"Selamat tinggal Mas, tidak usah mencariku lagi...! kita hidup masing-masing saja. dan jika memang kamu ingin menceraikan aku, maka lakukanlah. aku akan menjalani kehidupanku sendiri tanpamu...!"belum sempat Darmawan membalas perkataan Santi, Santi sudah memutus sambungan teleponnya. Darmawan berteriak frustasi, dia tak menyangka jika hidupnya akan sekacau ini. Saat hendak menghubungi Santi kembali, ternyata sudah lampu merah, mau tak mau dia pun harus melajukan mobilnya kalau tidak ingin dimaki-maki pengendara di belakangnya. "Mungkin kamu membutuhkan waktu untuk sendiri, tapi perkataanmu benar juga, memang seharusnya kita berpisah...!"gumam Darmawan dalam hatinya. Sementara Santi luntang-lantung tak tahu arah, dia hanya memegang dompet miliknya yang hanya berisi uang lembaran tak seberapa dan juga handphone yang kini berada di genggaman tangannya. Ia sengaja tidak membuang nomor ponselnya, ia tidak ingin lari dari kenyataan, ia cuma ingin terbebas dari Darmawan saja juga pernika
Kemudian melati pun menerangkan tentang hal lainnya, yaitu setiap hari akan mendapatkan jatah makan siang saja, dan setiap Minggu akan mendapatkan uang tranport sebanyak 100ribu, dan juga akan mendapatkan bonus jika dalam sebulan full tidak absen sejumlah 10% dari nominal gaji yang di terima.Santi sungguh sangat bersyukur karena tidak luntang-lantung di jalanan selepas kepergiannya dari Darmawan. "Terima kasih atas kemudahan yang kau berikan Ya Allah, Aku berjanji akan menjadi wanita yang jauh lebih baik lagi...! Aku menyesal dengan dosa yang telah aku lakukan. Aku tobat ya Allah...!"ucapnya penuh syukur dalam hati. Sekarang yang menjadi pr-nya adalah, ke mana dia harus mendapatkan tempat tinggal, sementara uang yang ada di dompetnya tak akan cukup untuk menyewa sebuah kos-kosan ataupun tempat kontrakan. Tak lama kemudian Santi teringat dengan kartu ATM miliknya yang selama ini selalu diisi oleh Darmawan selama menjadi istrinya. Ia masih sangat ingat jika uang yang diberikan suami
"Nadine adalah adikku yang selama ini aku cari-cari Mah Pah...! adikku benar-benar kembali...!"kata Arkan siang itu.Arkan mengeluarkan sebuah amplop di mana Di sana tertera nama sebuah rumah sakit, dengan tak sabar hati ibu Liliana mengambil amplop tersebut. Dengan menghubungkan perkataan Sang putra barusan, Liliana dapat menyimpulkan bahwa surat tersebut adalah surat DNA. Yang membuat Pak agung serta Bu Liliana heran adalah kapan akan melakukan tes DNA tersebut juga menggunakan apa. Dengan tergesa-gesa ibu Liliana membuka amplop tersebut dengan tangan yang gemetar, amplop yang sedianya mudah untuk dibuka kini di tangan Ibu Liana sangat sulit untuk dibukanya. Melihat itu Pak agung pun langsung mengambil alih, beliau pun sama penasarannya dengan sang istri. Setelah amplop itu berhasil dibuka, sesegera mungkin Pak agung langsung membacanya, sementara Liliana masih terlihat harap-harap cemas. Semua ini terlalu mengejutkan baginya, tapi dia tidak bisa memungkiri bahwa di sudut hati
"Aku diam-diam melakukan tes DNA atas dirimu dan juga Mama dek...! dan hasilnya memang cocok...!"kata Arkan yang terlihat bulir-bulir kaca di matanya. "Abang bahagia, karena akhirnya kamu kembali...!"ungkap Arkhan pada akhirnya."Dan andai kamu masih meragukan hasil tes DNA ini, maka kamu bisa melakukannya sekali lagi supaya kamu yakin...!"kata Arkan menjelaskan. "Tapi bagiku ini sangat mustahil, setelah sekian lama aku merasa bahwa orang tuaku sudah tiada, kini tiba-tiba kalian datang dan mengaku sebagai keluargaku...! menurut sampeyan, bagaimana sikap yang harus aku tunjukan?"tanya Nadine dengan menatap tajam Arkan.Arkan pun menyadari dan membenarkan apa yang diucapkan oleh adiknya tersebut, dia pun mencoba berpikir logis seperti apa yang diucapkan oleh sang adik. "Tapi aku sangat yakin kalau kamu adalah adikku...!"ucapan akan terpotong dengan sanggahan Nadine. "Itu kamu, bagaimana dengan aku? Apakah aku harus melakukan hal yang sama sepertimu? Tentu tidak bukan?"Tanya Nadine.
Ia berharap nanti saat dia turun kembali ke bawah, dia sudah tidak menemukan ketiga orang yang mengaku sebagai keluarganya tersebut.Setelah Nadine ke atas Sari dan Ine berinisiatif menghampiri Ibu Liana dan juga Pak Agung.Sari pun mengatakan yang menjadi maksudnya."Maaf Pak Bu, apakah Kalian ini benar orangtuanya Nadine?" Kalian tidak sedang menipu kan?" Tanya Sari dengan tatapan curiga."Untuk apa kami menipu Mbak?"Bantah Arkhan atas pertanyaan Sari.Arkhan sedikit tersinggung dengan apa yang di ucapkan oleh perempuan tersebut."Demi uang mungkin?" Jawab Sari sedikit ketus. Sari tak suka dengan sikap sombong yang di tunjukkan oleh Arkhan."Maaf dengan mbak siapa?" tanya Pak agung menyela pembicaraan keduanya yang terlihat memanas."Saya Sari Pak, saya ini sahabatnya Nadine dari sebelum dia memiliki usaha ini!" jawab Sari sopan karena menyadari yang berbicara adalah orang yang lebih tua."Perkenalkan nama saya agung Yudistira...! InsyaAllah saya adalah ayah kandung dari Nadine...!"j
"Bantu aku untuk mendapatkan beberapa helai rambut Nadine, atau kalau tidak potongan kukunya juga boleh...!"kata Sari meminta tolong."Gampang kalau masalah itu, besok kan hari Senin, biasanya Nadine selalu memotong kukunya di hari itu...! kesunahan katanya...!"jawab Ine yang langsung menerbitkan senyum di bibir Sari.Tak berselang lama, Nadine pun turun dari lantai atas, Ia menatap curiga ke arah Ine dan juga Sari."Ada apa Mbak? Apakah ada sesuatu yang tak aku ketahui? Atau kalian menyembunyikan sesuatu dari aku?"Tanya Nadine penuh curiga.Ine dan Sari saling menatap kemudian mengarahkan pandangan mereka secara bersamaan ke arah Nadine."Nggak ada...!"jawab keduanya bersamaan. Bahkan gerakan gelengan kepala pun mereka lakukan secara bersamaan juga."Apaan sih kalian itu? Jangan membuatku semakin curiga deh...! kalian benar-benar tidak menyembunyikan sesuatu dariku kan?"Tanya Nadine yang semakin curiga."Serius...! sumpah deh...!"lagi-lagi serempak mereka berkata menjawab pertanyaan
Ine berpikir keras tentang tugas yang diberikan Sari kepadanya, dia berdoa dalam hatinya supaya urusannya dipermudah, entah rambut ataupun kuku yang akan didapatkannya nanti, yang jelas dia akan berusaha untuk mendapatkan salah satu diantara keduanya tersebut supaya mudah untuk Sari melakukan tes DNA seperti yang dikatakan oleh orang yang mengaku sebagai orang tua Nadine tadi. "Semoga dewi Fortuna memang sedang membersamaimu Din, kamu berhak bahagia..!"batin Ine dalam hatinya."Din, nanti malam aku tidur sama kamu ya? Aku lagi kangen, pengen tidur bareng Gibran..!" Izin Ine dengan maksud terselubung.Nadine mengerutkan keningnya kemudian bertanya karena merasa aneh dengan sikapnya Ine."Tumben Mbak Ine mau tidur sama aku? Ada maksud apa ini?"tanya Nadine. "Bukan mau tidur sama kamu, tapi aku ingin tidur dengan Gibran. Entah terakhir kali kapan aku tidur sama dia...! memangnya tidak boleh apa Aku kangen sama anak ganteng itu?"jawab Ina menyanggah yang menjadi kecurigaan Nadine."Ya s
Tak lama yang ditunggu pun datang, kemudian mereka pun bersiap untuk pergi ke tempat yang dimaksud oleh Nadine. "Din nanti aku mandi dulu ya? Nanti kamu ke sana dulu bersama Ine, aku ada janji ketemu dengan teman-temanku, jangan khawatir nggak lama kok...!"izin Sari.Sesuai yang direncanakan oleh Sari, Sari langsung menuju ke rumah sakit untuk melakukan tes DNA, ia sengaja tidak memberitahu kepada Ibu Liliana ataupun yang lainnya di mana dia melakukan tes DNA tersebut.Sari hanya ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa hasil tes itu memang akurat dan tak ada tak campur tangan siapapun di dalamnya. ***Setelah kejadian saat itu, kini Darmawan hanya bisa mengawasi santri dari jarak jauh, rasa minder mulai menggerogoti dirinya, ia merasa tak pantas untuk mengejar Santi lagi. Apalagi saat dengan tegas Santi menolaknya dan tak mau bertemu lagi dengannya. Berat bagi Darmawan untuk melepaskan Santi, tapi Darmawan tidak memiliki pilihan lain, mungkin dengan membebaskan Santi dari ikatan pe
Ibu Liliana dan Pak Yudistira saling tatap, namun kemudian secara bersamaan menatap ke arah Putri mereka. Dalam hati ibu Liliana Sebenarnya masih belum rela untuk melepas putrinya tersebut, namun Ia pun tidak bisa memaksakan kehendaknya itu jika memang Sang Putri sudah mau move on dan melanjutkan hidupnya. "Sebagai orang tua, saya akan merestui jika Itu memang menjadi keinginan putri kami, untuk itu keputusan saya serahkan kepada Nadine sendiri...!"kata Pak Yudistira. "Kamu sudah tahu kan status Nadine seperti apa? dia bukan seorang gadis, dia pun memiliki Putra yang bernama Gibran...!" Sejenak pak Yudistira menghentikan kalimatnya kemudian menatap Anan dan mencari tahu reaksi dari laki-laki calon menantunya itu.Saat tak di dapati wajah keterkejutan ataupun keberatan di sana, Pak Yudistira pun melanjutkan kembali kata-katanya."Jika kamu berniat menggambil Nadine menjadi istrimu, maka kamu harus bisa menerima Gibran sebagai putramu...!" Lanjut pak Yudistira."Saya sudah faham akan
"Gercep juga lu bro, sat set sat set eh taunya mau jadi adik gua loh...!"kata Arkan langsung memeluk sahabatnya itu. "Gua takut ditikung oleh mantan suaminya, soalnya ada Gibran di antara mereka...! rugi bandar dong, wanita spek bidadari seperti adikmu itu bisa kembali kepada mantan suaminya yang seperti katak berpeci...!"jawab Anan berbisik di telinga sahabatnya itu. "Masuk masuk masuk...! kita masuk ke dalam saja, kebetulan Mbak sumi sudah menyiapkan makanan untuk kita...!" kata ibu Liliana menggandeng Sang Putri. "Makan Mah? tapi ini kan belum waktunya makan malam? ini aja baru jam 05.00 sore...! astaghfirullahaladzim Nadine belum salat ashar mah, Nadine salat dulu ya...!"Nadin teringat bahwa dirinya belum salat ashar dia pun langsung pergi meninggalkan mereka semuanya menuju kamarnya. Sementara Gibran yang seharian memang tidak bertemu dengan Nadine merasa diacuhkan kemudian menangis sekencang-kencangnya. Nadine mengetahui hal itu tapi dia tetap melanjutkan langkahnya karena w
Bagi Nadine apa yang diucapkan oleh Anan merupakan kejutan yang luar biasa, ia tak percaya jika Anan akan menyatakan cintanya secepat itu."Aku serius dengan ucapanku Nadine. Maukah kau menjadi pendamping hidupku? Menemani perjalananku sampai ujung usia?" Tanya Anan sekali lagi.Saat mendapati wanita yang ada di hadapannya semakin diam mematung, Anan kembali bersuara."Aku memang bukan seorang pujangga yang pandai dalam merangkai kata-kata, Namun aku ingin kamu mengetahui satu hal, bahwa aku tak main-main dengan ucapanku. Aku akan melamarmu kepada orang tuamu....!" Kata Anan lagi."Kak...!" hanya kata-kata itu yang mampu di ucapkannya."Ya" Jawab Anan."Cukup mengangguk jika kamu setuju, dan menggeleng andai kamu tak bersedia, aku tahu kamu sulit untuk menentukan pilihan sehingga membuatmu sulit untuk berbicara...!" Mendengar yang di ucapkan Anan, Nadine pun menarik nafasnya dalam-dalam. Ia ingin menjawab yang di pertanyakan oleh Anan dengan gamblang agar tak terjadi kesalahpahaman s
"Yang jadi masalahnya itu Mas Damar sudah menjatuhkan talak yang tak terampuni, yaitu talak 3...!" protes Shanti."Tinggal bilang saja kalau Damar tak serius dalam mengucapkan kata talak itu, kan bisa di ma'fu...!" kata Pratiwi dengan entengnya."Di ma'fu itu kalau kesalahan lain Bu, tapi kalau tentang talak itu tidak bisa Bu...! talak itu akan tetap berlaku meskipun dalam keadaan marah sekalipun...!" Kata Santi menjelaskan."Kamu Itu anak kecil tahu apa? Diam saja sudah...! milih suami saja nggak bisa, ini malah bicara soal Agama, Mama tentu lebih tahu dari kamu...!" Kata Ibu Pratiwi yang menolak perkataan putri bungsunya."Ibu bilang aku masih kecil? jangan lupakan kalau aku sudah pernah melahirkan seorang bayi...!" Kata Santi yang merasa sedih karena lukanya kembali terkoyak."Iya sudah melahirkan anak, tapi langsung sedeng...!" jawab Ibu Pratiwi tanpa perasaan.Hati Santi serasa ditusuk sembilu saat mendengar lanjutan jawaban dari sang ibu, ibunya itu seolah mati rasa dengan peras
"Saraaahhhh...! keterlaluan kamu...! kamu benar-benar menipuku habis-habisan...!"geram Budi menatap ke arah Sarah yang tengah asik menikmati makanannya. Sementara Sarah tak menyadari jika masalah besar Tengah menunggunya, iya tak sadar jika sang suami Tengah dikuasai kemarahan yang sangat besar terhadapnya atas apa yang dilakukannya terhadap Nadine selama ini.Dengan mata menyorot tajam, Budi berjalan ke arah istrinya. Sarah masih belum menyadari jika suaminya kini berjalan menuju ke arahnya, ia masih saja santai menikmati makanan kegemarannya.Budi langsung memegang lengan Sarah, Sarah yang tiba-tiba ditarik lengannya pun menjadi terkejut, ia menatap ke arah orang yang menarik lengannya tersebut. "Mas Budi? apa-apaan sih Mas? kenapa tarik tangan aku seperti ini? lepasin nggak...!"protes Sarah sementara mulutnya masih penuh dengan makanan. "Ikut, atau aku benar-benar akan melepaskanmu dalam artian yang sebenarnya...!"kata Budi berhenti lalu menatap manik mata istrinya."Maksud kamu
"Kalau begitu, Damar bisa kecipratan kekayaan milik Nadine itu...!" batin Ibu Pratiwi. "Ibu ihhh..!" Teriak Sarah tertahan oleh ucapan Mamanya.Ibu Pratiwi tak menghiraukan perkataan putrinya tersebut, fokusnya gini kepada Nadine kemudian menyenggol lengan putranya."Maju mar, perkenalkan dirimu sebagai ayahnya Gibran...! mumpung Gibran sedang digendong sama Nadine...!"kata ibu Pratiwi tak tahu diri. Obrolan keduanya teralihkan dengan perkataan dari Pak Yudistira selanjutnya yang memperkenalkan Gibran sebagai cucunya."Dan ini adalah cucu kami bernama Gibran Pramudya Yudistira...!" Keluarga Yudistira sengaja mengganti nama Gibran dan menyematkan nama Yudistira di belakang nama anak tersebut.Seolah terhipnotis oleh kata-kata sang Ibu, Damar manut begitu saja dan langsung maju hendak menghampiri Nadine. Namun langkahnya terhenti hanya sebatas tangga podium saja, karena di sana dia dihadang oleh para pengawal dan asisten yang dipekerjakan oleh keluarga Yudistira. Saat Damar ingin me
Keesokan harinya, Pak Yudistira dan Ibu Liliana pun mengajak Nadine ke perusahaan. Beliau sengaja membuat acara di hari Minggu saat hari libur kerja.Pesta yang cukup meriah yang di hadiri para Investor dan seluruh staf kantor di semua divisi.Acara tersebut juga mengundang para pengusaha yang dimana ada kerjasama dengan perusahaan milik mereka, tak terkecuali perusahaan tempat Damar bekerja.Nadine yang pada dasarnya memang cantik di buat semakin cantik dengan perias yang sengaja di sewa untuk membuat penampilan Nadine semakin memukau.Di acara tersebut Tak lupa Nadine mengajak dua sahabatnya yaitu Ine dan juga Sari, awalnya keduanya menolak karena merasa tidak layak dan merasa minder. Namun Atas bujukan dari Nadine dan juga Ibu Liliana membuat keduanya akhirnya pasrah dan ikut serta ke acara tersebut.Di acara itu membebaskan membawa semua anggota keluarganya, dan di sana Damar membawa Ibu kakak serta adiknya turut serta.Acara yang memang sengaja di adakan sangat meriah itu menjadi
"Aku bekerja di perusahaan milik seorang wanita yang Aku sakiti...?"lirih Santi dalam hatinya."Apa yang harus aku lakukan? lebih baik aku menebalkan mukaku saja, aku akan pura-pura tak tahu bahwa ibu Erika adalah istri pertama Mas Darmawan dulu...!"pikir Santi dalam hatinya. "Apakah kamu masih mau melanjutkan kerja di sana kan? kamu dulu menghancurkan rumah tangga Ibu Erika, sekarang kamu malah mengemis mau minta makan darinya...!"kata Damar mencoba untuk membuat Santi mau keluar dari pekerjaan sebagai cleaning service tersebut. "Aku tidak mengemis Mas, Aku bekerja dan aku menukar uang yang diberikan oleh perusahaannya dengan keringatku...!"Santi membantah yang di katakan oleh Damar karena tak suka dibilang pengemis."Lanjutkan pendidikanmu dek, Mas mohon...! rajut lagi cita-citamu yang pernah kandas... lanjutkan kejar paket kemudian kuliah...!"kata Damar. "Kemudian menjadi adikmu yang manja lagi? begitu maksud dari perkataanmu Mas? Aku ingin mandiri, Aku tidak ingin bergantung ke
Sementara kini, Damar sudah berada di depan perusahaan tersebut, dia tidak langsung turun dari mobilnya, dia masih menimbang-nimbang apa yang akan dikatakannya nanti.Nasib baik sedang membersamai Damar, Kini dia melihat Santi keluar dari perusahaan tersebut dengan menenteng sebuah tas di pundaknya, camat dapat membuka jika Santi izin setengah hari saja bekerja, semua itu terlihat dari Santi yang tak lagi menggunakan seragam cleaning service seperti biasanya. Damar mengurungkan niatnya untuk menghampiri santri, dia lebih tertarik untuk mengikutinya untuk tahu di mana adiknya itu tinggal selama ini. Santi memasuki sebelah kos-kosan yang letaknya tak jauh dari perusahaan tersebut, Damar pun segera turun dan bermaksud untuk menghampiri sang adik. Namun langkahnya dihentikan oleh security yang menjaga kos-kosan tersebut."Maaf Pak, laki-laki memang tidak diizinkan untuk masuk ke sini, Apapun alasannya meskipun itu adalah bapaknya ataupun saudara laki-laki dari perempuan yang ngekos di