatnya seperti menjaga jarak dari para pelanggan pria yang mencoba menggodanya. Aku pikir mungkin dia sudah punya kekasih sampai dia tidak peduli dengan para pria yang meminta kontaknya,” ucap Rayhan menjelaskan, “Dan kalau dia masih sendiri, aku bisa mengenalkannya pada beberapa kenalanku.”Intan akhirnya bisa bernapas lega, tapi dia tidak mungkin memberitahukan pada orang lain dengan status Maha saat ini, apalagi Maha adalah istri kedua, orang-orang pasti akan melabeli Maha sebagai wanita perebut ataupun pelakor.“Tapi kamu sendiri bagaimana? Apa kamu masih sendiri?” tanya Rayhan lagi mencoba mengubah pembahasan.Intan akhirnya tersenyum lebar dengan pertanyaan pria itu. “Aku masih sendiri saat ini, para pria enggan mendekatiku karena aku terlalu galak dan ribet. Aku memang wanita yang menyedihkan, belum saja memula
***Maha merasa sebagian dunianya hancur saat tahu kalau ibunya di diagnosa penyakit kanker paru-paru stadium 4. Maha hanya bisa tertunduk lemas tiga hari terakhir ini. Dia saat ini berada di rumah sakit karena Nia harus dirawat karena kondisinya memburuk.Maha pun tak memperhatikan dirinya sampai dia tidak mengabari Zayn maupun Alysa. Pikirannya linglung dan hatinya kosong. Dia hanya ditemani oleh Rayhan yang memang bertanggung jawab atas ibunya. Rayhan selalu di sisi wanita itu dan selalu menghiburnya.“Maha... “Maha menoleh ke arah sumber suara dan tersenyum tipis melihat Rayhan yang muncul.“Makanlah, Maha. Kamu belum makan, jangan sampai daya tahan tubuhmu lemah karena kamu tidak mau makan,” ucap Rayhan. “Bagaimana kalau kita makan dulu di kantin?”“Takut ibu nanti bangun, kalau ibu nyari aku, nanti bagaimana?” tanya Maha dengan suara yang lemah.“Ada nu
***Sarah menghela napas panjang, dia menggelengkan kepalanya. “Umma ada perlu malam ini dan Alysa hanya dijaga sama Wulan. Kamu juga tahu kalau Alysa sakit asma, kalau asmanya kambuh bisa bahaya. Dia lebih butuh kamu daripada wanita ini!” hardiknya.Maha merasa bersalah, dia tersenyum melihat Zayn. “Benar, Mas. Mbak Alysa lebih membutuhkan Mas di sana. Aku di sini bisa jaga ibu, dan dokternya juga sangat membantu, jadi aku bisa mengandalkannya. Kesehatan Mbak Alysa lebih utama.”“Kamu tidak masalah nunggu ibu sendirian?” tanya Zayn.Maha mengangguk dan tersenyum untuk meyakinkan suaminya kalau dia tidak mempermasalahkannya.“Umma, nanti Zayn ke sana. Saat ini ada hal yang ingin Zayn bicarakan dengan Maha,” kata Zayn.Sarah hanya menatap Zayn dengan kesal. Dia langsung pergi tanpa banyak bicara.Zayn menatap istrinya itu dan tersenyum. “Maafkan Umma, ya. Umma pasti sedang kalut kar
***Kondisi Nia akhirnya mulai membaik dan dijadwalkan untuk menjalani kemoterapi. Wanita paruh baya itu sudah bisa kembali ke rumah. Maha hanya seorang diri yang mengurus semuanya. Sejak kejadian Rayhan mengutarakan perasaannya, sikap pria itu berubah dan Intan juga tak mau berbicara padanya. Wanita itu tidak pernah datang ke rumah sakit hanya untuk sekedar menemui Nia.Perasaan kehilangan itu membuat Maha merasa kosong. Intan, satu-satunya teman yang dia punya malah menjauh darinya hanya karena salah paham. Maha sudah berusaha menjelaskan semuanya, tapi Intan tak meresponnya sama sekali.“Intan kemana, Nak?” tanya Nia.“Intan masih sibuk jaga caffe, Bu. Kan nggak ada orang yang jaga hanya kami berdua saja,” balas Maha tersenyum.“Alhamdulillah ya, caffe kalian ramai terus. Semoga rezekinya barokah, ya.” Nia tersenyum.“Amin,” kata Maha. “Bu, sekarang Ibu istirahat dulu
***Perkelahian yang terjadi diantara Rayhan dan Raka membuat Zayn tak senang. Dia juga terkejut saat mendapati Maha ada diantara keduanya. Lalu, dia menatap Raka dan Rayhan dengan tatapan tajam.“Ada apa dengan kalian yang bertingkah sok jagoan di sini? Apa kalian tidak menghormati pesantren ini dan Abi Yusuf?” tanyanya.“Maaf, Mas. Raka bukan dengan sengaja menodai acara sakral ini, maafkan Raka dan Raka berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” balas Raka.Rayhan hanya tersenyum sinis, dia mengelap sudut bibirnya yang terluka karena pukulan Raka yang keras.“Rayhan, apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa berkelahi seperti ini?” tanya Alysa dengan kecewa.“Harusnya Mbak tanyakan pada mereka berdua, khususnya Maha. Apa yang terjadi tadi, dia mungkin bisa menjelaskannya secara detail karena dialah penyebabnya,” balas Rayhan dengan sengaja. Dia menatap wanita itu sinis.Baik Alysa maupun Zay