Roy membuka pintu rumahnya yang diketuk dari luar. “Halo, selamat pagi!” seru seorang perempuan dengan ceria. “Perkenalkan, aku Nyridia Lafelt, seorang kesatria. Apa kamu tertarik untuk menjadi seorang kesatria?”“Eh?” Roy tampak kebingungan.Melihat Roy yang tidak memberi jawaban, Nyridia pun menyerahkan sebuah kertas kepada pria itu. “Ini adalah formulir yang bisa kamu isi jika ingin mengikuti ujian masuk kesatria. Kalau ada pertanyaan, kamu bisa—eh, maaf, apakah kamu Roy?”Matanya membulat. “Bagaimana kamu tahu namaku?”Nyridia tertawa kecil. “Teman satu timku sempat bertemu denganmu saat latihan. Dia menceritakan bagaimana penampilanmu, makanya aku bisa mengenalimu. Aku tidak menyangka bisa kebetulan bertemu begini. Kamu juga sempat bilang mau jadi kesatria, kan?”“Ah, iya. Aku ingin jadi kesatria, tapi aku harus mengurus adik-adikku,” jawab Roy dengan ramah.“Adik-adik?” Nyridia berusaha melongok ke dalam rumah Roy. Namun, pemuda itu cepat-cepat keluar dari rumahnya dan menutup
Tyra mengeluarkan kunci selnya yang ia simpan selama ini. Setelah memastikan bahwa penjaganya sedang tidak memperhatikannya, ia membuka gembok. Suara gembok yang terbuka itu ia tutupi dengan suara dehaman.Tyra sangat sering mondar-mandir di Soleclar dengan berbagai alasan. Sebenarnya, ia memakai kesempatan itu untuk menghafal pergerakan setiap penjaga. Dengan begitu, dia tahu titik buta di setiap tempat dan bisa menemukan rute untuk kabur. Ia melakukan ini untuk berjaga-jaga jika ada situasi yang mengharuskan dirinya untuk kabur.Dua tahun yang lalu, Tyra kabur karena memiliki keinginan yang kuat untuk menjalankan rencana pribadinya. Dia kabur tanpa pikir panjang—tidak seperti saat ini. Waktu itu, ia berlari dengan kencang untuk keluar dari Soleclar dan tidak menyusun strategi terlebih dahulu.Gerakan para penjaga yang seperti robot itu bisa diprediksi dengan mudah oleh Tyra. Ketika memastikan jalur keluarnya aman, ia segera membuka pintu yang berada di ruang utama.Setelah berhasil
Tim Eria membawa beberapa kotak ke kantor pusat. Mereka sudah selesai menggeledah rumah Roy dan mendapatkan banyak barang bukti. Arias menunjukkan satu per satu bukti yang mereka temukan ke hadapan Herreros dan Lou. Tim Elite juga sudah ada di sana untuk mendapatkan informasi.“Jubah dengan corak bulu burung, rapier, barang-barang yang sempat ia beli di hari sebelumnya, dokumen-dokumen tentang Blade, ceodrin, koin dan kaca yang sama dengan milik Tyra.” Arias mengeluarkan satu per satu barang yang ia sebutkan.“Energi di ceodrin miliknya sudah sisa setengah. Sepertinya, ia sudah beberapa kali berkomunikasi dengan seseorang. Koin miliknya juga sudah saya periksa dan tidak ada energi yang tersimpan di sana,” lapor Feather“Berdasarkan dokumen yang ada di rumah Roy, saya bisa menyimpulkan bahwa dirinya sedang berencana menyerang Escalera. Dia pernah melakukan ini juga saat Tuan Rudolph masih memimpin,” ucap Felix. “Jika waktu itu Tuan Rudolph masih memimpin, berarti sudah lebih dari empat
Tim Elite berpencar setelah memutuskan tugas masing-masing. Seth bertugas memeriksa rumah Tyra di Desa Gowi. Pilav dan Eugene bertugas mencari keberadaan kedua tahanan itu. Pilav mencari di bagian hutan, sedangkan Eugene di bagian perkotaan. Nyridia fokus mencari jejak dingin milik Roy.Saat teman-temannya sudah pergi untuk menjalankan tugas masing-masing, Pilav baru mulai berjalan ke arah hutan. Ia berjalan menyusuri hutan yang berada di dekat Soleclar. Dari sana, ia masuk ke dalam gua dan berjalan menuju tempat persembunyian Tim Elite.Tangannya menggapai tombol rahasia tempat itu dan batu yang ada di hadapannya menghilang. Dahinya mengerut ketika mendapatkan bahwa tempat itu kosong. Tyra tidak ada di sana. Pilav segera berlari keluar dari gua itu dan mengitari hutan. Entah sudah berapa lama kedua tahanan itu kabur dari Soleclar. Yang terpenting, sudah satu malam terlewati. Di saat dirinya tertidur lelap, ada dua orang yang saling ingin membunuh.Pintu besar menuju gudang Soleclar
Setelah Klaus mengantar Pilav ke rumah sakit, ia segera mengirimkan ceodrin ke kesatria yang lain. Tidak lama setelah itu, Tim Elite dan Tim Eria kembali berkumpul di ruangan Herreros. Hanya Pilav yang tidak ada di sini karena dirinya sedang dirawat.Klaus menjelaskan rute pelarian milik Tyra dan Roy. Meski belum ada bukti pasti, tapi hanya itulah jalur yang mungkin ditempuh oleh mereka. Keberadaan Roy yang tidak jauh dari sana juga mendukung asumsinya.Penjelasan selanjutnya yang keluar dari mulut Klaus adalah bagaimana keadaan Pilav saat ia menemukannya. Klaus menceritakan semua yang ia lihat. Dia tidak tahu bagaimana pertarungan itu terjadi sejak awal, sehingga dia meminta kepada yang lain untuk bertanya langsung pada Pilav saja nanti.Tampang khawatir terlihat jelas pada wajah mereka. Luka yang didapatkan oleh Pilav dijelaskan dengan rinci oleh Klaus. Hanya saja, ia sendiri tidak tahu bagaimana Pilav diserang. Klaus sendiri memiliki luka cakaran yang sama seperti Lou—bahkan di tem
Setelah Tim Eria meninggalkan ruangan Herreros, Tim Elite pun maju.“Tuan, saya menemukan koin dan kepingan kaca yang sama ketika di Yasle. Koin ini berisi energi Tyra. Kami sudah mengeluarkan energi Tyra dari koin itu supaya dia tidak bisa menguping lagi,” jelas Nyridia lalu memberikan kedua barang bukti yang ia sebutkan. “Untuk pecahan kacanya, sepertinya hasil dari pertarungan dirinya dengan Roy.”“Bagaimana bisa Tyra memiliki koin dan kaca? Bukannya dia berada di Soleclar? Dari mana dia bisa mendapatkannya?” tanya Lou.“Kami juga tidak tahu, Tuan. Setelah koin dan kaca itu diteliti di Laboratorium Escalera, kami menyimpannya di markas kami untuk dijadikan senjata jika dibutuhkan. Lalu, koin dan kaca yang sempat ditemukan di rumah Roy itu masih ada di laboratorium bersama dengan barang milik Roy lainnya,” jelas Seth.“Tyra tidak mungkin mengambilnya dari lab. Apa benar koin dan kaca itu ada di markas kalian?” tanya Herreros.“Benar, Tuan. Saya yang meminta barang itu dari Laborator
Klaus menjenguk Pilav yang masih dirawat. Badan perempuan itu penuh dengan perban. “Kenapa kamu datang sendiri?” tanya Pilav ketika melihat kedatangan Klaus.“Memangnya kenapa? Kamu ingin bertemu Arias?” tanya Klaus setengah meledek.Pilav tertawa. “Ya, sejujurnya, aku lebih memilih melihat Arias daripada melihatmu.”“Kalau begitu, aku pulang,” balas Klaus yang meladeni candaannya. Mereka berdua pun tertawa.“Apa Tyra sudah ditemukan?” tanya Pilav yang memulai pembicaraan.Klaus menggeleng. “Nyridia menemukan koin dan potongan kaca seperti saat di Yasle. Sepertinya, Tyra memakai taktik itu lagi.”Pilav tidak terkejut sama sekali ketika mendengar kabar itu. Dia baru pertama kali mendengarnya, tapi dia sudah menduganya.“Aku dengar, kamu membuat masalah di ruangan Tuan Herreros,” kata Pilav.Klaus merasa malu karena soal itu diungkit. “Iya.”“Tidak apa-apa. Kamu hebat. Aku juga pernah mencari masalah dengan Tuan Herreros dan aku tidak menyesalinya. Kamu ingat, kan? Meski sempat merasak
Desa Gowi, tujuh tahun yang lalu“Bagaimana keadaan Alba?”Tyra yang baru saja kembali ke rumahnya itu disambut dengan pertanyaan dari seorang gadis kecil yang sudah ia selamatkan sebelumnya. “Alba sudah tidak ada. Aku dan Ritchie baru saja kembali dari sana. Tempat itu sudah tidak ada harapan,” jawab Tyra dengan jujur.Ekspresi gadis kecil itu menjadi sangat sedih. Tangannya terus bergetar. Ia terus bergumam, “Alba … Alba ….”Tyra menghampiri gadis kecil yang terus memeluk lututnya di sudut ruangan. "Kamu mau membalaskan dendammu?""Siapa yang melakukannya?" Tidak menjawab, gadis itu malah menyerukan pertanyaan dengan nada dingin.Tyra tertawa kecil. "Pilav, santai saja. Sepertinya, sejak kita bertemu, kamu tidak bisa memercayaiku.""Jawab. Siapa?""Blade."Pilav hanya terdiam ketika mendapat jawaban yang dia inginkan. Ini bukan pertama kali dirinya mendengar nama itu. Dirinya tidak tahu banyak tentang Blade. Tetapi, sebelum ini, kerajaannya memang sudah pernah diserang oleh Blade.
“Sudah bertemu dengan Pilav?” tanya Felix ketika Klaus kembali.Klaus menggeleng. “Dia sepertinya sudah pergi.”“Pergi ke mana?” tanya Nyridia.“Tidak tahu.” Klaus mengangkat bahunya.“Laki-laki memang secuek itu, ya?” gumam Nyridia.“Benar,” timpal Feather.“Bagaimana aku bisa menemukan laki-laki yang baik jika yang ada di sekitarku saja begini?” lanjut Nyridia.“Benar,” timpal Feather lagi.“Seleramu bahkan bukan laki-laki yang baik,” sindir Eugene.“Kau masih mengungkit soal itu?” tanya Nyridia kesal.“Siapa?” tanya Lou yang tidak tahu.“Roy Raven. Si Nyridia pernah naksir padanya,” jawab Eugene. “Cuma lihat dari tampangnya. Padahal tidak tahu baik buruknya bagaimana.”“Memangnya kenapa? Buktinya Seth sudah tampan, baik lagi,” balas Nyridia.“Aku juga bisa jadi contoh, tahu!” seru Eugene.“Apa? Kamu kebalikannya,” jawab Nyridia.“Apa maksudmu?!”“Apa mereka selalu begitu?” tanya Lou pada yang lain.Seth mengangguk. “Ya, selalu begitu.”Klaus hanya bisa menggelengkan kepalanya berka
Mata Pilav terbuka karena ada suara benturan di pintunya. Apa pun yang ada di luar sana, Pilav yakin bahwa pelakunya bukan manusia. Sehingga, ia segera bangkit dari kasurnya dan membuka pintu.“Ceodrin Receive.”Alih-alih memberikan pesan suara, ceodrin itu malah memberinya sebuah amplop putih. Pilav mengangkat satu alisnya karena tidak tahu tentang fungsi ceodrin yang bisa mengantarkan barang. Pilav menunduk untuk membaca tulisan tangan yang berada di luar amplop.Setelah menerima ini, hancurkan ceodrinnya.Pilav menatap ceodrin itu secara saksama. Ia sadar bahwa ceodrin itu terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Warnanya lebih pudar dari warna ceodrin pada umumnya. Namun, ukurannya lebih besar—mungkin untuk menyimpan barang.Di sisi lain, Pilav yakin bahwa pengirim ceodrin ini bukanlah orang yang asing baginya. Pengirimnya pasti sudah mengenalnya dengan baik, sampai tahu mengenai kemampuannya untuk menghancurkan benda mati.Jari telunjuknya menyentuh badan ceodrin. “Chaos.” Ceodri
Pilav berlari menghampiri tubuh Arias yang masih membeku. Eugene pun segera melelehkan esnya.“Pilav, jangan mendekat! Arias sudah terkena racun milik Trish,” ucap Seth. Meski sudah mendengar peringatan itu, Pilav tidak peduli. Ia memeluk tubuh Arias yang sudah kaku. Sesekali, ia menyisir rambut Arias. Ia tahu bahwa semuanya sudah tidak bisa dikembalikan seperti semula. Namun, kenaifannya tetap memenuhi dirinya.Beberapa saat kemudian, mata Arias terbuka. Namun, mata ini bukanlah mata yang dikenal Pilav. Melihatnya yang sudah mulai berubah, Pilav tidak bisa menahan air matanya.Semua yang diucapkan Trish itu benar. Jarumnya beracun. Jarumnya lebih beracun daripada milik Tyra yang hanya bisa melumpuhkan. Jarumnya benar-benar bisa mengubah seseorang menjadi boneka. Perubahan diri Arias yang menjadi boneka itu membuat pergerakan Trish melambat. Berkat itu, Nyridia berhasil melakukan serangan penutup. Trish perlu menyalurkan energinya untuk boneka miliknya. Sayangnya, bahkan ketika Tris
Pilav menebas satu per satu boneka yang ada di dekatnya. Terlihat Lalia’s Pendant miliknya yang menyala—tanda bahwa liontin itu sedang aktif. Ia menggunakan kesempatan ini untuk menggunakan jurus rahasia milik Kerajaan Alba.Sambil menekan liontin putih yang sedang menyala, Pilav memejamkan matanya. Muncul cahaya besar berwarna putih di hadapannya. Kemudian, cahaya itu terpecah belah dan berterbangan ke arah tujuh rekannya. Tidak butuh waktu lama hingga cahaya putih dari Lalia’s Pendant berubah menjadi sebuah tembok transparan yang mengelilingi satu per satu dari mereka.Jumlah boneka yang dimiliki Trish sudah menipis. Karena boneka yang digerakkan oleh Trish semakin sedikit, pergerakannya menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Benang-benang yang ia gunakan pun bertransformasi lagi. Gerakan benang milik Trish menjadi seratus kali lebih cepat dari sebelumnya. Bahkan berhasil menciptakan arus angin yang tidak kalah kencang dari Pilav. Semua yang berada di medan perang memutuskan untuk me
“Apa kau merasa puas, Tuan Putri? Kau memanfaatkan orang-orang mati ini sebagai senjatamu juga,” ucap Trish.“Mereka semua adalah rakyatku. Mereka semua adalah orangku!” teriak Pilav kemudian mulai mendorong Trish dengan angin miliknya.Trish yang sempat lengah itu berusaha memberikan serangan balasan. Muncul jarum di bagian ujung beberapa benang yang ada di tangannya itu Pilav tertawa melihat perubahan itu. “Apakah kau sedang membuka kelas menjahit?” Tentu kalimat yang dilontarkannya itu berhasil mengubah ekspresi Trish.“Kau lihat jarum ini? Ini bukan jarum seperti milik Tyra. Jarum ini sungguh beracun dan bisa mengubahmu menjadi boneka dalam sekejap,” ucap Trish.“Sampai sekarang pun, kamu masih menyebut nama Tyra. Untuk apa? Karena kau merasa tersaingi olehnya?” balas Pilav.“Karena hari ini … kamu dan Tyra akan mati,” ucap Trish.Pilav menggeleng. “Kalau dua nama itu yang kamu sebut, tentu saja ucapanmu salah. Kamu yang mati.”Setelah mengatakan kalimat itu dengan tegas, muncul
Suara kaki kuda yang berpacu mengisi keheningan. Jarak yang mereka tempuh sudah cukup jauh. Kabar baiknya adalah mereka berhasil menemukan jejak kaki kuda lainnya. Kemungkinan besar, jejak itu adalah milik kuda Pilav. Seth sebagai pemimpin pasukan kavaleri kecil ini memutuskan untuk mengikuti jejak itu.Dilihat dari suasana sekitar, mereka sudah keluar dari Escalera. Untuk di mana lokasi tepatnya mereka berada sekarang, tidak ada yang tahu.Ketika langit sudah mulai gelap, mereka sampai di sebuah lahan kosong. Seth menghentikan kudanya di tempat itu dan orang-orang yang ada di belakangnya mengikutinya. “Kita istirahat dulu untuk malam ini,” ucap Seth lalu turun dari kuda.“Tidak apa-apa kita istirahat? Sepertinya Pilav sudah sampai lebih dulu,” ucap Nyridia.“Dia juga pasti istirahat,” jawab Seth dengan tenang. “Kalau dia tidak istirahat—paling tidak, kudanya yang butuh istirahat.”“Masuk akal,” jawab Nyridia.Tim Elite mulai memasang tenda; Tim Eria menyiapkan makan malam. Mereka be
Tujuh ekor kuda sudah siap di pintu masuk Escalera. Selagi yang lain mempersiapkan diri untuk perang, Seth melaporkan semuanya kepada Herreros. Dia juga meminta izin untuk memimpin pertarungan antara Escalera dengan Blade.Perang ini terjadi di negeri lain. Dengan apa yang pernah terjadi di Rivera, tentu Herreros sedikit waswas. Namun, sekarang situasinya berbeda. Tidak akan ada yang protes mengenai pertarungan di Alba. Tidak akan ada seorang pemimpin yang menghampiri Escalera nanya untuk mempermasalahkan hal ini.Pada dasarnya, Alba memang sudah tidak ada. Pemimpin Alba pun merupakan boneka. Blade memang berani melakukan apa pun untuk memanipulasi dunia. Memalsukan sebuah kerajaan merupakan sebuah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan.Herreros awalnya ingin mengirim pasukan kesatria lain untuk membantu perang mereka nantinya. Tetapi, Seth menolak keras. Seth menekankan kepada Herreros bahwa perang ini bukanlah tanggung jawab Escalera. Penyebabnya adalah masalah pribadi. Seth dan lainn
Tim Elite terlihat gelisah. Di atas meja yang ada di tengah mereka sudah ada tiga cangkir teh. Tetapi, tidak ada yang menyentuhnya. Keadaan mereka seperti ini karena mereka berhasil mendapatkan sebuah fakta mengejutkan.Pilav Yoedger menghilang.Hari ini seharusnya Tim Elite berkumpul untuk diskusi. Tetapi, sampai di waktu yang dijanjikan, Pilav belum juga datang. Sebelumnya, Pilav tidak pernah terlambat di setiap janji. Sekitar lima menit setelah waktu yang ditentukan itu tiba, Seth mengirim ceodrin kepada Pilav. Tetapi, tidak ada jawaban yang mereka dapatkan lagi setelah empat jam. Kini, anggota Tim Elite yang tersisa hanya bisa duduk sambil berharap mendapat kabar tentang Pilav.Tim Elite juga sudah menghampiri rumah Pilav. Dengan bantuan Lou, pintu rumahnya yang terkunci itu berhasil dibuka. Lou memang memiliki kunci cadangan untuk semua rumah para kesatria karena rumah tersebut berasal dari dana pusat. Tetapi, si pemilik rumah tidak ada di sana. Barang-barangnya juga masih lengk
Dengan kakinya yang jenjang, Pilav berjalan menuju Soleclar.“Saya Pilav Yoedger dari Tim Elite. Saya ingin menemui Tuan Edberg,” ucap Pilav pada penjaga yang bertugas menerima tamu. Padahal, penjaga itu belum mengucapkan sepatah kata pun.Penjaga itu terlihat kebingungan. Dari lagaknya, sepertinya penjaga itu merupakan kesatria yang baru saja bekerja di Soleclar.Mendengar permintaan Pilav, salah satu penjaga yang tidak jauh dari sana mendekatinya. “Ikut saya.”Pilav mengikuti langkah penjaga itu hingga mereka berdua sampai di depan ruangan Edberg.“Terima kasih,” ucap Pilav kemudian membuka pintu itu.Suasana ruangan itu terlihat sangat berbeda. Interiornya tidak ada yang berubah. Tetapi, karena pemiliknya sudah diganti, rasanya tempat itu sangat asing.Edberg duduk di sofanya dengan penuh angkuh. Saat melihat ada tamu yang datang, ia memberi sinyal kepada Pilav untuk duduk di hadapannya. Sejak kedatangannya hingga berada di hadapannya, Pilav terus ditatap sinis oleh Edberg.“Ada ap