"Masa sih Nadine bisa mendirikan toko kue? kayak mustahil banget deh...! mana mungkin orang secupu Nadine bisa berhasil, dia kan SD aja tidak lulus?" Batin Damar membantah apa yang diucapkan oleh laki-laki tadi. Tapi meskipun begitu, Damar tetap melangkahkan kakinya menuju ke alamat yang diberikan oleh laki-laki tadi. "Toko kue N&G? masak sih toko kue itu milik Nadine?" Batin Damar dalam hatinya.Meskipun ragu tapi Damar tetap melangkahkan kakinya menuju ke sana, sebelum masuk ke toko tersebut dia mempertahankan keadaan toko itu, setelah dirasanya cukup memperhatikan, akhirnya Damar pun masuk toko dan berpura-pura sebagai pembeli. "Maaf Mbak, selain roti apakah di sini juga menyediakan kopi?, tanya Damar. "Kami hanya menyediakan minuman kemasan Pak, silakan bapak mengambilnya untuk teman santapan roti yang kami jual!"jawab salah satu dari keduanya. "Baiklah kalau begitu, bolehkah saya bertemu dengan ibu Nadine? saya di perlu dengannya?" kata Damar tanpa basa-basi. "Ibu Nadine se
"Dengan turunnya Surat cerai ini, kita sudah sah menjadi orang lain lagi, tak perlu kamu mencariku ataupun mencampuri urusanku!" kata Nadine.”Oh ya, kalau kamu tak menganggap Gibran sebagai putramu? Tak masalah, dia tak membutuhkan walimu saat dewasa nanti!" lanjutnya."Pergilah dan jangan ganggu kami lagi!" kata Nadine tegas."Gibran Itu anak siapa?" Tanya Damar masih dengan kekonyolannya. "Gibran itu anakku, Aku adalah ibunya, aku mengandungnya selama 9 bulan 10 hari, dan aku melahirkannya secara Caesar! Faham?" Jawab Nadine geram. Dan kini dia menyingsingkan lengan bajunya ke atas, menaikkan sedikit rok panjangnya seolah bersiap hendak menghajar Damar. "Iya dek iya, Gibran Itu anakmu bukan anakku! aku pergi...! semoga kamu tidak pernah menyesali perpisahan kita ini!" kata Damar kemudian berlari menjauh dari Nadine. Sesampai di luar toko roti milik Nadine, Damar memperhatikan keadaan toko tersebut, setelah dia keluar ternyata banyak pengunjung yang datang. Fikiran Damar menduga-d
"Kalau Mbak Sarah memang ingin tahu tentang aku, maka dia harus datang ke sini langsung bukan hanya lewat pesan saja!"jawab Santi lagi.****Acara syukuran anaknya Santi pun dilaksanakan, Darmawan rupanya memesan kue di tempatnya Nadine. bahkan dia memesan kue untuk bingkisan para tamu dibawa pulang yang cukup banyak yaitu sekitar 500 pcs, Darmawan mengundang para tetangganya dan juga warga di perkampungan belakang rumahnya. "Ini rotinya kok enak banget sih Mas? Mas Wawan pesannya di mana? mau dong nanti dipesenin lagi!"kata Santi yang suka dengan kue yang dipesan oleh suaminya. "Fokus sembuh saja dulu, nanti kalau sudah benar-benar sembuh, aku akan mengajakmu langsung ke tokonya, supaya kamu puas memilih-milih rasa yang kamu inginkan! ingat ya dek, tidak usah diet! Aku menerimamu apa adanya yang penting anak kita sehat!"kata Darmawan. "Jangan percaya dengan bualan laki-laki yang seperti itu San, dia bisa bilang seperti itu saat di rumah, tapi nanti saat dia ada di luaran maka mata
"Kalau Mbak Sarah memang ingin tahu tentang aku, maka dia harus datang ke sini langsung bukan hanya lewat pesan saja!"jawab Santi lagi.****Acara syukuran anaknya Santi pun dilaksanakan, Darmawan rupanya memesan kue di tempatnya Nadine. bahkan dia memesan kue untuk bingkisan para tamu dibawa pulang yang cukup banyak yaitu sekitar 500 pcs, Darmawan mengundang para tetangganya dan juga warga di perkampungan belakang rumahnya. "Ini rotinya kok enak banget sih Mas? Mas Wawan pesannya di mana? Mau dong nanti dipesenin lagi!"kata Santi yang suka dengan kue yang dipesan oleh suaminya. "Fokus sembuh saja dulu, nanti kalau sudah benar-benar sembuh, aku akan mengajakmu langsung ke tokonya, supaya kamu puas memilih-milih rasa yang kamu inginkan! ingat ya dek, tidak usah diet! Aku menerimamu apa adanya yang penting anak kita sehat!"kata Darmawan. "Jangan percaya dengan bualan laki-laki yang seperti itu San, dia bisa bilang seperti itu saat di rumah, tapi nanti saat dia ada di luaran maka mata
"Hati-hati kamu Santi, jika kemarin saja saat istrinya yang mandiri glowing dan berpenghasilan dikhianati nya dengan perempuan belia sepertimu, maka tak tertutup kemungkinan jika nanti kamu pun akan mengalami hal yang sama!" sebelum pergi Sarah sempat memberikan wejangan kepada adik bungsunya itu.Sementara Santi hanya mematung mencerna semua ucapan yang dilontarkan oleh ibu-ibu dan juga kakak kandungnya, seketika itu juga rasa percaya diri dan kepercayaannya terhadap suaminya luntur, di hatinya mulai timbul ragu terhadap kesetiaan sang suami.Darmawan yang mendapati istrinya terdiam dan merenung kemudian mendekatinya dan bertanya. "Apa yang kamu pikirkan dek?"Tanya Darmawan lembut dengan mengusap lembut pucuk kepala sang istri. "Menurutmu?"Santi balik bertanya. "Takkan kamu percaya dengan kata-kata mereka? Apakah kamu tidak percaya dengan suamimu ini?"Tanya Darmawan dengan tatapan tak percaya."Kalau dipikir-pikir benar juga apa yang mereka katakan Mas, akunya saja yang terlalu bo
Kemudian Pak RT langsung menghubungi orang-orang yang disebutkan oleh Darmawan tadi. tanpa basa-basi Pak RT langsung menyampaikan hal yang ingin disampaikannya. Pak RT tak memperdulikan jika orang-orang yang dihubunginya marah-marah, dia lantas mengucapkan salam lalu memutus sambungan teleponnya. Sementara di sebrang telefon Sarah masih mengumpat karena amarahnya belum tersalurkan, Ia tak habis fikir kenapa seseorang memberikan kabar duka yang menurutnya adalah hoak semata. "Mana mungkin coba Anaknya Santi meninggal? Lahwong nyata-nyata tadi pagi keadaannya sehat begitu kok!" Sewot Sarah. Beda dengan Sarah, Kini Damar dan Pratiwi saling berpandangan seolah sedang berkomunikasi lewat pandangan mata mereka. "Jangan begitu Sarah, ada baiknya kita pastikan kesana, kalau memang kabar itu benar bagaimana? Jodoh rejeki hidup dan Mati itu rahasia Alloh, kita tak pernah tahu kapan dan kapan maut akan menjemput kita...!" tegur Budi. Perkataan Budi seolah mewakili apa yanga ada di hati Da
"Seandainya aku mampu mengontrol emosi, seandainya aku tak meninggalkanmu tadi, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi! dan Putri kita masih berada diantara kita...!"kata Darmawan. Setelahnya dia pun menangis tergugu, ia tak menyangka jika akan mendapatkan kejutan bertubi-tubi di hari ini."Kuatkan aku ya Rabb...!" ucapnya.Setelah mengatakan itu, Darmawan pun langsung membersihkan tubuh istrinya yang lebih pantas menjadi putrinya tersebut. Ia lantas menggantikan baju sang istri dan juga pembalut yang digunakan oleh sang istri. "Istirahatlah sayang, semoga esok kamu akan lebih sadar dari sekarang supaya kita bisa mengantarkan Putri kita bersama ke peristirahatan terakhirnya...!"Bisik Darmawan yang langsung memposisikan istrinya untuk istirahat. Santi hanya menurut dan mengikut apa yang diarahkan oleh suaminya, iya benar-benar seperti mayat hidup yang pandangannya kosong. Darmawan keluar saat sudah memastikan istrinya istirahat dan tertidur, hatinya seperti saat tersayat saat
"Rupanya kamu benar-benar menutup mata dan telingamu Din, kamu benar-benar tidak tahu kabar tentang Mereka lagi...!" kekeh Ine saat melihat reaksi Nadine."Jadi bagian dari mereka itu sesuatu yang sangat sakit mbak...! itu makanya aku tidak mau mengingat-ingatnya lagi...!"jawab Nadine serius."Tapi aku serius loh Din, pak Darmawan itu memang suaminya Santi, kan kemarin itu dia pesan untuk acara aqiqahnya anaknya dengan santai...!"perkataan dari Ine berhasil menarik perhatian Nadin untuk berfokus kepada Ine."Yang paling menggegerkan lagi, acara aqiqah yang diselenggarakan di siang harinya itu bersambung dengan acara duka di malam harinya yang menyatakan bahwa anaknya Santi meninggal karena kehabisan nafas karena menangis...! Santi terkena baby blues!"Ine menjelaskan."Seriusan Mbak? Nggak salah apa? Mbak Ine nggak mengada-ada kan? Tapi tunggu dulu, bukankah seharusnya Santi itu masih sekolah ya? Kalau aku tidak salah hitung seharusnya bulan ini menjadi bulan kelulusan dia...!"tanya na
Ine menatap tajam ke arah Sari, hatinya merasa curiga dengan permintaan maaf dari sahabatnya itu,"Jangan katakan kalau kamu nggak bisa Dateng ya mbak, aku marah nih...!" kata Ine."Maaf...!" jawab Sari sekali lagi tanpa berani melanjutkan kata-katanya yang semakin membuat Ine penasaran dan sekaligus geram."Sudahlah mbak Ine, jangan maksa mbak Sari Dateng kalau emang dasarnya nggak bisa Dateng. Acaranya akan tetap berlangsung meskipun tanpa kehadiran mbak Sari." Kini Nadine yang menyahut."Maafin aku, tdi Damar bilang hari pernikahan kami, maksud saya hari ijab qobul pernikahan kami tepat di tanggal 27 bertepatan dengan acara 7 bulanan Ine...!" Sari menjelaskan dengan menunduk."Bukan keputusan kami Din, tapi itu adalah keputusan dari sesepuh kampungku yng di mintai tolong untuk memperhitungkan hari yang tepat untuk kami...!" lanjutnya penuh rasa bersalah."Apakah tidak bisa di tukar harinya mbak? satu hari saja...!" Ine masih mencoba untuk menego supaya Sari bisa ikut hadir di acaran
"Aku tak tahu meski berkata apa, kita jalani saja dulu, jika memang pada akhirnya takdir membawa kita dalam sebuah komitmen, kita bisa apa?"jawab Sari. "Kamu tidak berniat untuk mengingkari takdir kan?"tanya Damar. Sari pun menggelengkan sebagai jawaban atas pertanyaan Damar."Berikan aku waktu, aku pun butuh memahami apa yang terjadi di dalam sini, konyol nggak sih?"kata Sari kemudian. "Tergantung dari bagaimana kamu memandangnya...!"jawab Damar. "Kita ini hanya makhluk, ibaratnya kita ini hanyalah wayang yang siap untuk menerima peran kita, tentu saja tidak mampu untuk menolaknya, siapa pula kita...?"kata-kata Damar terdengar sangat bijak. Setelah itu mereka pun saling pulang ke rumah mereka masing-masing, setelah sebelumnya mereka saling bertukar nomor ponsel. ***** Tak terasa 2 minggu telah berlalu, kini tiba saatnya Nadine dan juga Anan untuk mengambil surat hasil dari pemeriksaan mereka dua minggu yang lalu. Dalam hati Nadine sangat berharap jika hasil tesnya adalah
"Kak ih... Aku nggak suka kakak bilang seperti itu...!" kata Nadine merajuk.Anan semakin mengeratkan pelukannya, tapi dalam hati di tak pernah menyesali kata-katanya barusan. Baginya cinta yang dia berikan untuk Nadine adalah cinta tak bersyarat. Cinta yang akan selalu apa adanya dan selalu menerima segala keadaan.Keesokan harinya, Sesuai keinginan Nadine mereka pun memeriksakan diri berdua ke dokter kandungan, jika Anan santai, beda halnya dengan Nadine.Entah mengapa hatinya diliputi rasa was-was yang sangat mendalam, hatinya gelisah karena dia terus terngiang-ngiang kata-kata dari sang suami."Bagaimana jika seandainya aku tak bisa memberikanmu keturunan kak?" Tanya Nadine tiba-tiba."Tak masalah...!" jawab Anan santai."Tapi kakak adalah anak tunggal dari Mama dan Papa...!" perkataan Nadine tak selesai karena di sanggah terlebih dahulu oleh Anan."Dan aku bukanlah seorang pangeran yang wajib memiliki penerus untuk sebuah kerajaan yang di pimpin, ku kira itu cukup untukku jadikan
Melihat Damar berlalu dengan rasa malu yang ditanggungnya membuat Sari sedikit merasa kasihan dan iba, tapi tak di pungkiri nya juga bahwa dirinya juga merasa jengah dengan tingkah absurd dari Nadine tersebut."Mbok ya sadar to mar, tak bisakah dirimu bermetamorfose menjadi lelaki baik seperti yang lainnya? andai kau itu normal seperti lelaki kebanyakan, mungkin aku akan bersedia menjadi pengganti Nadine...!"Batin Sari.Tapi setelahnya Sari pun langsung mengusap dadanya dan beristighfar berkali-kali karena fikiran konyolnya tersebut. setelah itu dia juga memukul-mukul kepalanya karena tak habis fikir bisa memiliki fikiran seperti itu."Sari Sari, kamu itu jangan ketularan tidak waras, Nadine saja dulu sampai tobat yang bukan soto babat menjadi istrinya,lah kok bisa-bisanya kamu memiliki fikiran menjadi istrinya. Eling Sari eling...!" gumamnya kemudian"Tapi kata pak ustadz kemaren, katanya jodoh tak ada yang tahu...!" katanya kemudian seolah membela diri atas pemikirannya tadi.*****
"Cukup saja lah, aku ingin segera menyelesaikan liburan kita, aku sudah rindu sama Gibran...!"kata Nadine sendu saat mengingat sang putra."Kita pulang besok pagi saja ya? di penerbangan awal...!" jawab Anan menanggapi keinginan sang istri.Nadine mengangguk menyetujui keinginan sang suami, dia cukup senang dan lega karena keinginannya langsung di iyakan dan tak di persulit.Pagi harinya, sesuai janji Anan kepada sang istri mereka pun bertolak dengan penerbangan pertama, tujuan yang awalnya ingin langsung ke tempat wisata yang lain berubah haluan dengan menjemput Gibran untuk di bawa turut serta bersama mereka. Anan pun tak merasa keberatan karena ritual bulan madu yang seharusnya di lakukan pun belum bisa mereka lakukan.Sesampainya di kediaman orangtua Nadine, Ibu Liliana dan suami di buat terkejut dengan kepulangan Nadine dan juga Anan yang tak sesuai jadwal."Aretha? kok kalian pulang cepat? ada apa? ada masalah kah?" tanya Ibu Liliana sudah mewakili kebingungan sang suami."Kami
Akhirnya keputusan diambil untuk berwisata di Kalimantan, sesuai keinginan Nadine mereka berdua akan mengelilingi Kalimantan, dari Kalimantan timur selatan barat tengah dan Utara. Sementara Arkan pun lebih memilih menuruti keinginan sang istri yaitu berlibur ke luar negeri, tempat yang dituju oleh mereka adalah negeri impian Ine untuk dikunjunginya selama ini. Kedua pasang pengantin baru itu sangat bahagia menikmati bulan madu mereka, karena kedua pasang pengantin itu tak melewati masa pacaran, maka pacaran mereka lakukan setelah menikah. dan itu jauh lebih membahagiakan bagi mereka. "Dek aku tidak mau menunda kehamilan, apakah kamu bersedia untuk langsung merencanakan dedek bayi di sini?" tanya Arkan kepada Ine di suatu senja saat mereka berada di bawah menara Eiffel. Ine yang mendengar ucapan dari suaminya tersebut pun tersipu malu, meskipun sekarang Mereka adalah pasangan sah sebagai suami istri, namun Ine masih merasakan malu yang tak terkira jika dirinya membahas masalah inti
Sesampainya di rumah ibu Pratiwi terheran melihat keadaan putranya."Kenapa jidatmu mar? kok tambah 2 senti begitu?"tanya ibu Pratiwi seperti sebuah ledekan untuk Damar."Kejedot tiang listrik...!" jawab Damar skenanya kemudian dia langsung menuju ke dapur untuk mengambil air minum di kulkas.Setelah Damar selesai membasahi tenggorokannya yang kering, ini Damar langsung menuju ke ruang di mana sang ibu tadi berada. Pratiwi yang baru menyadari bahwa penampilan anaknya sangatlah rapi langsung menanyakan keheranan hatinya "Kamu dari mana? rapi sekali sepertinya? tapi... bukankah ini hari Minggu? kamu kan tidak kerja ya?"tanya ibu Pratiwi bertubi-tubi. " Damar habis dari menghadiri pernikahannya Nadine...!"jawab Damar singkat. Mendengar jawaban dari putranya kening ibu Pratiwi mengkerut, ia seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan."Nadin menikah? Kok ibu nggak diundang? Terus...? Kok kamu nggak mau ngajak ibu ke sana?" Tanya ibu Pratiwi."Kita semua diundang Bu, tapi Da
Liliana Nadine Dan juga Ine langsung berangkat menuju butik yang mereka maksud tadi, ketiganya sangat bersemangat untuk segera mencoba baju pengantin, tak lupa saat dalam perjalanan mereka juga menghubungi Arkhan dan juga Anan untuk sekalian mencoba dan menilai baju yang mereka pilih. Sesampainya di butik mereka disambut dengan ramah oleh para pegawai butik tersebut, karena sebelumnya sudah observasi untuk fitting baju pengantin, maka ketiganya langsung diarahkan untuk langsung menuju kamar ganti. Anan dan Arkan tiba di butik tersebut tepat saat Nadine Dan juga Ina sudah selesai memakai baju pengantin dan keluar dari kamar ganti. "Nah itu mereka, bagaimana menurut kalian? cocok tidak?"kata ibu Liliana kepada anak serta menantunya. Sangking terpananya Anan dan juga Arkan dengan istri mereka mereka hanya terdengar dengan pandangan kagum kepada keduanya. sebelum pada akhirnya ibu Liliana menepuk pundak mereka secara bersamaan. "Ditanya malah bengong, terpesona ya?"kata ibu Liliana m
"Ine mau aku ajak kawin Mah, Besok kita ke kampung Ine ya? kita lamar dia sekaligus menikahinya...!" Arkhan berkata dengan bahagianya."Kawin-kawin,,,ayam kali...!"Ibu Liliana menimpali dengan geleng-geleng kepala."Kapan kalian akan meresmikan hubungan kalian? Apakah benar dan serius mau bareng sama Nadine?" meskipun merasa absurd dengan tingkah Sang putra tapi Ibu Liliana masih tetap penasaran dengan putranya tersebut."Pokoknya aku tak mau di langkahi nadine dan Anan....! titik nggak pakai koma...!" Jawab Arkhan menggebu penuh keseriusan."Nadin mengalah dulu nggak papa kok Kak, kok sepertinya Kakak takut amat Nadine yang nikah duluan...!" Nadine berpura-pura cemberut bermaksud untuk menggoda sang kakak.Melihat sikap adiknya, Arkhan pun menjadi Serba Salah, dia Lalu menghampiri sang adik untuk membujuknya, Padahal sama sekali Nadine tak merasa tersinggung."Apakah adiknya kakak ini sedang merajuk? apakah kamu keberatan Nadine kalau seumpama kita menikahnya berbarengan?"tanya Arkan