Tim Eria, Tim Elite, dan Bosley sudah berkumpul sesuai janji. Mereka bersembilan menunggu datangnya satu orang lagi. Tiba-tiba, Arias memecah keheningan di sana.“Pilav!” teriak Arias yang membuat semua orang melihat ke arahnya.“Apa?” tanya Pilav.“Itu … gelangnya! Kamu lepas?” Arias menunjuk ke arah tangan Pilav.Pilav tertawa kecil lalu menurunkan kerah bajunya. Terlihat Lalia’s Pendant yang sudah dimodifikasi olehnya menjadi kalung.“Gelang itu mengganggu saat aku bertarung. Aku mengubahnya menjadi kalung,” jelas Pilav.“Ah, begitu.” Terdengar embusan napas lega dari Arias.“Liontinnya cantik,” puji Nyridia.“Irinya … andai ada yang memberiku perhiasan juga,” gumam Eugene.Nyridia mencubit pinggang Eugene. “Belilah sendiri!”Arias dan Pilav hanya saling lirik. Orang lain mengira bahwa liontin itu merupakan pemberian dari Arias. Padahal, sejak awal, itu merupakan barang milik Pilav.“Paman, aku penasaran. Kenapa Tuan Lou bersedia untuk memberi informasi kepada kita?” tanya Feather
Klaus menarik napas panjang sebelum membuka jurnal milik kakeknya. Setelah mendengar peringatan dari Pilav, ia menjadi segan untuk membaca buku itu.Saat masih tinggal bersama ibunya, Klaus diberi tahu bahwa ada buku yang harus dibaca olehnya. Namun, ibunya sendiri tidak tahu di mana keberadaan buku itu. Tidak ada alat untuk komunikasi jarak jauh. Waktu itu, ceodrin belum ditemukan. Tidak mungkin ibunya menghampiri kantor pusat untuk menemui Ritchie.Rumor tentang buku yang ditulis Ritchie pun mulai terdengar. Rumor pertama mengatakan bahwa buku itu memiliki kekuatan magis yang bisa memberi kekuatan kepada pembacanya. Rumor kedua mengatakan bahwa buku itu berisi rahasia yang dimiliki Escalera. Rumor ketiga mengatakan bahwa buku itu hanyalah buku harian milik Ritchie. Masih banyak rumor tentang isi buku itu. Namun, yang paling mengundang pertanyaan adalah dari mana rumor itu berasal?Klaus kembali melihat tulisan tangan kakeknya di halaman pertama. Tulisan “Be The Light” terpampang jel
“Arias bilang, kamu tidak mempercayai orang-orang di Tim Elite,” kata Klaus mengganti topik.“Aku bukannya tidak percaya Tim Elite. Aku tidak memercayai orang Escalera secara keseluruhan,” jawab Pilav. “Aku percaya Arias karena dia bukan berasal dari sini.”“Ah, begitu.”“Kamu tidak ingin menanyakan alasannya?” Klaus menggeleng. “Kamu kan berasal dari Alba. Tentu kamu lebih percaya orang Alba daripada Escalera.”Pilav tersenyum simpul. “Ucapanmu tidak salah.”“Lalu, kenapa kamu percaya padaku?”“Aku tidak tahu soal orang lain. Tetapi, aku tahu asal-usulmu. Karena itu, aku berusaha percaya padamu,” jelas Pilav. “Sejak awal, kamu bukanlah orang asing. Aku tahu tentangmu dari Tuan Ritchie.”“Waktu itu, apa kau tahu bahwa Tuan Ritchie adalah pemimpin Escalera?” tanya Klaus.“Bagaimana aku bisa tahu?” Pilav balas bertanya. “Aku mengetahuinya setelah mempelajari sejarah di akademi. Entah berapa lama aku membeku ketika melihat foto Tuan Ritchie di buku pelajaran—ditambah lagi dengan keteran
“Sekarang saya ingin bertanya. Lou, apa tujuan dibentuknya Tim Elite?” Herreros menoleh ke arah sekretarisnya.“Untuk membasmi Blade, Tuan,” jawab Lou yang gugup.“Lihatlah tim yang ada di hadapanmu ini, Lou,” kata Herreros. “Apa mereka memenuhi misinya?”“Iya, Tuan. Mereka berhasil menangkap Tyra dan membunuh Amy Wing. Sejak tim dibentuk, mereka juga sudah bekerja keras untuk mencari petunjuk mengenai Blade. Hasil pekerjaan mereka dapat terlihat di jurnal tentang Blade,” jawab Lou selengkap mungkin supaya Tim Elite tidak terkena terlalu banyak omelan.“Tim Elite mengerjakan tugasnya dengan baik sejak dulu. Tetapi, perlakuan kalian tiba-tiba berubah kepada saya. Menyelidiki sendiri, bergerak sendiri, tidak melaporkan apa pun pada saya, dan yang paling fatal adalah mengambil keputusan sendiri,” ucap Herreros.“Maaf, Tuan,” jawab Seth sebagai ketua Tim Elite.“Jawab, Seth, apa yang membuat kalian begitu?” tanya Herreros. “Karena Tim Eria atau karena Tyra?”Seth mengangkat kepalanya kare
Tyra menatap sekeliling ruangan. Tidak ada orang lain selain mereka berdua. Tempat ini biasanya adalah tempat Seth dan Klaus menginterogasinya. Karena keadaan sudah berubah, maka Edberglah yang ada di hadapannya.“Aku masih tidak menyangka kau bisa memimpin Soleclar.”Edberg menatap perempuan yang ada di hadapannya itu dengan tajam. Berbeda dengan Edberg, perempuan itu menatapnya dengan jenaka.“Aku masih ingat ketika kamu dibangga-banggakan oleh bos. Tidak menyangka kamu berada di situasi seperti sekarang,” balas Edberg.“Oh Edberg, apa kamu juga dibuang oleh Grada ke sini?” tanya perempuan itu.“Tyra, jangan sebut nama bos tanpa gelar! Apalagi, dengan mulut busukmu itu,” jawab Edberg.Tyra tertawa terbahak-bahak. “Kita itu sama, Edberg. Kita hanyalah bawahan yang tidak penting bagi Blade. Kamu sangat setia pada orang yang membuangmu.”“Bos tidak membuangku,” jawab Edberg dengan tegas.“Orang yang paling dibanggakannya saja dibuang, apalagi dirimu?”“Kau dibuang karena kesalahanmu!”
“Aku kira, pria paling tampan di Escalera adalah Seth. Tapi, setelah aku bertemu dengan Roy, aku mengubah pikiranku,” ucap Eugene berapi-api.Seth yang namanya disebut pun hanya mendengarkannya dalam diam.Tim Elite berkumpul untuk membahas misi. Tetapi, ketika Eugene sampai, ia langsung menceritakan apa yang terjadi kemarin. Nadanya sangat bersemangat. “Masa, sih? Aku jadi penasaran dia setampan apa,” ucap Nyridia.“Iya! Dia katanya mau jadi kesatria juga, tapi gak bisa gara-gara harus ngurusin adiknya,” jawab Eugene.“Ah … udah tampan, sayang keluarga, ingin menjadi kesatria ….” Nyridia tersenyum membayangkan rupa Roy. “Idaman banget ….”“Rambutnya itu keren banget, lho! Rambutnya hitam, tapi ada beberapa helai yang berwarna biru tua,” tambah Eugene.“Kamu bilang, pertemuanmu dengannya tidak sampai lima menit. Kenapa dia bisa sampai menceritakan itu?” tanya Pilav.“Dia tiba-tiba cerita. Kita juga gak nanyain,” jawab Eugene.“Aneh. Gak mungkin tiba-tiba ada orang yang ceritain soal
Roy membuka pintu rumahnya yang diketuk dari luar. “Halo, selamat pagi!” seru seorang perempuan dengan ceria. “Perkenalkan, aku Nyridia Lafelt, seorang kesatria. Apa kamu tertarik untuk menjadi seorang kesatria?”“Eh?” Roy tampak kebingungan.Melihat Roy yang tidak memberi jawaban, Nyridia pun menyerahkan sebuah kertas kepada pria itu. “Ini adalah formulir yang bisa kamu isi jika ingin mengikuti ujian masuk kesatria. Kalau ada pertanyaan, kamu bisa—eh, maaf, apakah kamu Roy?”Matanya membulat. “Bagaimana kamu tahu namaku?”Nyridia tertawa kecil. “Teman satu timku sempat bertemu denganmu saat latihan. Dia menceritakan bagaimana penampilanmu, makanya aku bisa mengenalimu. Aku tidak menyangka bisa kebetulan bertemu begini. Kamu juga sempat bilang mau jadi kesatria, kan?”“Ah, iya. Aku ingin jadi kesatria, tapi aku harus mengurus adik-adikku,” jawab Roy dengan ramah.“Adik-adik?” Nyridia berusaha melongok ke dalam rumah Roy. Namun, pemuda itu cepat-cepat keluar dari rumahnya dan menutup
Tyra mengeluarkan kunci selnya yang ia simpan selama ini. Setelah memastikan bahwa penjaganya sedang tidak memperhatikannya, ia membuka gembok. Suara gembok yang terbuka itu ia tutupi dengan suara dehaman.Tyra sangat sering mondar-mandir di Soleclar dengan berbagai alasan. Sebenarnya, ia memakai kesempatan itu untuk menghafal pergerakan setiap penjaga. Dengan begitu, dia tahu titik buta di setiap tempat dan bisa menemukan rute untuk kabur. Ia melakukan ini untuk berjaga-jaga jika ada situasi yang mengharuskan dirinya untuk kabur.Dua tahun yang lalu, Tyra kabur karena memiliki keinginan yang kuat untuk menjalankan rencana pribadinya. Dia kabur tanpa pikir panjang—tidak seperti saat ini. Waktu itu, ia berlari dengan kencang untuk keluar dari Soleclar dan tidak menyusun strategi terlebih dahulu.Gerakan para penjaga yang seperti robot itu bisa diprediksi dengan mudah oleh Tyra. Ketika memastikan jalur keluarnya aman, ia segera membuka pintu yang berada di ruang utama.Setelah berhasil
“Sudah bertemu dengan Pilav?” tanya Felix ketika Klaus kembali.Klaus menggeleng. “Dia sepertinya sudah pergi.”“Pergi ke mana?” tanya Nyridia.“Tidak tahu.” Klaus mengangkat bahunya.“Laki-laki memang secuek itu, ya?” gumam Nyridia.“Benar,” timpal Feather.“Bagaimana aku bisa menemukan laki-laki yang baik jika yang ada di sekitarku saja begini?” lanjut Nyridia.“Benar,” timpal Feather lagi.“Seleramu bahkan bukan laki-laki yang baik,” sindir Eugene.“Kau masih mengungkit soal itu?” tanya Nyridia kesal.“Siapa?” tanya Lou yang tidak tahu.“Roy Raven. Si Nyridia pernah naksir padanya,” jawab Eugene. “Cuma lihat dari tampangnya. Padahal tidak tahu baik buruknya bagaimana.”“Memangnya kenapa? Buktinya Seth sudah tampan, baik lagi,” balas Nyridia.“Aku juga bisa jadi contoh, tahu!” seru Eugene.“Apa? Kamu kebalikannya,” jawab Nyridia.“Apa maksudmu?!”“Apa mereka selalu begitu?” tanya Lou pada yang lain.Seth mengangguk. “Ya, selalu begitu.”Klaus hanya bisa menggelengkan kepalanya berka
Mata Pilav terbuka karena ada suara benturan di pintunya. Apa pun yang ada di luar sana, Pilav yakin bahwa pelakunya bukan manusia. Sehingga, ia segera bangkit dari kasurnya dan membuka pintu.“Ceodrin Receive.”Alih-alih memberikan pesan suara, ceodrin itu malah memberinya sebuah amplop putih. Pilav mengangkat satu alisnya karena tidak tahu tentang fungsi ceodrin yang bisa mengantarkan barang. Pilav menunduk untuk membaca tulisan tangan yang berada di luar amplop.Setelah menerima ini, hancurkan ceodrinnya.Pilav menatap ceodrin itu secara saksama. Ia sadar bahwa ceodrin itu terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Warnanya lebih pudar dari warna ceodrin pada umumnya. Namun, ukurannya lebih besar—mungkin untuk menyimpan barang.Di sisi lain, Pilav yakin bahwa pengirim ceodrin ini bukanlah orang yang asing baginya. Pengirimnya pasti sudah mengenalnya dengan baik, sampai tahu mengenai kemampuannya untuk menghancurkan benda mati.Jari telunjuknya menyentuh badan ceodrin. “Chaos.” Ceodri
Pilav berlari menghampiri tubuh Arias yang masih membeku. Eugene pun segera melelehkan esnya.“Pilav, jangan mendekat! Arias sudah terkena racun milik Trish,” ucap Seth. Meski sudah mendengar peringatan itu, Pilav tidak peduli. Ia memeluk tubuh Arias yang sudah kaku. Sesekali, ia menyisir rambut Arias. Ia tahu bahwa semuanya sudah tidak bisa dikembalikan seperti semula. Namun, kenaifannya tetap memenuhi dirinya.Beberapa saat kemudian, mata Arias terbuka. Namun, mata ini bukanlah mata yang dikenal Pilav. Melihatnya yang sudah mulai berubah, Pilav tidak bisa menahan air matanya.Semua yang diucapkan Trish itu benar. Jarumnya beracun. Jarumnya lebih beracun daripada milik Tyra yang hanya bisa melumpuhkan. Jarumnya benar-benar bisa mengubah seseorang menjadi boneka. Perubahan diri Arias yang menjadi boneka itu membuat pergerakan Trish melambat. Berkat itu, Nyridia berhasil melakukan serangan penutup. Trish perlu menyalurkan energinya untuk boneka miliknya. Sayangnya, bahkan ketika Tris
Pilav menebas satu per satu boneka yang ada di dekatnya. Terlihat Lalia’s Pendant miliknya yang menyala—tanda bahwa liontin itu sedang aktif. Ia menggunakan kesempatan ini untuk menggunakan jurus rahasia milik Kerajaan Alba.Sambil menekan liontin putih yang sedang menyala, Pilav memejamkan matanya. Muncul cahaya besar berwarna putih di hadapannya. Kemudian, cahaya itu terpecah belah dan berterbangan ke arah tujuh rekannya. Tidak butuh waktu lama hingga cahaya putih dari Lalia’s Pendant berubah menjadi sebuah tembok transparan yang mengelilingi satu per satu dari mereka.Jumlah boneka yang dimiliki Trish sudah menipis. Karena boneka yang digerakkan oleh Trish semakin sedikit, pergerakannya menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Benang-benang yang ia gunakan pun bertransformasi lagi. Gerakan benang milik Trish menjadi seratus kali lebih cepat dari sebelumnya. Bahkan berhasil menciptakan arus angin yang tidak kalah kencang dari Pilav. Semua yang berada di medan perang memutuskan untuk me
“Apa kau merasa puas, Tuan Putri? Kau memanfaatkan orang-orang mati ini sebagai senjatamu juga,” ucap Trish.“Mereka semua adalah rakyatku. Mereka semua adalah orangku!” teriak Pilav kemudian mulai mendorong Trish dengan angin miliknya.Trish yang sempat lengah itu berusaha memberikan serangan balasan. Muncul jarum di bagian ujung beberapa benang yang ada di tangannya itu Pilav tertawa melihat perubahan itu. “Apakah kau sedang membuka kelas menjahit?” Tentu kalimat yang dilontarkannya itu berhasil mengubah ekspresi Trish.“Kau lihat jarum ini? Ini bukan jarum seperti milik Tyra. Jarum ini sungguh beracun dan bisa mengubahmu menjadi boneka dalam sekejap,” ucap Trish.“Sampai sekarang pun, kamu masih menyebut nama Tyra. Untuk apa? Karena kau merasa tersaingi olehnya?” balas Pilav.“Karena hari ini … kamu dan Tyra akan mati,” ucap Trish.Pilav menggeleng. “Kalau dua nama itu yang kamu sebut, tentu saja ucapanmu salah. Kamu yang mati.”Setelah mengatakan kalimat itu dengan tegas, muncul
Suara kaki kuda yang berpacu mengisi keheningan. Jarak yang mereka tempuh sudah cukup jauh. Kabar baiknya adalah mereka berhasil menemukan jejak kaki kuda lainnya. Kemungkinan besar, jejak itu adalah milik kuda Pilav. Seth sebagai pemimpin pasukan kavaleri kecil ini memutuskan untuk mengikuti jejak itu.Dilihat dari suasana sekitar, mereka sudah keluar dari Escalera. Untuk di mana lokasi tepatnya mereka berada sekarang, tidak ada yang tahu.Ketika langit sudah mulai gelap, mereka sampai di sebuah lahan kosong. Seth menghentikan kudanya di tempat itu dan orang-orang yang ada di belakangnya mengikutinya. “Kita istirahat dulu untuk malam ini,” ucap Seth lalu turun dari kuda.“Tidak apa-apa kita istirahat? Sepertinya Pilav sudah sampai lebih dulu,” ucap Nyridia.“Dia juga pasti istirahat,” jawab Seth dengan tenang. “Kalau dia tidak istirahat—paling tidak, kudanya yang butuh istirahat.”“Masuk akal,” jawab Nyridia.Tim Elite mulai memasang tenda; Tim Eria menyiapkan makan malam. Mereka be
Tujuh ekor kuda sudah siap di pintu masuk Escalera. Selagi yang lain mempersiapkan diri untuk perang, Seth melaporkan semuanya kepada Herreros. Dia juga meminta izin untuk memimpin pertarungan antara Escalera dengan Blade.Perang ini terjadi di negeri lain. Dengan apa yang pernah terjadi di Rivera, tentu Herreros sedikit waswas. Namun, sekarang situasinya berbeda. Tidak akan ada yang protes mengenai pertarungan di Alba. Tidak akan ada seorang pemimpin yang menghampiri Escalera nanya untuk mempermasalahkan hal ini.Pada dasarnya, Alba memang sudah tidak ada. Pemimpin Alba pun merupakan boneka. Blade memang berani melakukan apa pun untuk memanipulasi dunia. Memalsukan sebuah kerajaan merupakan sebuah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan.Herreros awalnya ingin mengirim pasukan kesatria lain untuk membantu perang mereka nantinya. Tetapi, Seth menolak keras. Seth menekankan kepada Herreros bahwa perang ini bukanlah tanggung jawab Escalera. Penyebabnya adalah masalah pribadi. Seth dan lainn
Tim Elite terlihat gelisah. Di atas meja yang ada di tengah mereka sudah ada tiga cangkir teh. Tetapi, tidak ada yang menyentuhnya. Keadaan mereka seperti ini karena mereka berhasil mendapatkan sebuah fakta mengejutkan.Pilav Yoedger menghilang.Hari ini seharusnya Tim Elite berkumpul untuk diskusi. Tetapi, sampai di waktu yang dijanjikan, Pilav belum juga datang. Sebelumnya, Pilav tidak pernah terlambat di setiap janji. Sekitar lima menit setelah waktu yang ditentukan itu tiba, Seth mengirim ceodrin kepada Pilav. Tetapi, tidak ada jawaban yang mereka dapatkan lagi setelah empat jam. Kini, anggota Tim Elite yang tersisa hanya bisa duduk sambil berharap mendapat kabar tentang Pilav.Tim Elite juga sudah menghampiri rumah Pilav. Dengan bantuan Lou, pintu rumahnya yang terkunci itu berhasil dibuka. Lou memang memiliki kunci cadangan untuk semua rumah para kesatria karena rumah tersebut berasal dari dana pusat. Tetapi, si pemilik rumah tidak ada di sana. Barang-barangnya juga masih lengk
Dengan kakinya yang jenjang, Pilav berjalan menuju Soleclar.“Saya Pilav Yoedger dari Tim Elite. Saya ingin menemui Tuan Edberg,” ucap Pilav pada penjaga yang bertugas menerima tamu. Padahal, penjaga itu belum mengucapkan sepatah kata pun.Penjaga itu terlihat kebingungan. Dari lagaknya, sepertinya penjaga itu merupakan kesatria yang baru saja bekerja di Soleclar.Mendengar permintaan Pilav, salah satu penjaga yang tidak jauh dari sana mendekatinya. “Ikut saya.”Pilav mengikuti langkah penjaga itu hingga mereka berdua sampai di depan ruangan Edberg.“Terima kasih,” ucap Pilav kemudian membuka pintu itu.Suasana ruangan itu terlihat sangat berbeda. Interiornya tidak ada yang berubah. Tetapi, karena pemiliknya sudah diganti, rasanya tempat itu sangat asing.Edberg duduk di sofanya dengan penuh angkuh. Saat melihat ada tamu yang datang, ia memberi sinyal kepada Pilav untuk duduk di hadapannya. Sejak kedatangannya hingga berada di hadapannya, Pilav terus ditatap sinis oleh Edberg.“Ada ap