Bab 94
"Oh ya kita pakai mobil kamu aja, Ya?" Ranty melirik Abraham."Bukannya tadi kamu bawa mobil?" Abraham bertanya heran. "Ya, tadi aku memang membawa mobil sendiri, tapi tadi mobilku sempat mogok di tengah jalan, takutnya nanti malah mogok beneran. Jadi untuk antisipasi kita pakai mobil kamu aja deh." tutur Ranty panjang lebar.Abraham merasa tak terlalu masalah.Ranty tersenyum dalam hati, ia merasa setidaknya bisa beruntung hari ini. Abraham telah bersedia menemani plus duduk dalam satu mobil pula. Duduk bersebelahan dengan laki-laki setampan Abraham memang benar-benar sebuah kebanggaan tersendiri bagi perempuan seperti Ranty.Ranty tersenyum-senyum. Usahanya ternyata membuahkan hasil. Meski sebelumnya ia boleh dikatakan sedikit mengemis untuk meminta Abraham agar bersedia pergi bersamanya. Ini sama saja memberi Ranty kesempatan untuk bisa memamerkan laki-laki tampan tersebut kepada sang teman-teman di acara peBab 95 "Jika benar, kenapa aku tidak tahu kalau ada liontin di sana?" Mera bertanya-tanya. "Ada apa, Sayang?" tanya Brandy tanla menalingkan wajahnya dari laptop. "Tidak. Tidak ada apa-apa." jawab Mera. Mera bersyukur barusan panggilan dari Bi Dian tidak di loudspeaker. Jadi Brandy tidak mendengar isi dari percakapan mereka. Mera keluar. Sambungan telepon masih belum ia matikan. "Bi, tolong jangan katakan pada siapapun soal liontin itu ya!" Mera memperingati sebelum percakapan tersebut di putuskan.***"Iya, Nyonya. Ini liontin yang saya temukan tadi." Bi Dian menyodorkan sebuah liontin emas putih ke tangan Mera. Mera takjub. Benda mungil tersebut begitu cantik. Merah terkesan. "Terima kasih banyak, Bi. Untung Bibi yang menemukannya. Kalau tidak, tentulah ini akan terbuang. Sekali lagi terima kasih banyak ya, Bi." ucap Mera bersyukur. "Ya sama-sama, Nyonya. S
Bab 96 Mera sibuk mengatur letak tatanan baju di dalam butiknya. Di usia kehamilannya yang telah menginjak sembilan bulan, wanita itu masih terlihat bersemangat mengembangkan bisnisnya."Mera!" sebuah suara menyapa.Mera menoleh.Seorang wanita menatapnya tajam."Ada apa Kirana?""Aku datang untuk menagih janji.""Janji apa?""Kapan kau akan melepaskan Brandy?" tanya Kirana."Kapan aku berjanji ingin melepaskan Brandy? Aku tak pernah berjanji seperti yang kau sebutkan?" jawab Mera."Kau sudah sungguh tidak takut dengan ancamanku?" Kirana mendelik."Buat apa aku takut? Ancamanmu tidak akan pernah membuatku gentar. Kau dengar aku ya, selama Brandy masih mencintaiku, aku tidak akan pernah melepaskannya." kembali Mera menjawab."Kami menikah karena saling mencintai. Kami menikah tidak karena keterpaksaan. Brandy mencintaiku, bukan mencintaimu. Sayangnya kau yang terl
Bab 97"Mera, sedikit lagi posisimu benar-benar akan tersingkirkan. Apa kau tahu kalau sekarang Abraham tengah dekat dengan seorang wanita cantik? Dia akan menemani Abraham. Dan gadis cantik itu, sepertinya Abraham ketika sedang jatuh cinta padanya. Setiap hari kekasih baru Abraham akan mengantarkan makanan ke tempat kerja laki-laki tersebut." Kirana berucap mencibir."Lah itu memang hak dia, itu sama sekali bukan berita penting. Kalau memang benar mereka pacaran Iya sudah memang yang wajar tuh perempuan mengantarkan makan siang untuk kekasihnya. Lalu maumu apa menyampaikan hal sepele seperti ini? Meski Abraham mendapatkan kekasih baru bahkan ia ingin menikah sekalipun itu tidak ada urusannya denganku. Bahkan aku juga turut bahagia dong berarti sebentar lagi aku akan mendapatkan teman baru dalam keluarga Jonathan. Apa yang kau katakan bukanlah berita buruk." ujar Mera."Maksudku bukan itu. Tapi yang kumaksud adalah jika Abraham sudah bersama wanita lain,
Bab 98 "Kelihatannya Kak Abraham udah begitu dekat sama Ranty." ujar Brandy ketika berkunjung ke rumah sang Ibu. "Ya alhamdulillah. Semuanya mengalir begitu saja. Ranti Ternyata wanita yang cukup memikat. Sepertinya aku tidak salah mendekatkan diri pada wanita itu." jawab Abraham. Merah sedikitpun tak menanggapi obrolan dua bersaudara di sampingnya. Hanya sebuah senyuman manis terpasang pada kedua sudut bibirnya. Obrolan tersebut terkadang membuatnya salah tingkah. Meskipun hatinya bergetar mendengar ungkapan-ungkapan cinta tentang Ranty yang Abraham ucapkan, Mera tak bisa berbuat apa-apa. Setitik rasa bersyukur terbersit di sudut hatinya yang tengah terpuruk. Bersyukur karena akhirnya Abraham mendapatkan seorang wanita tambatan hatinya, dengan begitu artinya Abraham dan Mera benar-benar tidak punya jalan lagi untuk kembali tersentuh dengan masa lalu. Namun kendati demikian, Mera sendiri juga merasa terpuruk. Karena
Bab 99 Segenap keluarga Jonathan mendukung baik hubungan antara Ranty dan Abraham. Begitu pula dengan Brandy dan Mera.Sebagaimana hari ini, Ranty sengaja diundang ke rumah keluarga Abraham untuk makan malam bersama.Ternyata di luar dugaan, gadis itu malah datang lebih awal dari perkiraan. Wanita itu datang dengan sendirinya tanpa menunggu jemputan Abraham.Mera baru tahu, ternyata sosok Ranty begitu ramah dan boleh disebut sebagai sosok yang terbilang mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Sedikit berbeda dengan sikap Mera yang sedikit pendiam dan pemalu."Aduh... saya mau bantu-bantu di dapur boleh, ya?" disela-sela obrolan Ranty berkata."Oh tidak perlu, Nak Ranty. Khusus untuk memasak, ibu sudah siapkan beberapa asisten untuk melakukannya. Jadi kamu sama Mera tidak perlu memikirkan masalah masak-memasak." ujar Nyonya Jonathan lembut."Tapi Nyonya, saya memang hobi memasak." kilah Ranty dengan har
Bab 100Merah tengah menyiram bunga-bunga yang sedang bermekaran di pot taman tatkala dilihatnya seorang wanita yang tak asing datang ke rumah."Ada apa, Bi?" tanya Mera."Ada tamu menunggu di teras depan, Nyonya." jawab Bi Dian."Baiklah, aku akan menemuinya." Mera melangkah ke depan.Mera melengos ketika di lihatnya seorang wanita muda duduk di kursi teras. "Ada apa lagi wanita ini kemari?" Mera mendengus tak suka. "Selamat pagi, Mera. Bolehkah aku masuk?" Kirana berkata. "Tentu saja jika aku mempersilahkan." jawab Mera."Tapi kukira lebih baik kita mengobrol di sini saja." Mera melangkah menuju ke kursi taman samping. Mera merasa tak sudi jika harus mengajak wanita pembuat ulah itu masuk ke dalam rumah."Hmm... Tidak masalah." Kirana mengikuti langkah kaki Mera. Menyusuri pinggiran taman yang cukup asri. "Enak bener hidupmu ya, Mera. Udah disiapin hunian mewah
Bab 101"Oh maaf. Tadi aku salah bicara. Maksudku barusan adalah ancaman wanita ini." jawab Mera.Terlihat Kirana mendekat. "Jangan bohong kamu, Mera! Atau akan kebongkar rahasiamu!" Kirana berkata dengan sorot mata mengancam. Mera memperkuat pertahanan hati dan kesabaran. Kali ini ia pasrah, sekaligus siap dengan apapun yang terjadi. Baik jika Kirana membeberkan semuanya, atau pun tidak. Kirana seperti ingin berbicara, namun mendadak wanita itu menghentikan aksinya."Ayo tunggu apalagi, Kirana? Katakan saja rahasia apa yang ingin kau bongkar?" dengan berani Mera menantang.Kirana masih membisu. Mulutnya terkatup rapat, seolah ada sesuatu yang menghentikan niat dalam hatinya."Kirana! Sudah berulang kali aku katakan kepadamu, bahwa tidak usah berusaha untuk memperkeruh Rumah tangga kami lagi. Kita semua sudah dewasa, dan tentu saja kita tahu apa yang pantas dilakukan dan mana yang tidak pantas. Aku yakin kamu
Bab 102Tanpa terasa, hari dan bulan pun terus berlalu, keluarga Jonathan tengah bersuka cita menyambut kelahiran anggota baru keluarga mereka. Di mana kelahiran bayi yang di tunggu-tunggy tersebut tak akan lama lagi. Seorang bayi mungil akan segera hadir di tengah-tengah mereka. Di mana itu merupakan sebuah anugerah dan suatu kebanggaan tersendiri bagi keluarga Jonathan."Bi Dian? Bagaimana, Bi? Apakah semua persiapan sudah disiapkan?" Nyonya Jonathan sibuk memantau persiapan yang akan mereka bawa keesokan harinya. Ya, esok hari mereka sekeluarga akan mengantar Mera ke sebuah rumah sakit swasta terpercaya untuk melakukan prosedur kelahiran anggota keluarga baru mereka.Ya, sesuai dengan saran dokter, Mera tidak bisa melahirkan secara normal. Oleh karena itu tindakan operasi caesar adalah satu-satunya alternatif yang harus ia jalani. Nyonya Jonathan masih terlihat sibuk kesana kemari memastikan tidak akan ada barang-barang yang tertinggal. Ini a