Share

Bab 94

Penulis: Silla Defaline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 94

"Oh ya kita pakai mobil kamu aja, Ya?" Ranty melirik Abraham.

"Bukannya tadi kamu bawa mobil?" Abraham bertanya heran.

"Ya, tadi aku memang membawa mobil sendiri, tapi tadi mobilku sempat mogok di tengah jalan, takutnya nanti malah mogok beneran. Jadi untuk antisipasi kita pakai mobil kamu aja deh." tutur Ranty panjang lebar.

Abraham merasa tak terlalu masalah.

Ranty tersenyum dalam hati, ia merasa setidaknya bisa beruntung hari ini. Abraham telah bersedia menemani plus duduk dalam satu mobil pula. Duduk bersebelahan dengan laki-laki setampan Abraham memang benar-benar sebuah kebanggaan tersendiri bagi perempuan seperti Ranty.

Ranty tersenyum-senyum. Usahanya ternyata membuahkan hasil. Meski sebelumnya ia boleh dikatakan sedikit mengemis untuk meminta Abraham agar bersedia pergi bersamanya. Ini sama saja memberi Ranty kesempatan untuk bisa memamerkan laki-laki tampan tersebut kepada sang teman-teman di acara pe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Between Two Loves   Bab 95

    Bab 95 "Jika benar, kenapa aku tidak tahu kalau ada liontin di sana?" Mera bertanya-tanya. "Ada apa, Sayang?" tanya Brandy tanla menalingkan wajahnya dari laptop. "Tidak. Tidak ada apa-apa." jawab Mera. Mera bersyukur barusan panggilan dari Bi Dian tidak di loudspeaker. Jadi Brandy tidak mendengar isi dari percakapan mereka. Mera keluar. Sambungan telepon masih belum ia matikan. "Bi, tolong jangan katakan pada siapapun soal liontin itu ya!" Mera memperingati sebelum percakapan tersebut di putuskan.***"Iya, Nyonya. Ini liontin yang saya temukan tadi." Bi Dian menyodorkan sebuah liontin emas putih ke tangan Mera. Mera takjub. Benda mungil tersebut begitu cantik. Merah terkesan. "Terima kasih banyak, Bi. Untung Bibi yang menemukannya. Kalau tidak, tentulah ini akan terbuang. Sekali lagi terima kasih banyak ya, Bi." ucap Mera bersyukur. "Ya sama-sama, Nyonya. S

  • Between Two Loves   Bab 96

    Bab 96 Mera sibuk mengatur letak tatanan baju di dalam butiknya. Di usia kehamilannya yang telah menginjak sembilan bulan, wanita itu masih terlihat bersemangat mengembangkan bisnisnya."Mera!" sebuah suara menyapa.Mera menoleh.Seorang wanita menatapnya tajam."Ada apa Kirana?""Aku datang untuk menagih janji.""Janji apa?""Kapan kau akan melepaskan Brandy?" tanya Kirana."Kapan aku berjanji ingin melepaskan Brandy? Aku tak pernah berjanji seperti yang kau sebutkan?" jawab Mera."Kau sudah sungguh tidak takut dengan ancamanku?" Kirana mendelik."Buat apa aku takut? Ancamanmu tidak akan pernah membuatku gentar. Kau dengar aku ya, selama Brandy masih mencintaiku, aku tidak akan pernah melepaskannya." kembali Mera menjawab."Kami menikah karena saling mencintai. Kami menikah tidak karena keterpaksaan. Brandy mencintaiku, bukan mencintaimu. Sayangnya kau yang terl

  • Between Two Loves   Bab 97

    Bab 97"Mera, sedikit lagi posisimu benar-benar akan tersingkirkan. Apa kau tahu kalau sekarang Abraham tengah dekat dengan seorang wanita cantik? Dia akan menemani Abraham. Dan gadis cantik itu, sepertinya Abraham ketika sedang jatuh cinta padanya. Setiap hari kekasih baru Abraham akan mengantarkan makanan ke tempat kerja laki-laki tersebut." Kirana berucap mencibir."Lah itu memang hak dia, itu sama sekali bukan berita penting. Kalau memang benar mereka pacaran Iya sudah memang yang wajar tuh perempuan mengantarkan makan siang untuk kekasihnya. Lalu maumu apa menyampaikan hal sepele seperti ini? Meski Abraham mendapatkan kekasih baru bahkan ia ingin menikah sekalipun itu tidak ada urusannya denganku. Bahkan aku juga turut bahagia dong berarti sebentar lagi aku akan mendapatkan teman baru dalam keluarga Jonathan. Apa yang kau katakan bukanlah berita buruk." ujar Mera."Maksudku bukan itu. Tapi yang kumaksud adalah jika Abraham sudah bersama wanita lain,

  • Between Two Loves   Bab 98

    Bab 98 "Kelihatannya Kak Abraham udah begitu dekat sama Ranty." ujar Brandy ketika berkunjung ke rumah sang Ibu. "Ya alhamdulillah. Semuanya mengalir begitu saja. Ranti Ternyata wanita yang cukup memikat. Sepertinya aku tidak salah mendekatkan diri pada wanita itu." jawab Abraham. Merah sedikitpun tak menanggapi obrolan dua bersaudara di sampingnya. Hanya sebuah senyuman manis terpasang pada kedua sudut bibirnya. Obrolan tersebut terkadang membuatnya salah tingkah. Meskipun hatinya bergetar mendengar ungkapan-ungkapan cinta tentang Ranty yang Abraham ucapkan, Mera tak bisa berbuat apa-apa. Setitik rasa bersyukur terbersit di sudut hatinya yang tengah terpuruk. Bersyukur karena akhirnya Abraham mendapatkan seorang wanita tambatan hatinya, dengan begitu artinya Abraham dan Mera benar-benar tidak punya jalan lagi untuk kembali tersentuh dengan masa lalu. Namun kendati demikian, Mera sendiri juga merasa terpuruk. Karena

  • Between Two Loves   Bab 99

    Bab 99 Segenap keluarga Jonathan mendukung baik hubungan antara Ranty dan Abraham. Begitu pula dengan Brandy dan Mera.Sebagaimana hari ini, Ranty sengaja diundang ke rumah keluarga Abraham untuk makan malam bersama.Ternyata di luar dugaan, gadis itu malah datang lebih awal dari perkiraan. Wanita itu datang dengan sendirinya tanpa menunggu jemputan Abraham.Mera baru tahu, ternyata sosok Ranty begitu ramah dan boleh disebut sebagai sosok yang terbilang mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Sedikit berbeda dengan sikap Mera yang sedikit pendiam dan pemalu."Aduh... saya mau bantu-bantu di dapur boleh, ya?" disela-sela obrolan Ranty berkata."Oh tidak perlu, Nak Ranty. Khusus untuk memasak, ibu sudah siapkan beberapa asisten untuk melakukannya. Jadi kamu sama Mera tidak perlu memikirkan masalah masak-memasak." ujar Nyonya Jonathan lembut."Tapi Nyonya, saya memang hobi memasak." kilah Ranty dengan har

  • Between Two Loves   Bab 100

    Bab 100Merah tengah menyiram bunga-bunga yang sedang bermekaran di pot taman tatkala dilihatnya seorang wanita yang tak asing datang ke rumah."Ada apa, Bi?" tanya Mera."Ada tamu menunggu di teras depan, Nyonya." jawab Bi Dian."Baiklah, aku akan menemuinya." Mera melangkah ke depan.Mera melengos ketika di lihatnya seorang wanita muda duduk di kursi teras. "Ada apa lagi wanita ini kemari?" Mera mendengus tak suka. "Selamat pagi, Mera. Bolehkah aku masuk?" Kirana berkata. "Tentu saja jika aku mempersilahkan." jawab Mera."Tapi kukira lebih baik kita mengobrol di sini saja." Mera melangkah menuju ke kursi taman samping. Mera merasa tak sudi jika harus mengajak wanita pembuat ulah itu masuk ke dalam rumah."Hmm... Tidak masalah." Kirana mengikuti langkah kaki Mera. Menyusuri pinggiran taman yang cukup asri. "Enak bener hidupmu ya, Mera. Udah disiapin hunian mewah

  • Between Two Loves   Bab 101

    Bab 101"Oh maaf. Tadi aku salah bicara. Maksudku barusan adalah ancaman wanita ini." jawab Mera.Terlihat Kirana mendekat. "Jangan bohong kamu, Mera! Atau akan kebongkar rahasiamu!" Kirana berkata dengan sorot mata mengancam. Mera memperkuat pertahanan hati dan kesabaran. Kali ini ia pasrah, sekaligus siap dengan apapun yang terjadi. Baik jika Kirana membeberkan semuanya, atau pun tidak. Kirana seperti ingin berbicara, namun mendadak wanita itu menghentikan aksinya."Ayo tunggu apalagi, Kirana? Katakan saja rahasia apa yang ingin kau bongkar?" dengan berani Mera menantang.Kirana masih membisu. Mulutnya terkatup rapat, seolah ada sesuatu yang menghentikan niat dalam hatinya."Kirana! Sudah berulang kali aku katakan kepadamu, bahwa tidak usah berusaha untuk memperkeruh Rumah tangga kami lagi. Kita semua sudah dewasa, dan tentu saja kita tahu apa yang pantas dilakukan dan mana yang tidak pantas. Aku yakin kamu

  • Between Two Loves   Bab 102

    Bab 102Tanpa terasa, hari dan bulan pun terus berlalu, keluarga Jonathan tengah bersuka cita menyambut kelahiran anggota baru keluarga mereka. Di mana kelahiran bayi yang di tunggu-tunggy tersebut tak akan lama lagi. Seorang bayi mungil akan segera hadir di tengah-tengah mereka. Di mana itu merupakan sebuah anugerah dan suatu kebanggaan tersendiri bagi keluarga Jonathan."Bi Dian? Bagaimana, Bi? Apakah semua persiapan sudah disiapkan?" Nyonya Jonathan sibuk memantau persiapan yang akan mereka bawa keesokan harinya. Ya, esok hari mereka sekeluarga akan mengantar Mera ke sebuah rumah sakit swasta terpercaya untuk melakukan prosedur kelahiran anggota keluarga baru mereka.Ya, sesuai dengan saran dokter, Mera tidak bisa melahirkan secara normal. Oleh karena itu tindakan operasi caesar adalah satu-satunya alternatif yang harus ia jalani. Nyonya Jonathan masih terlihat sibuk kesana kemari memastikan tidak akan ada barang-barang yang tertinggal. Ini a

Bab terbaru

  • Between Two Loves   Bab 123 ENDING

    Bab 123"Aku tidak peduli apa yang kakak katakan. Jika kakak ingin mengatakan aku egois dan ingin menyalahkan aku atas semuanya, maka aku tidak akan mencegah."Sikap Brandy benar-benar berubah hari ini. Hingga Abraham pun memilih diam. Ia sendiri tidak mengerti ada apa dengan sang adik.Apakah Brandy berkata seperti itu karena lantaran sakit hati? Atau ada hal lain yang melatarbelakanginya? Abraham tak tahu itu. Yang pastinya Abraham merasa prihatin.***Sedangkan Brandy sendiri meluncurkan mobilnya meninggalkan Abraham begitu saja. Ia sama sekali benar-benar tidak peduli lagi dengan Abraham.Kali ini ego benar-benar Brandy utamakan."Aku akan menemuimu Mera! Aku akan mengajakmu pulang!"Tengah meluncurkan mobil, ponsel Brandy kembali bergetar, seseorang menghubunginya.Dengan cepat brandy menjawab. Ia sudah tahu siapa sosok yang tengah menghubunginya saat itu."Ada apa, Kirana? Mengapa kamu kembali menghubungiku?""Mampirlah ke apartemenku, Brandy! Kita bicarakan masakah ini baik-bai

  • Between Two Loves   Bab 122

    Bab 122 "Kau benar-benar sudah menduakan Mera Brandy! Mengapa kau lakukan ini?" Abraham berkata dengan sorot mata tajam. Brandy tak bisa berkata apa-apa."Maafkan aku, Kak! Aku akui jika aku salah. Tapi, tapi apakah Kakak tidak jika aku hanya khilaf melakukannya. Benar-benar khilaf, Kak." jawab Brandy.Brandy tak berani menatap pandangan dari kedua mata kakaknya yang terlihat benar-benar kesal."Bisa-bisanya kamu mengatakan jika kamu tengah khilaf, Brandy! Jika kamu khilaf, apakah mungkin kamu bisa melewati masa-masa khilaf itu hingga semalaman suntuk? Itu sama sekali tidak bisa disebut dengan khilaf, Brandy. Sesuatu bisa disebut dengan Khilaf, apabila hal tersebut terjadi dalam waktu yang cuma sesaat. Tapi yang kalian lakukan sama sekali tidak dalam waktu sesaat. Maka aku sangat tidak percaya jika kau sebut kelakuan kalian dengan sebutan khilaf."Brandy membisu. Memang benar apa yang diucapkan oleh sang kakak."Kak. Bagaimana kalau kita lupakan saja soal ini. Aku ingin segera m

  • Between Two Loves   Bab 121

    Bab 121"Brandy! Kirana? Apa yang kalian bicarakan?" Abraham menghampiri keduanya.Keduanya sontak terkejut.Mereka menoleh."Kak Abraham? Se... Sejak kapan Kakak berada di sini?" Brandy benar-benar dibuat terkejut luar biasa."Aku berdiri di sini sejak awal kalian ada di sini. Aku mendengar semua perkataan kalian!""A... apa?" Brandy tergagap."Apa yang sudah kamu lakukan terhadap wanita ini, Brandy?" Abraham menunjuk ke arah Kirana."A... apa yang kamu maksud? Aku tidak melakukan apapun?""Kalau kalian tidak pernah melakukan apapun, lalu apa yang kalian bicarakan barusan? Aku mendengar semua yang kalian bicarakan. Kalian tak bisa lagi berbohong!"Kirana gugup. Perlahan ia melepaskan pelukannya terhadap Brandy dan sedikit ia melangkah menjauh. Mukanya merah. Ada rasa malu menyelimuti perasaannya. Tapi entahlah, ada juga sesuatu yang membuat wanita itu malah bersyukur dengan adanya keberadaan Abraham di sana."Mungkinkah Kakak salah mendengar?" Brandy masih berusaha untuk berkilah.

  • Between Two Loves   Bab 120

    Bab 120"Kak aku serius, Mera hilang Kak. Dia pergi sambil membawa Keano. Bagaimana ini? Aku benar-benar bingung. Apa aku harus ke rumah orang tuanya sekarang? Atau... atau adakah dia menghubungi Kakak sebelum pergi?" tanya Brandy berharap-harap cemas."Sudah kubilang padamu Brandy, Mera tidak pernah menghubungiku sama sekali. Aku aja nggak menyimpan nomor kontak Mera, begitu juga dengan merah. Semenjak pernikahan kalian, Kami tidak ada kontak-kontakan lagi. Bagaimanakah bisa kamu berpikir kalau Mera menghubungiku. Sudah Kubilang padamu, jangankan menghubungiku, berbicara secara langsung aja sama aku Mera terlihat malas dan enggan. Tidakkah kau lihat dan tidakkah kau perhatikan jika dia benar-benar menjaga jarak denganku?"Fyuuh!Brandy mengalah nafas panjang.Brandy menyadari betul Apa yang diucapkan oleh kakaknya adalah benar. Selama ini ia tak pernah melihat Abraham dan merah berbicara serius. Kalaupun berbicara, mereka terkesan seperlunya saja.Brandy memutuskan untuk mengakhiri p

  • Between Two Loves   Bab 119

    Bab 119 "Mera! Dimana dirimu sekarang?" Brandy nampak gelisah. Hatinya galau tidak menentu.Brandy mulai memikirkan kemungkinan yang tidak tidak terjadi pada istri dan putranya. Sekalipun pada awalnya Brandy meragukan Keano sebagai darah daging, tapi sepertinya kasih sayang yang terlanjur ia curahkan pada Keano begitu lengket dan benar-benar telah membentuk sebuah ikatan batin yang demikian kuat.Ya, Brandy mengakui ia mencintai dan menyayangi anak itu setulus hati."Keano, pulanglah, Nak! daddy merindukanmu?" Brandy berguman lirih dan tertahan. "Aku harus mencarinya! Dia istri dan anakku!" tekad Brandy.Brandy memutuskan untuk memberanikan diri menghubungi keluarga mera.Kembali Brandy sibuk dengan ponselnya, mencari-cari nama kontak yang bersangkut-paut dengan seseorang yang ingin ia hubungi.Brandy bingung melihat tak satupun ada seseorang yang bersangkut-paut dengan keluarga Lia di kontak ponselnya."Kemana larinya nomor kontak mertuaku?" Brandy merasa heran.Untuk memasti

  • Between Two Loves   Bab 118

    Bab 118[Brandy, sesuai dengan apa yang kamu katakan aku melakukan apa yang aku inginkan. Tolong jangan cari aku! Karena ini adalah salah satu yang aku inginkan darimu!]Sebelum melangkah meninggalkan rumah, sebuah catatan dengan tinta hitam yang Mera torehkan di atas kertas putih sengaja wanita itu tinggalkan di atas Bantal di kamarnya.Sebelum beranjak Mera memperbaiki letak gendongan Keano."Jangan nakal ya, Nak! Sayang Mama." sebuah kecupan lembut mendarat di kening bayi mungil tersebut.Dengan langkah pasti, Mera melangkah meninggalkan rumah dan tanpa menolehkan kepala lagi.Sebuah taksi online yang sengaja ia pesankan dari sebuah aplikasi khusus telah menunggu di hadapan rumah. Tanpa bicara sepatah kata pun Mera naik ke taksi pesanannya.Mobil meluncur ke arah yang telah diberitahukan oleh Mera sebelumnya."Semoga saja kepergianku kali ini akan menyelesaikan semua masalah yang ada. Semoga dengan ketidak adanya aku di sana akan membuat dua orang itu kembali akrab sebagaimana sed

  • Between Two Loves   Bab 117

    Bab 117"Sebaiknya kamu jangan bersikap seperti itu kepada istrimu, Brandy! Sebab bagaimanapun sebagai seseorang yang telah mengenal Mera jauh sebelumnya, maka aku sudah tahu bagaimana sikap Mera yang sebenarnya. Dia sama sama sekali bukan wanita yang buruk. Kau tahu, Brandy, setelah dia menjadi istrimu, sama sekali Mera tak pernah bersikap tak wajar padaku, meskipun kami pernah memiliki masa lalu bersama. Bahkan bicara denganku saja dia tak pernah terkesan tak wajar, justru ia tak pernah ingin mengobrol denganku lagi, kemudian Mera tak pernah melemparkan senyum padaku. Apalagi senyum yang menyiratkan ketidakwajaran. Dia benar-benar menjauhiku. Aku yakin sekali, itu adalah bentuk cintanya padamu dan bagaimana usahanya dalam menjaga perasaanmu sebagai suami." ucap Abraham. Dalam hati laki-laki itu sangat menyayangkan sikap Brandy yang terlihat cuek dan tak peduli dengan kejujuran dari wanita sebaik Mera."Aku tahu Kakak memang jauh lebih mengenal Mera daripada aku. Bagaimana tidak, to

  • Between Two Loves   Bab 116

    Bab 116"Mera apa yang kau katakan? Aku tidak pernah menyalahkanmu dalam hal ini. Aku sudah bilang jika akulah yang bersalah, Mera!Bukan kamu! Jika ada hal buruk yang harus ditimpakan atas semua ini, maka timpakan saja semuanya padaku, bukan pada kalian!" Abraham bangun dari duduknya."Kau tidak perlu membelaku, Abraham! Akulah yang bersalah! Sebenarnya sudah lama aku merasakan ini, menyadari kesalahanku sendiri. Jujur saja aku merasa benar-benar tak pantas memasuki keluarga kalian. Tepatnya tak pantas berdiri di antara kalian berdua, menghancurkan persaudaraan kalian, dan membuat kalian hampir saja bercerai-berai seperti ini. Membuat kalian berselisih paham. Aku hanya orang lain yang datang dan tanpa sengaja merusak sebuah ikatan persaudaraan kalian." Mera berkata lirih tanpa ekspresi."Tidak Mera! Tolong jangan katakan itu!" Abraham kembali bersuara.Sedangkan Brandy tetap diam. Meski hatinya tak bisa berbohong jika tengah gundah gulana. Sebenarnya hatinya pilu mendengar ucapan Mera

  • Between Two Loves   Bab 115

    Bab 115"Patutkah kau mempertanyakan itu padaku Brandy?" Abraham mempertanyakan sebuah pertanyaan."Kak, aku bertanya karena aku memang merasa patut mengutarakan pertanyaan ini. Kalau aku merasa tak patut, tentu saja aku tidak akan mengutarakannya." Brandy mencoba menjawab."Brandy, bagaimana jika aku katakan bahwa seseorang yang aku ceritakan padamu dulu padamu, kamu tak mungkin mengenalnya. Karena dia adalah orang yang ada di masa laluku dan aku tidak ingin mengingatnya kembali. Pertanyaanmu sama saja dengan mengulang luka yang dulu pernah ia torehkan." Abraham menjawab pertanyaan sang adik.Itulah jawaban yang terbersit di benak Abraham saat ini.Meski Abraham sendiri merasa berdosa telah kembali mengukang sebuah kebohongan, tak bisa nicara dengan kejujuran. Karena jujur akan memberi peluang luka lebih besar untuk Brandy. Itulah secuil pertimnangan yang Abraham pikirkan untuk sementara ini."Jujurlah, Kak! Apakah wanita yang kakak sebutkan telah menyakiti Kakak dahulu bukan Mera is

DMCA.com Protection Status