Yumna mengumpulkan kekuatannya lalu melepaskan cekalan tangan Abira lalu menampar pria itu sekuat tenaga.
Baru kali ini Yumna benar-benar merasa di rendahkan oleh orang lain! Bajingan mesum itu berani sekali menyentuh tubuhnya!
"Saya tau, bapak memang engga punya norma kesopanan tapi, tolong jaga attitude bapak dirumah saya!"
Kesal!
Yumna sangat kesal dengan pria bernama Abira itu!
Gadis itu kembali berusaha bangkit dari pangkuan Abira tapi, pria gila itu tetap tidak mau melepaskannya dan semakin menampilkan senyuman jahatnya.
Bugh
Gerakan tubuh Yumna yang semakin brutal akhirnya membuat kursi itu tidak seimbang kemudian terjungkal kebelakanng. Yumna terkejut setengah mati saat dia jatuh tepat di atas tubuh Abira, keterkejutannya semakin bertambah saat Abira tidak menampilkan tampang kesakitan.
Abira justru melilit pinggang Yumna dengan erat menggunakan tangannya, padahal gadis itu berusaha menahan tubuhnya dengan lengannya agar tidak menempel pada Abira.
"Bajingan! Bapak bertingkah seperti orang yang enggak berpendidikan!" Yumna jengkel saat mata Abira menatap intens bagian dadanya yang terdikit terbuka.
Abira terkekeh kejam lalu semakin menekan punggung Yumna hingga tubuh gadis itu benar-benar menempel padanya. "Bukannya yang bertingkah seperti orang yang enggak terdidik itu kamu? Kamu buka lebar kaki kamu di depan saya, kamu menggoda saya dengan membusungkan dada kamu, dan sekarang kamu berbaring di atas tubuh saya. Kamu memang biasa bersikap murahan ya?"
"Una! Suara apa itu? Ada yang jatuh?" suara Bharga terdengar mendekat.
"Lepas! Bapak jangan gila!" panik Yumna, bagaimana jika Bharga salah paham saat melihat posisi mereka?
Bukannya melepas, Abira justru mengeratkan tangannya dengan mata yang menghunus Yumna tajam hingga mampu membuat gadis itu bergidik ngeri.
"Lepas? Untuk apa? Saya malah ingin menunjukan sama ayah kamu, kalo anak gadisnya ini sering bertingkah seperti wanita murahan."
Yumna memasang wajah penuh permohonan pada Abira. "Tolong lepas, Pak."
"Una."
Tepat sebelum Bharga benar-benar memasuki taman belakang, Abira segera melepaskan tangannya dan mendorong Yumna menjauh. Gadis itu segera bangun dan berlari ke dalam kamarnya.
Masa bodo jika dia di bilang tidak sopan!
"Loh Una kenapa?" Bharga menatap bingung pada Yumna yang berlari kencang lalu mengalihkan pandangannya pada Mario yang sedang menepuk-nepuk pakaiannya.
Abira memasang senyuman manis andalannya. "Itu mungkin malu, Ba. Tadi jatuh dari kursi, saya mau tolong tapi langsung lari."
•••
"Pokoknya Una enggak mau nikah sama Abira, Ba." Yumna menatap penuh protes pada kedua orang tuanya setelah kepulangan keluarga Abira.
Kinanti mendekati gadis yang tengah berapi-api itu, tangannya mengusap lembut bahu Yumna. "Kenapa, Na? Abira itu baik, orangnya juga sopan, ramah."
Yumna mengepalkan tangannya erat, hatinya tidak rela saat bajingan mesum itu mendapat pujian. Baik? Sopan? Ramah? Pria itu hanya berkamuflase!
Tapi, gadis itu bingung bagaimana cara menyampaikan pada orang tuanya jika Abira itu tidak baik. Dia tidak punya bukti, dan pria itu pun bersikap sangat manis di depan orang tuanya.
"Una sudah besar, Ba. Una ingin pilih sendiri pendamping hidup Una, dan Una enggak mau Abira jadi pendamping hidup Una, Ba."
Bharga menghela nafasnya, sedikit kesal karena anaknya itu bersikap keras kepala dan susah di bujuk untuk menerima Abira. "Lalu mau kamu apa? Mario?! Sadar Na, orang tua Mario saja enggak setuju sama kalian, bukan cuma Baba yang engga setuju! Baba masih bisa bersikap baik pada Mario tapi, apa orang tua dia melakukan hal yang sama pada kamu? Engga 'kan?!"
Kepala Yumna menggeleng, bukan karena hal itu dia menolak! "Bukan tentang Mario, Ba. Kenapa Baba ungkit hal itu? Abira enggak sebaik yang Baba lihat, dia itu enggak baik, Ba."
"Enggak baik seperti apa?! Dia memperlakukan orang tuanya dengan baik, sikapnya pada orang lain juga bagus. Jika Abira bisa menerima perjodohan ini dengan lapang dada, kenapa kamu enggak? Baba enggak mungkin kasih kamu sesuatu yang buruk, Na."
Gadis itu memilin jari-jarinya, dia juga heran mengapa Abira tidak keberatan dengan perjodohan ini? Harusnya pria itu juga menolak, sama seperti dirinya!
Jika seperti ini, bukankah sudah bagi dirinya untuk menolak?
"Keputusan Baba sudah bulat, Baba sama orang tua Abira juga sudah sepakat untuk menikahkan kalian. Baba minta kamu nurut sama Baba, dan enggak nolak lagi!" ucap Bharga sebelum pria itu pergi begitu saja meninggalkan Yumna yang masih di tenangkan oleh Kinanti.
Haruskah dia menikah dengan pria yang jelas-jelas bajingan itu?
•••
Yumna memandangi punggung kokoh Mario yang berjalan melaluinya, sebenarnya jika dia tidak bersembunyi seperti sekarang, sudah pasti pria itu akan menyapanya.
Marionya sangat gagah seperti biasa, dia ingin kembali merasakan belaian hangat pria itu di kepalanya. Ingin banyak bercerita seperti dulu saat mereka masih menjalin hubungan.
Dia ingin memberitahu Mario perihal siapa pria yang di jodohkan dengannya, dia ingin menceritakan segala keluhannya pada pria itu, tapi nyatanya dirinya tidak bisa!
"Memalukan sekali, tingkah kamu sudah seperti penguntit! Ah iya, apa jadinya jika Mario Raja Gavarel tau siapa yang akan menjadi suami kamu? Tapi saya rasa dia pasti bersyukur, karena dia enggak harus menikahi gadis seperti kamu! Dan sialnya saya yang harus mendapat barang bekas!"
Yumna berjengit kaget saat tangannya sedikit di cekal dan lontaran kata-kata kasar terdengar kembali dari mulut Abira. Biadab memang!
Di antara banyaknya orang di kantor ini, mengapa harus Abira si Manusia Gila Bajingan Mesum yang melihatnya memperhatikan Mario?!
"Kalo yang bapak maksud barang bekas itu karena bapak anggap saya sudah melakukan sex, sepertinya bapak harus berkaca. Mungkin yang bapak bicarakan itu keburukan bapak sendiri!" Yumna mendelik kesal, bisakah Abira dibuat tidak bisa bicara saja?!
Abira berdiri angkuh dengan kedua tangan yang masuk ke dalam sakunya. "Mana ada maling ngaku? Segera ke ruangan saya. Sekarang!"
Pria itu berjalan gagah di depan Yumna, di ikuti gadis itu dengan terpaksa. Jika Yumna tidak mengingat bahwa Abira adalah calon suaminya, bisa di pastikan pria itu akan dia pukuli hingga babak belur!
"Ini undangan untuk resepsi nanti, kamu baca, kamu lihat, saya enggak terima komplain, dan walaupun kamu komplain saya enggak peduli. Asal kamu tau, waktu saya terkuras hanya untuk mengerjakan hal seperti ini!" Abira melempar satu buah undangan berwarna hitam dengan aksen gold di tengahnya. Tentu saja saat mereka sudah sampai di ruangan pria itu!
Sedikit mengumpat karena kelakuan Abira, Yumna akhirnya mengambil undangan yang jatuh ke lantai akibat lemparan pria itu. Matanya dapat melihat dengan jelas nama yang tertera di depan undangan itu.
Abira Zayyan Khairu & Yumna Adhysty Malik
Di tulis dengan tinta berwarna emas tepat di depan undangan itu, lalu ada huruf A dan Y yang di jadikan logo di sisi kanan undangan itu.
Yumna menghela nafasnya, sangat sulit menjabarkan perasaannya saat ini. Kesal, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Menolak pun jelas kembali di tolak!
"Bapak itu kayak muak banget lihat saya, bagaimana bapak bisa enggak nolak pak? Saya aja eneg banget lihat muka bapak, gimana kalo kita nikah nanti?" memasang wajah melas, adalah yang Yumna lakukan saat ini.
Dia sangat berharap jika Abira membatalkan pernikahan ini!
Abira tersenyum sinis, lalu berjalan mengitari tubuh Yuma. Jelas dia tidak suka, bahkan ingin melenyapkan gadis itu tapi, untuk sekarang biarkan saja.
"Kata siapa? Saya justru enggak sabar untuk nyicipin tubuh kamu, dan buat kamu teriak puas di bawah saya. Tenang saja, saya ahli dalam hal memuaskan wanita di ranjang, kamu jangan takut tidak terpuaskan. Bahkan Mario Raja Gavarel itu jauh di bawah saya!"
Pria itu berbicara tepat di samping telinga Yumna di barengi dengan remasan kuat di pinggang wanita itu, lalu kalimatnya akhiri dengan jilatan sensual di telinga gadis itu.
Bajingan mesum!
•••
Yumma keluar dari ruangan Abira dengan kepala tertunduk sambil menyilangkan tangannya di dada, matanya sedikit memerah karena menahan air matanya.
Abira terus-terusan memperlakukannya seperti perempuan yang tidak punya harga diri! Pria itu selalu menyentuhnya di bagian-bagian pribadinya.
Jika boleh jujur, sebenarnya dia merasa takut setiap kali harus berurusan dengan Abira. Takut jika pria itu bertindak macam-macam!
Beberapa orang yang di lewati, menatapnya sedikit tajam, tidak biasanya dia menjadi pusat perhatian seperti ini!
"Yumna!"
Kepalanya otomatis menoleh pada senior perempuan yang memanggilnya, gadis itu menarik nafasnya dalam lalu berjalan menghampiri orang itu.
"Kenapa mbak?" Yumna memasang senyuman ramahnya walupun wanita di hadapannya memberi tatapan tajam.
"Bukannya kamu itu pacar Pak Mario? Kenapa bisa kamu menikah dengan Pak Abira?"
Dahi Yumna mengernyit heran, kenapa seniornya itu bisa tau? "Hah?"
Senior Yumna mengangkat tinggi-tinggi undangan berwarna hitam yang langsung membuat mata Yumna membelak kaget.
Lalu matanya memindai orang-orang yang berada di sekitarnya. Astaga! Mereka semua memegang undangan pernikahannya! Undangan itu sudah tersebar? Mengapa dia tidak tau?!
"I-it-
"Kamu enggak hamil diluat nikah sama Pak Abira 'kan?"
"Maaf kalo Baba harus bicara seperti ini, bukannya baba enggak suka kamu jalin hubungan sama Yumna. Baba senang, kamu buat anak baba bahagia, kamu lelaki yang baik tapi untuk melanjutkan hubungan dengan Yumna ke jenjang yang lebih serius, Baba rasa itu bukan keputusan yang tepat. Baba yakin akan ada perempuan yang mempunyai keyakinan sama seperti kamu dan membuat kamu nyaman."Mario Raja Gavarel memberanikan diri menatap pria paruh baya yang berstatus sebagai ayah dari Yumna Adhystya Malik, kekasihnya.Kakinya bergerak gelisah, jantungnya terasa berdetak begitu cepatnya setelah mendengar kata demi kata yang ayah Yumna sampaikan."Tapi, Mario cinta sama Yumna, Ba."Bhargara Malik menatap Mario yang memasang wajah penuh permohonan padanya, dia cukup mengerti perasaan Mario. Tapi, dia akan tetap pada keputusannya!"Baba tau, tapi memang seharusnya kalian berpisah sekarang dari pada perasaan kalian tumbuh lebih besar lagi. Akan lebih
Yumna menggelengkan kepalanya tidak paham, kenapa seorang Abira Zayyan Khairu bisa mengira dirinya hamil?!Jika alasan pria itu adalah karena melihat dirinya muntah-muntah kemarin, Abira salah besar! Dia muntah karena asam lambungnya naik, bukan karena hamil!Lagi pula antara dia dan Mario memang tidak pernah melakukan hubungan intim layaknya suami istri!"Bapak itu memang atasan saya tapi, ucapan bapak sama sekali enggak sopan walaupun saya memang bekerja di tempat bapak!"Abira melangkah semakin mendekat, hingga gadis itu tersudut. "Kamu murahan tapi jual mahal! Kamu sebut nominal saja, saya pasti bayar. Kamu menangis karena Mario enggak mau tanggung jawab atas kehamilan kamu 'kan?! Kamu terlalu murah!"Tangan Yumna mengepal kuat, kekesalannya semakin bertambah. Dia heran mengapa Abira selalu membicarakan hal yang tidak baik padanya, padahal dia sama sekali tidak pernah mengganggu pria gila itu!"Saya enggak hamil! Bapak
Canggung. Itu yang Yumna rasakan saat ini! Duduk kembali di samping Mario dan di hadapan Abira, sebenarnya tidak masalah jika dia harus duduk di samping Mario setelah hubungan mereka kandas tapi, tidak dengan di hadapan Abira! Saat memasuki jam pulang kantor tiba-tiba Abira memanggilnya kembali ke ruangan pria itu, dan mengajak Yumna makan malam bersama dengannya dan Mario. Gila! Yumna tidak tau, apa yang sebenarnya ada di dalam isi otak bosnya itu. Apa ini bentuk dua wajah Abira agar projeknya dan Mario berjalan lancar? Abira berpura-pura baik padanya di depan Mario agar mantan kekasihnya itu mengira jika Abira berkelakuan sangat baik padanya. Begitu 'kan? Pasti begitu! Abira kan tidak tau jika hubungan dia dan Mario telah selesai! Haish! Kepalanya jadi pusing sendiri! "Kamu kenapa, Na? Enggak suka sama makanannya?" Gadis meringis kecil, lalu menolehkan kepalanya kesamping, menghadap pada Ma
Menatap pantulan dirinya di cermin, kemudian membuang nafasnya dengan perlahan, itu sudah dia lakukan berkali-kali untuk mengusir rasa kecewa dan kesal di dadanya.Yumna menatap matanya di cermin, dia sudah cantik dengan balutan dress peach selutut dengan akses pita di pingganya, rambutnya pun sudah di kepang satu ke samping, andai saja yang mau melamarnya itu Mario. Pasti dia sangat bahagia!Dia tidak menyangka jika Bharga telah membuat rencana menjodohkan dia, jauh sebelum hubungannya dengan Mario putus. Dirinya pun tidak bisa mengelak, karena dua pihak keluarga sudah menyetujui.Tok tok tok"Na, Pak Dewa sudah datang, cepat turun ke bawah ya." Suara Kinanti, ibu Yumna, terdengar memanggil.Jantung Yumna berdetak hebat, dia berharap perjodohan ini tidak terjadi! Dia hanya mencintai Mario, dan tidak ingin bersama dengan pria lain!"I-iya Bun." Lain di hati, lain di mulut. Dia pun tidak bisa menyuarakan isi hatinya dan hanya bisa menerima.