Transaksi pun terjadi, ibu itu lantas pamit pulang setelah memberikan DP untuk kue pesanannya. Setelah ibu itu pergi, Sari pun menanyakan sesuatu kepada Nadine. "Kamu kenapa sama ibu itu? Kamu kenal?"Tanya Sari yang tentu saja kepo dengan apa yang dilihatnya tadi.Nadine menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan dari Sari, iya sendiri bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya. "Aku nggak tahu Mbak, Tapi saat melihat mata Ibu itu, aku merasa nyaman...!"jawab Nadine."Besok kue ulang tahunnya biar aku sendiri yang mengantarnya mbak, aku akan menggunakan jasa taksi online, supaya kuenya tidak rusak...!"kata Nadine. "Tumben mau jadi kurir? biasanya juga lebih senang jadi penakar saja...! Tanya Sari heran."Lagi pengen aja, dan eksklusif untuk ibu itu aku sendiri yang akan membuatkannya sampai selesai...!"kata Nadine kemudian yang berhasil membuat Ina maupun Sari terbengong tak percaya."Lah kalau semua Kamu kerjain sendiri, kami dipecat dong artinya?"Tanya Ine."kamu itu ada-ada
Meskipun Damar sudah kecewa dengan keadaan yang dilakukan oleh Santi, namun kasih sayangnya sebagai seorang kakak tak bisa luntur begitu saja. Damar adalah tipe laki-laki yang sangat menyayangi kakak dan adik juga ibu kandungnya, bahkan dia rela menutup matanya dan berlaku zalim kepada istrinya hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka semua. "Ibu khawatir dengan keadaan adikmu, ibu takut terjadi apa-apa sama dia...!" Kata Bu Pratiwi dengan kecemasannya. "Sambil kita mencarinya, Ibu doakan yang terbaik saja untuk Santi..!"apa kabar kepada ibu kandungnya. Merasa tak ada pilihan lain, prabu Dewi melakukan apa yang diminta oleh Damar."Aku tidak akan pernah memaafkanmu Darmawan, kalau sampai terjadi sesuatu kepada adikku itu!"sepeda Mar dalam hatinya. "Kiat pulang ya Bu? dapat sangat capek ini.! besok Damar juga harus kerja...!" dapat memohon kepada ibunya.Ibu Pratiwi pun mengangguk, dan akhirnya mereka pulang ke kontrakan milik Damar. ***Setelah Arkan mendapatkan rambut Nadine dan j
Sesampainya dia di ruko, Nadine merasa tak asing dengan laki-laki yang berada di rumah Ibu Liliana tadi. otaknya pun mengingat-ingat di mana gerangan Dia pernah berjumpa dengan laki-laki tersebut. Kemudian dia baru menyadari jika laki-laki itu adalah laki-laki yang tempo hari hendak membeli roti di toko kuenya di pagi hari saat toko kue nya belum buka."Pantas saja aku merasa tidak asing dengannya, dan ternyata aku memang pernah bertemu dengannya kok...!"kata Nadine sambil menepuk Keningnya."Kenapa Din? Apakah kepalamu pusing? Kamu sedang tidak enak badan?"tanya Ine saat mengetahui Nadine menepuk kuningnya. "Nggak papa mbak...!"jawab Nadine sambil tersenyum."Jangan bohong deh...! kalau kamu tidak apa-apa kenapa kamu menepuk keningmu? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"tanya Ine menyelidik.Tidak nyaman karena terus diinterogasi oleh Ine, Nadine kemudian menceritakan tentang apa yang dipikirkannya tadi. Tentang laki-laki yang ada di kediaman Ibu Liliana, laki-laki yang pernah
"Bagaimana Mbak Sari? sudah siap nikah kapan ini? biar kami sekampung nanti yang membantu acara masak-masaknya, masaknya yang banyak ya Mbak, supaya nanti waktu kami pulang bisa membawa makanannya...!"kata salah satu ibu-ibu yang lain yang ada di sana."Mau nikah sama siapa...?"Sewot sari pada akhirnya."Loh, bukannya tadi bilang juga sudah punya Calon ya mbak Sari?"Tanya Ine yang di angguki oleh Nadine.Sari hanya menyengir kuda menanggapi perkataan dari Ine sang sahabat, sementara Ine dan Nadine masih kebingungan dengan sikapnya Sari."Mbak Sari...!"Sentak Nadine."Sebenarnya aku belum punya calon...!" kata Sari yang langsung di sambut dengan sorakan kecewa dari semuanya."Yaaaahhhh...!"ucap semuanya bersamaan. "Gagal dong makan enak?"Kata salah satu ibu-ibu "Padahal tadi sudah semangat buat masak besar, lah kok taunya nggak jadi? sekarang Mbak ine saja deh yang menikah duluan...!"ibu-ibu yang lainnya menimpali. "Maaf ya ibu-ibu sekalian, kalau memang seumpamanya saya menikah, sa
"Selamat tinggal Mas, tidak usah mencariku lagi...! kita hidup masing-masing saja. dan jika memang kamu ingin menceraikan aku, maka lakukanlah. aku akan menjalani kehidupanku sendiri tanpamu...!"belum sempat Darmawan membalas perkataan Santi, Santi sudah memutus sambungan teleponnya. Darmawan berteriak frustasi, dia tak menyangka jika hidupnya akan sekacau ini. Saat hendak menghubungi Santi kembali, ternyata sudah lampu merah, mau tak mau dia pun harus melajukan mobilnya kalau tidak ingin dimaki-maki pengendara di belakangnya. "Mungkin kamu membutuhkan waktu untuk sendiri, tapi perkataanmu benar juga, memang seharusnya kita berpisah...!"gumam Darmawan dalam hatinya. Sementara Santi luntang-lantung tak tahu arah, dia hanya memegang dompet miliknya yang hanya berisi uang lembaran tak seberapa dan juga handphone yang kini berada di genggaman tangannya. Ia sengaja tidak membuang nomor ponselnya, ia tidak ingin lari dari kenyataan, ia cuma ingin terbebas dari Darmawan saja juga pernika
Kemudian melati pun menerangkan tentang hal lainnya, yaitu setiap hari akan mendapatkan jatah makan siang saja, dan setiap Minggu akan mendapatkan uang tranport sebanyak 100ribu, dan juga akan mendapatkan bonus jika dalam sebulan full tidak absen sejumlah 10% dari nominal gaji yang di terima.Santi sungguh sangat bersyukur karena tidak luntang-lantung di jalanan selepas kepergiannya dari Darmawan. "Terima kasih atas kemudahan yang kau berikan Ya Allah, Aku berjanji akan menjadi wanita yang jauh lebih baik lagi...! Aku menyesal dengan dosa yang telah aku lakukan. Aku tobat ya Allah...!"ucapnya penuh syukur dalam hati. Sekarang yang menjadi pr-nya adalah, ke mana dia harus mendapatkan tempat tinggal, sementara uang yang ada di dompetnya tak akan cukup untuk menyewa sebuah kos-kosan ataupun tempat kontrakan. Tak lama kemudian Santi teringat dengan kartu ATM miliknya yang selama ini selalu diisi oleh Darmawan selama menjadi istrinya. Ia masih sangat ingat jika uang yang diberikan suami
"Nadine adalah adikku yang selama ini aku cari-cari Mah Pah...! adikku benar-benar kembali...!"kata Arkan siang itu.Arkan mengeluarkan sebuah amplop di mana Di sana tertera nama sebuah rumah sakit, dengan tak sabar hati ibu Liliana mengambil amplop tersebut. Dengan menghubungkan perkataan Sang putra barusan, Liliana dapat menyimpulkan bahwa surat tersebut adalah surat DNA. Yang membuat Pak agung serta Bu Liliana heran adalah kapan akan melakukan tes DNA tersebut juga menggunakan apa. Dengan tergesa-gesa ibu Liliana membuka amplop tersebut dengan tangan yang gemetar, amplop yang sedianya mudah untuk dibuka kini di tangan Ibu Liana sangat sulit untuk dibukanya. Melihat itu Pak agung pun langsung mengambil alih, beliau pun sama penasarannya dengan sang istri. Setelah amplop itu berhasil dibuka, sesegera mungkin Pak agung langsung membacanya, sementara Liliana masih terlihat harap-harap cemas. Semua ini terlalu mengejutkan baginya, tapi dia tidak bisa memungkiri bahwa di sudut hati
"Aku diam-diam melakukan tes DNA atas dirimu dan juga Mama dek...! dan hasilnya memang cocok...!"kata Arkan yang terlihat bulir-bulir kaca di matanya. "Abang bahagia, karena akhirnya kamu kembali...!"ungkap Arkhan pada akhirnya."Dan andai kamu masih meragukan hasil tes DNA ini, maka kamu bisa melakukannya sekali lagi supaya kamu yakin...!"kata Arkan menjelaskan. "Tapi bagiku ini sangat mustahil, setelah sekian lama aku merasa bahwa orang tuaku sudah tiada, kini tiba-tiba kalian datang dan mengaku sebagai keluargaku...! menurut sampeyan, bagaimana sikap yang harus aku tunjukan?"tanya Nadine dengan menatap tajam Arkan.Arkan pun menyadari dan membenarkan apa yang diucapkan oleh adiknya tersebut, dia pun mencoba berpikir logis seperti apa yang diucapkan oleh sang adik. "Tapi aku sangat yakin kalau kamu adalah adikku...!"ucapan akan terpotong dengan sanggahan Nadine. "Itu kamu, bagaimana dengan aku? Apakah aku harus melakukan hal yang sama sepertimu? Tentu tidak bukan?"Tanya Nadine.