"Rupanya kamu benar-benar menutup mata dan telingamu Din, kamu benar-benar tidak tahu kabar tentang Mereka lagi...!" kekeh Ine saat melihat reaksi Nadine."Jadi bagian dari mereka itu sesuatu yang sangat sakit mbak...! itu makanya aku tidak mau mengingat-ingatnya lagi...!"jawab Nadine serius."Tapi aku serius loh Din, pak Darmawan itu memang suaminya Santi, kan kemarin itu dia pesan untuk acara aqiqahnya anaknya dengan santai...!"perkataan dari Ine berhasil menarik perhatian Nadin untuk berfokus kepada Ine."Yang paling menggegerkan lagi, acara aqiqah yang diselenggarakan di siang harinya itu bersambung dengan acara duka di malam harinya yang menyatakan bahwa anaknya Santi meninggal karena kehabisan nafas karena menangis...! Santi terkena baby blues!"Ine menjelaskan."Seriusan Mbak? Nggak salah apa? Mbak Ine nggak mengada-ada kan? Tapi tunggu dulu, bukankah seharusnya Santi itu masih sekolah ya? Kalau aku tidak salah hitung seharusnya bulan ini menjadi bulan kelulusan dia...!"tanya na
"Ayo sekarang kita ke rumahnya Santi, Ibu takut terjadi apa-apa sama dia, cepat jangan lelet...!" perintah Ibu Pratiwi.Mau tak mau akhirnya Damar pun menuruti keinginan sang Ibu untuk menuju ke rumah Santi.Mereka berdua, lalu pergi ke rumahnya Santi menggunakan mobil Damar, harga satu-satunya yang masih bisa dipertahankan oleh Damar. Meskipun bukan mobil mewah tapi mobil itu cukup bersejarah baginya, mobil yang dibeli dengan hasil kerjanya selama di perusahaan. Saat akan ke rumahnya Santi, mereka melewati Ruko milik Nadine, mata Damar terpana dan terpesona dengan kemajuan yang begitu pesat oleh toko roti tersebut."Mampir ke toko itu ya Mar? tapi jangan yang ke toko roti milik Nadine ya? males Ibu...!"kata ibu Pratiwi. "Tapi toko roti di sini hanya milik Nadine saja yang ada, emangnya Ibu mau ke toko roti yang mana?"tanya Damar. "Toko roti N&G itu loh, yang ramai..! pasti di situ enak...!"tunjuk Ibu Pratiwi ke toko milik Nadine."Tapi toko roti yang Ibu tunjuk itu itu miliknya N
"Andai kita masih bersama Din, mungkin aku akan bahagia mendampingimu mengelola toko ini...! Kenapa tak sedari dulu kamu up seperti ini? Kenapa kamu up saat kita sudah berpisah? kamu tahu Nadine? Aku sangat menyesali perpisahan kita..!"dalam hati dia membatin dan tentu saja kata-kata itu tak mungkin berani dia ucapkan di hadapan Nadine.Damar memang selama ini tidak pernah menduga jika Nadine memiliki kemampuan seperti itu, dia menyesal karena selama pernikahannya justru malah mensia-siakan wanita seperti Nadine. Damar berandai-andai jika mereka masih bersama, angannya melayang jauh jika dia menjadi bos dari toko roti yang dikelola oleh Nadine tersebut.Duduk manis dan tinggal memerintah kemudian uang mengalir dengan deras di rekening miliknya.Damar benar-benar tak tahu konsepnya mendirikan usaha seperti itu apa yang harus dilakukan, karena selama ini dia hanya menjalankan profesinya yang hanya sebagai pekerja dan bukan pelaku usaha. "Sesuai yang dikatakan oleh pegawai kami tadi,
Transaksi pun terjadi, ibu itu lantas pamit pulang setelah memberikan DP untuk kue pesanannya. Setelah ibu itu pergi, Sari pun menanyakan sesuatu kepada Nadine. "Kamu kenapa sama ibu itu? Kamu kenal?"Tanya Sari yang tentu saja kepo dengan apa yang dilihatnya tadi.Nadine menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan dari Sari, iya sendiri bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya. "Aku nggak tahu Mbak, Tapi saat melihat mata Ibu itu, aku merasa nyaman...!"jawab Nadine."Besok kue ulang tahunnya biar aku sendiri yang mengantarnya mbak, aku akan menggunakan jasa taksi online, supaya kuenya tidak rusak...!"kata Nadine. "Tumben mau jadi kurir? biasanya juga lebih senang jadi penakar saja...! Tanya Sari heran."Lagi pengen aja, dan eksklusif untuk ibu itu aku sendiri yang akan membuatkannya sampai selesai...!"kata Nadine kemudian yang berhasil membuat Ina maupun Sari terbengong tak percaya."Lah kalau semua Kamu kerjain sendiri, kami dipecat dong artinya?"Tanya Ine."kamu itu ada-ada
Meskipun Damar sudah kecewa dengan keadaan yang dilakukan oleh Santi, namun kasih sayangnya sebagai seorang kakak tak bisa luntur begitu saja. Damar adalah tipe laki-laki yang sangat menyayangi kakak dan adik juga ibu kandungnya, bahkan dia rela menutup matanya dan berlaku zalim kepada istrinya hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka semua. "Ibu khawatir dengan keadaan adikmu, ibu takut terjadi apa-apa sama dia...!" Kata Bu Pratiwi dengan kecemasannya. "Sambil kita mencarinya, Ibu doakan yang terbaik saja untuk Santi..!"apa kabar kepada ibu kandungnya. Merasa tak ada pilihan lain, prabu Dewi melakukan apa yang diminta oleh Damar."Aku tidak akan pernah memaafkanmu Darmawan, kalau sampai terjadi sesuatu kepada adikku itu!"sepeda Mar dalam hatinya. "Kiat pulang ya Bu? dapat sangat capek ini.! besok Damar juga harus kerja...!" dapat memohon kepada ibunya.Ibu Pratiwi pun mengangguk, dan akhirnya mereka pulang ke kontrakan milik Damar. ***Setelah Arkan mendapatkan rambut Nadine dan j
Sesampainya dia di ruko, Nadine merasa tak asing dengan laki-laki yang berada di rumah Ibu Liliana tadi. otaknya pun mengingat-ingat di mana gerangan Dia pernah berjumpa dengan laki-laki tersebut. Kemudian dia baru menyadari jika laki-laki itu adalah laki-laki yang tempo hari hendak membeli roti di toko kuenya di pagi hari saat toko kue nya belum buka."Pantas saja aku merasa tidak asing dengannya, dan ternyata aku memang pernah bertemu dengannya kok...!"kata Nadine sambil menepuk Keningnya."Kenapa Din? Apakah kepalamu pusing? Kamu sedang tidak enak badan?"tanya Ine saat mengetahui Nadine menepuk kuningnya. "Nggak papa mbak...!"jawab Nadine sambil tersenyum."Jangan bohong deh...! kalau kamu tidak apa-apa kenapa kamu menepuk keningmu? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"tanya Ine menyelidik.Tidak nyaman karena terus diinterogasi oleh Ine, Nadine kemudian menceritakan tentang apa yang dipikirkannya tadi. Tentang laki-laki yang ada di kediaman Ibu Liliana, laki-laki yang pernah
"Bagaimana Mbak Sari? sudah siap nikah kapan ini? biar kami sekampung nanti yang membantu acara masak-masaknya, masaknya yang banyak ya Mbak, supaya nanti waktu kami pulang bisa membawa makanannya...!"kata salah satu ibu-ibu yang lain yang ada di sana."Mau nikah sama siapa...?"Sewot sari pada akhirnya."Loh, bukannya tadi bilang juga sudah punya Calon ya mbak Sari?"Tanya Ine yang di angguki oleh Nadine.Sari hanya menyengir kuda menanggapi perkataan dari Ine sang sahabat, sementara Ine dan Nadine masih kebingungan dengan sikapnya Sari."Mbak Sari...!"Sentak Nadine."Sebenarnya aku belum punya calon...!" kata Sari yang langsung di sambut dengan sorakan kecewa dari semuanya."Yaaaahhhh...!"ucap semuanya bersamaan. "Gagal dong makan enak?"Kata salah satu ibu-ibu "Padahal tadi sudah semangat buat masak besar, lah kok taunya nggak jadi? sekarang Mbak ine saja deh yang menikah duluan...!"ibu-ibu yang lainnya menimpali. "Maaf ya ibu-ibu sekalian, kalau memang seumpamanya saya menikah, sa
"Selamat tinggal Mas, tidak usah mencariku lagi...! kita hidup masing-masing saja. dan jika memang kamu ingin menceraikan aku, maka lakukanlah. aku akan menjalani kehidupanku sendiri tanpamu...!"belum sempat Darmawan membalas perkataan Santi, Santi sudah memutus sambungan teleponnya. Darmawan berteriak frustasi, dia tak menyangka jika hidupnya akan sekacau ini. Saat hendak menghubungi Santi kembali, ternyata sudah lampu merah, mau tak mau dia pun harus melajukan mobilnya kalau tidak ingin dimaki-maki pengendara di belakangnya. "Mungkin kamu membutuhkan waktu untuk sendiri, tapi perkataanmu benar juga, memang seharusnya kita berpisah...!"gumam Darmawan dalam hatinya. Sementara Santi luntang-lantung tak tahu arah, dia hanya memegang dompet miliknya yang hanya berisi uang lembaran tak seberapa dan juga handphone yang kini berada di genggaman tangannya. Ia sengaja tidak membuang nomor ponselnya, ia tidak ingin lari dari kenyataan, ia cuma ingin terbebas dari Darmawan saja juga pernika
Ibu Liliana dan Pak Yudistira saling tatap, namun kemudian secara bersamaan menatap ke arah Putri mereka. Dalam hati ibu Liliana Sebenarnya masih belum rela untuk melepas putrinya tersebut, namun Ia pun tidak bisa memaksakan kehendaknya itu jika memang Sang Putri sudah mau move on dan melanjutkan hidupnya. "Sebagai orang tua, saya akan merestui jika Itu memang menjadi keinginan putri kami, untuk itu keputusan saya serahkan kepada Nadine sendiri...!"kata Pak Yudistira. "Kamu sudah tahu kan status Nadine seperti apa? dia bukan seorang gadis, dia pun memiliki Putra yang bernama Gibran...!" Sejenak pak Yudistira menghentikan kalimatnya kemudian menatap Anan dan mencari tahu reaksi dari laki-laki calon menantunya itu.Saat tak di dapati wajah keterkejutan ataupun keberatan di sana, Pak Yudistira pun melanjutkan kembali kata-katanya."Jika kamu berniat menggambil Nadine menjadi istrimu, maka kamu harus bisa menerima Gibran sebagai putramu...!" Lanjut pak Yudistira."Saya sudah faham akan
"Gercep juga lu bro, sat set sat set eh taunya mau jadi adik gua loh...!"kata Arkan langsung memeluk sahabatnya itu. "Gua takut ditikung oleh mantan suaminya, soalnya ada Gibran di antara mereka...! rugi bandar dong, wanita spek bidadari seperti adikmu itu bisa kembali kepada mantan suaminya yang seperti katak berpeci...!"jawab Anan berbisik di telinga sahabatnya itu. "Masuk masuk masuk...! kita masuk ke dalam saja, kebetulan Mbak sumi sudah menyiapkan makanan untuk kita...!" kata ibu Liliana menggandeng Sang Putri. "Makan Mah? tapi ini kan belum waktunya makan malam? ini aja baru jam 05.00 sore...! astaghfirullahaladzim Nadine belum salat ashar mah, Nadine salat dulu ya...!"Nadin teringat bahwa dirinya belum salat ashar dia pun langsung pergi meninggalkan mereka semuanya menuju kamarnya. Sementara Gibran yang seharian memang tidak bertemu dengan Nadine merasa diacuhkan kemudian menangis sekencang-kencangnya. Nadine mengetahui hal itu tapi dia tetap melanjutkan langkahnya karena w
Bagi Nadine apa yang diucapkan oleh Anan merupakan kejutan yang luar biasa, ia tak percaya jika Anan akan menyatakan cintanya secepat itu."Aku serius dengan ucapanku Nadine. Maukah kau menjadi pendamping hidupku? Menemani perjalananku sampai ujung usia?" Tanya Anan sekali lagi.Saat mendapati wanita yang ada di hadapannya semakin diam mematung, Anan kembali bersuara."Aku memang bukan seorang pujangga yang pandai dalam merangkai kata-kata, Namun aku ingin kamu mengetahui satu hal, bahwa aku tak main-main dengan ucapanku. Aku akan melamarmu kepada orang tuamu....!" Kata Anan lagi."Kak...!" hanya kata-kata itu yang mampu di ucapkannya."Ya" Jawab Anan."Cukup mengangguk jika kamu setuju, dan menggeleng andai kamu tak bersedia, aku tahu kamu sulit untuk menentukan pilihan sehingga membuatmu sulit untuk berbicara...!" Mendengar yang di ucapkan Anan, Nadine pun menarik nafasnya dalam-dalam. Ia ingin menjawab yang di pertanyakan oleh Anan dengan gamblang agar tak terjadi kesalahpahaman s
"Yang jadi masalahnya itu Mas Damar sudah menjatuhkan talak yang tak terampuni, yaitu talak 3...!" protes Shanti."Tinggal bilang saja kalau Damar tak serius dalam mengucapkan kata talak itu, kan bisa di ma'fu...!" kata Pratiwi dengan entengnya."Di ma'fu itu kalau kesalahan lain Bu, tapi kalau tentang talak itu tidak bisa Bu...! talak itu akan tetap berlaku meskipun dalam keadaan marah sekalipun...!" Kata Santi menjelaskan."Kamu Itu anak kecil tahu apa? Diam saja sudah...! milih suami saja nggak bisa, ini malah bicara soal Agama, Mama tentu lebih tahu dari kamu...!" Kata Ibu Pratiwi yang menolak perkataan putri bungsunya."Ibu bilang aku masih kecil? jangan lupakan kalau aku sudah pernah melahirkan seorang bayi...!" Kata Santi yang merasa sedih karena lukanya kembali terkoyak."Iya sudah melahirkan anak, tapi langsung sedeng...!" jawab Ibu Pratiwi tanpa perasaan.Hati Santi serasa ditusuk sembilu saat mendengar lanjutan jawaban dari sang ibu, ibunya itu seolah mati rasa dengan peras
"Saraaahhhh...! keterlaluan kamu...! kamu benar-benar menipuku habis-habisan...!"geram Budi menatap ke arah Sarah yang tengah asik menikmati makanannya. Sementara Sarah tak menyadari jika masalah besar Tengah menunggunya, iya tak sadar jika sang suami Tengah dikuasai kemarahan yang sangat besar terhadapnya atas apa yang dilakukannya terhadap Nadine selama ini.Dengan mata menyorot tajam, Budi berjalan ke arah istrinya. Sarah masih belum menyadari jika suaminya kini berjalan menuju ke arahnya, ia masih saja santai menikmati makanan kegemarannya.Budi langsung memegang lengan Sarah, Sarah yang tiba-tiba ditarik lengannya pun menjadi terkejut, ia menatap ke arah orang yang menarik lengannya tersebut. "Mas Budi? apa-apaan sih Mas? kenapa tarik tangan aku seperti ini? lepasin nggak...!"protes Sarah sementara mulutnya masih penuh dengan makanan. "Ikut, atau aku benar-benar akan melepaskanmu dalam artian yang sebenarnya...!"kata Budi berhenti lalu menatap manik mata istrinya."Maksud kamu
"Kalau begitu, Damar bisa kecipratan kekayaan milik Nadine itu...!" batin Ibu Pratiwi. "Ibu ihhh..!" Teriak Sarah tertahan oleh ucapan Mamanya.Ibu Pratiwi tak menghiraukan perkataan putrinya tersebut, fokusnya gini kepada Nadine kemudian menyenggol lengan putranya."Maju mar, perkenalkan dirimu sebagai ayahnya Gibran...! mumpung Gibran sedang digendong sama Nadine...!"kata ibu Pratiwi tak tahu diri. Obrolan keduanya teralihkan dengan perkataan dari Pak Yudistira selanjutnya yang memperkenalkan Gibran sebagai cucunya."Dan ini adalah cucu kami bernama Gibran Pramudya Yudistira...!" Keluarga Yudistira sengaja mengganti nama Gibran dan menyematkan nama Yudistira di belakang nama anak tersebut.Seolah terhipnotis oleh kata-kata sang Ibu, Damar manut begitu saja dan langsung maju hendak menghampiri Nadine. Namun langkahnya terhenti hanya sebatas tangga podium saja, karena di sana dia dihadang oleh para pengawal dan asisten yang dipekerjakan oleh keluarga Yudistira. Saat Damar ingin me
Keesokan harinya, Pak Yudistira dan Ibu Liliana pun mengajak Nadine ke perusahaan. Beliau sengaja membuat acara di hari Minggu saat hari libur kerja.Pesta yang cukup meriah yang di hadiri para Investor dan seluruh staf kantor di semua divisi.Acara tersebut juga mengundang para pengusaha yang dimana ada kerjasama dengan perusahaan milik mereka, tak terkecuali perusahaan tempat Damar bekerja.Nadine yang pada dasarnya memang cantik di buat semakin cantik dengan perias yang sengaja di sewa untuk membuat penampilan Nadine semakin memukau.Di acara tersebut Tak lupa Nadine mengajak dua sahabatnya yaitu Ine dan juga Sari, awalnya keduanya menolak karena merasa tidak layak dan merasa minder. Namun Atas bujukan dari Nadine dan juga Ibu Liliana membuat keduanya akhirnya pasrah dan ikut serta ke acara tersebut.Di acara itu membebaskan membawa semua anggota keluarganya, dan di sana Damar membawa Ibu kakak serta adiknya turut serta.Acara yang memang sengaja di adakan sangat meriah itu menjadi
"Aku bekerja di perusahaan milik seorang wanita yang Aku sakiti...?"lirih Santi dalam hatinya."Apa yang harus aku lakukan? lebih baik aku menebalkan mukaku saja, aku akan pura-pura tak tahu bahwa ibu Erika adalah istri pertama Mas Darmawan dulu...!"pikir Santi dalam hatinya. "Apakah kamu masih mau melanjutkan kerja di sana kan? kamu dulu menghancurkan rumah tangga Ibu Erika, sekarang kamu malah mengemis mau minta makan darinya...!"kata Damar mencoba untuk membuat Santi mau keluar dari pekerjaan sebagai cleaning service tersebut. "Aku tidak mengemis Mas, Aku bekerja dan aku menukar uang yang diberikan oleh perusahaannya dengan keringatku...!"Santi membantah yang di katakan oleh Damar karena tak suka dibilang pengemis."Lanjutkan pendidikanmu dek, Mas mohon...! rajut lagi cita-citamu yang pernah kandas... lanjutkan kejar paket kemudian kuliah...!"kata Damar. "Kemudian menjadi adikmu yang manja lagi? begitu maksud dari perkataanmu Mas? Aku ingin mandiri, Aku tidak ingin bergantung ke
Sementara kini, Damar sudah berada di depan perusahaan tersebut, dia tidak langsung turun dari mobilnya, dia masih menimbang-nimbang apa yang akan dikatakannya nanti.Nasib baik sedang membersamai Damar, Kini dia melihat Santi keluar dari perusahaan tersebut dengan menenteng sebuah tas di pundaknya, camat dapat membuka jika Santi izin setengah hari saja bekerja, semua itu terlihat dari Santi yang tak lagi menggunakan seragam cleaning service seperti biasanya. Damar mengurungkan niatnya untuk menghampiri santri, dia lebih tertarik untuk mengikutinya untuk tahu di mana adiknya itu tinggal selama ini. Santi memasuki sebelah kos-kosan yang letaknya tak jauh dari perusahaan tersebut, Damar pun segera turun dan bermaksud untuk menghampiri sang adik. Namun langkahnya dihentikan oleh security yang menjaga kos-kosan tersebut."Maaf Pak, laki-laki memang tidak diizinkan untuk masuk ke sini, Apapun alasannya meskipun itu adalah bapaknya ataupun saudara laki-laki dari perempuan yang ngekos di