***
“Sudah lama kita nggak pernah bicara seperti ini, Maha. Mbak merasa kamu jauh saat ini,” ucap Alysa. Dia tersenyum singkat melihat Maha yang akhirnya datang ke rumah sakit saat tahu dia dirawat.
“Maafkan aku, Mbak. Aku tidak ada niatan untuk sengaja menjauh dari Mbak karena saat ini aku sama Intan yang mengurus caffe. Kami belum mampu membayar pegawai, jadi semuanya kami yang handle, terkadang ibu juga membantu,” kata Maha. Dia merasa bersalah karena melihat wajah muram Alysa.
“Kalau Mbak nggak dirawat begini, apa kamu mau ketemu sama Mbak?”
“Maaf, Mbak. Aku sangat sedih mendengar kalau semalam Mbak pingsan, aku minta maaf karena abai dengan perasaanmu. Aku memang agak kewalahan dan juga kesehatan ibu akhir-akhir ini memburuk, jadi aku harus bolak-balik dari caffe ke rumah untuk melihat kondisi ibu.”
Alysa tersentak dengan apa yang Maha katakan, dia tidak tahu kalau kondisi keseh
***Rayhan terdiam beberapa detik dan dia pun setengah tertawa. “Aku hanya asal bicara karena melihatnya seperti menjaga jarak dari para pelanggan pria yang mencoba menggodanya. Aku pikir mungkin dia sudah punya kekasih sampai dia tidak peduli dengan para pria yang meminta kontaknya,” ucap Rayhan menjelaskan, “Dan kalau dia masih sendiri, aku bisa mengenalkannya pada beberapa kenalanku.”Intan akhirnya bisa bernapas lega, tapi dia tidak mungkin memberitahukan pada orang lain dengan status Maha saat ini, apalagi Maha adalah istri kedua, orang-orang pasti akan melabeli Maha sebagai wanita perebut ataupun pelakor.“Tapi kamu sendiri bagaimana? Apa kamu masih sendiri?” tanya Rayhan lagi mencoba mengubah pembahasan.Intan akhirnya tersenyum lebar dengan pertanyaan pria itu. “Aku masih sendiri saat ini, para pria enggan mendekatiku karena aku terlalu galak dan ribet. Aku memang wanita yang menyedihkan, belum saja memula
***Maha merasa sebagian dunianya hancur saat tahu kalau ibunya di diagnosa penyakit kanker paru-paru stadium 4. Maha hanya bisa tertunduk lemas tiga hari terakhir ini. Dia saat ini berada di rumah sakit karena Nia harus dirawat karena kondisinya memburuk.Maha pun tak memperhatikan dirinya sampai dia tidak mengabari Zayn maupun Alysa. Pikirannya linglung dan hatinya kosong. Dia hanya ditemani oleh Rayhan yang memang bertanggung jawab atas ibunya. Rayhan selalu di sisi wanita itu dan selalu menghiburnya.“Maha... “Maha menoleh ke arah sumber suara dan tersenyum tipis melihat Rayhan yang muncul.“Makanlah, Maha. Kamu belum makan, jangan sampai daya tahan tubuhmu lemah karena kamu tidak mau makan,” ucap Rayhan. “Bagaimana kalau kita makan dulu di kantin?”“Takut ibu nanti bangun, kalau ibu nyari aku, nanti bagaimana?” tanya Maha dengan suara yang lemah.“Ada nu
***Sarah menghela napas panjang, dia menggelengkan kepalanya. “Umma ada perlu malam ini dan Alysa hanya dijaga sama Wulan. Kamu juga tahu kalau Alysa sakit asma, kalau asmanya kambuh bisa bahaya. Dia lebih butuh kamu daripada wanita ini!” hardiknya.Maha merasa bersalah, dia tersenyum melihat Zayn. “Benar, Mas. Mbak Alysa lebih membutuhkan Mas di sana. Aku di sini bisa jaga ibu, dan dokternya juga sangat membantu, jadi aku bisa mengandalkannya. Kesehatan Mbak Alysa lebih utama.”“Kamu tidak masalah nunggu ibu sendirian?” tanya Zayn.Maha mengangguk dan tersenyum untuk meyakinkan suaminya kalau dia tidak mempermasalahkannya.“Umma, nanti Zayn ke sana. Saat ini ada hal yang ingin Zayn bicarakan dengan Maha,” kata Zayn.Sarah hanya menatap Zayn dengan kesal. Dia langsung pergi tanpa banyak bicara.Zayn menatap istrinya itu dan tersenyum. “Maafkan Umma, ya. Umma pasti sedang kalut kar
***Kondisi Nia akhirnya mulai membaik dan dijadwalkan untuk menjalani kemoterapi. Wanita paruh baya itu sudah bisa kembali ke rumah. Maha hanya seorang diri yang mengurus semuanya. Sejak kejadian Rayhan mengutarakan perasaannya, sikap pria itu berubah dan Intan juga tak mau berbicara padanya. Wanita itu tidak pernah datang ke rumah sakit hanya untuk sekedar menemui Nia.Perasaan kehilangan itu membuat Maha merasa kosong. Intan, satu-satunya teman yang dia punya malah menjauh darinya hanya karena salah paham. Maha sudah berusaha menjelaskan semuanya, tapi Intan tak meresponnya sama sekali.“Intan kemana, Nak?” tanya Nia.“Intan masih sibuk jaga caffe, Bu. Kan nggak ada orang yang jaga hanya kami berdua saja,” balas Maha tersenyum.“Alhamdulillah ya, caffe kalian ramai terus. Semoga rezekinya barokah, ya.” Nia tersenyum.“Amin,” kata Maha. “Bu, sekarang Ibu istirahat dulu
***Perkelahian yang terjadi diantara Rayhan dan Raka membuat Zayn tak senang. Dia juga terkejut saat mendapati Maha ada diantara keduanya. Lalu, dia menatap Raka dan Rayhan dengan tatapan tajam.“Ada apa dengan kalian yang bertingkah sok jagoan di sini? Apa kalian tidak menghormati pesantren ini dan Abi Yusuf?” tanyanya.“Maaf, Mas. Raka bukan dengan sengaja menodai acara sakral ini, maafkan Raka dan Raka berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” balas Raka.Rayhan hanya tersenyum sinis, dia mengelap sudut bibirnya yang terluka karena pukulan Raka yang keras.“Rayhan, apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa berkelahi seperti ini?” tanya Alysa dengan kecewa.“Harusnya Mbak tanyakan pada mereka berdua, khususnya Maha. Apa yang terjadi tadi, dia mungkin bisa menjelaskannya secara detail karena dialah penyebabnya,” balas Rayhan dengan sengaja. Dia menatap wanita itu sinis.Baik Alysa maupun Zay
***“Maha, bagaimana perasaanmu?” tanya Alysa. Dia langsung menggenggam tangan Maha dan menatap adik madunya dengan khawatir.Maha masih belum sepenuhnya sadar, dia masih linglung dan merasa kepalanya agak berat.Melihat Maha yang tidak merespon pertanyaan darinya, Alysa tambah khawatir dan dia menatap ke arah Zayn, suaminya itu bahkan dari tadi hanya diam. Dia tahu kalau Zayn pasti sangat mengkhawatirkan kondisi Maha dan menyalahkan dirinya sendiri.“Mas... “ Alysa sengaja memberi kode pada suaminya untuk bertanya pada Maha.Zayn mendekat, dia membelai lembut puncak kepala Maha dengan perasaan yang rumit. “Maha, bagaimana perasaanmu? Apa kamu masih merasa pusing atau mual?”Maha langsung tersadar, dia ingat bahwa tadi dia ada di caffe-nya dan mendadak semuanya gelap. Apakah tadi dia tidak sadarkan diri?“Apa yang terjadi padaku? Apa tadi aku pingsan?” tanya Maha dengan volume suara yang
***“Mas, kamu sudah ketemu Maha dan bicara sama dia?” tanya Alysa.Zayn menggelengkan kepalanya. “Baru Mas telepon barusan dan Maha sedang ada di rumah sakit. Ibu lagi kemoterapi.”“Kenapa Mas nggak nyusul ke sana? Maha lagi hamil muda, Mas. Kasihan kalau harus ngurus semuanya,” kata Alysa.“Kamu juga sedang sakit, Sayang. Lalu, siapa yang jaga kamu?”“Mas, aku tahu kalau kamu akhir-akhir ini sangat khawatir sama Maha. Aku juga tahu kamu pasti merasa serba salah karena posisimu saat ini sangat sulit. Kamu tidak mau membuat aku kecewa kalau kamu mengutamakan Maha. Tapi, aku tidak mempermasalahkannya, aku senang karena pada akhirnya harapan dan doa kita terkabul. Aku harap Mas menjaga Maha dengan baik, jangan buat dia lelah ataupun merasa kesepian. Mas harus selalu ada untuknya, jadi suami siaga.”“Nanti Mas ke rumah ibu setelah urusan di sini selesai. Kamu juga masih sakit, Ma
***Setelah kejadian yang mencengkam itu. Maha selalu dipojokkan, bahkan dibenci. Maha disebut sebagai wanita yang gatal, wanita penggoda dan juga pembawa bencana. Maha yang sedang hamil, terguncang saat semuanya menyalahkannya, bahkan sikap Zayn pun sedikit berubah padanya. Di dunia suaminya itu seolah-olah dia sudah tenggelam. Zayn hanya sesekali datang mengunjungi rumahnya dan menanyakan kabar kehamilannya. Zayn bahkan selalu terburu-buru pergi dan tak menginap di rumah karena alasan kondisi Alysa yang kurang stabil dan istri pertamanya itu membutuhkan dia daripada Maha yang sedang hamil.Rayhan... atas perbuatannya itu, pria itu akhirnya masuk ke penjara karena Raka tidak berniat berdamai dengan pria itu. Sedangkan Raka yang sempat kritis, akhirnya sudah pulih kembali dan sampai saat ini Maha tidak berani mengunjunginya, bukan karena dia tidak tahu terima kasih karena Raka telah menyelamatkannya, dia hanya ingin menjaga hati semua orang, terlebih pandangan semua orang padanya sa