Share

Bab 86

Penulis: Silla Defaline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 86

Mera melenguh lirih. Cukup menikmati, meski kenikmatan itu harus bercampur baur dengan perasaan membenci akan diri sendiri. Diantara deru nafas gairah akibat sentuhan Abraham, ada rintihan hati yang tak bisa Mera sembunyikan. Setitik air mata menetes, membasahi pipinya yang mulus bersih.

Abraham menyapu tetesan itu dengan ujung jemarinya. Ada sakit dalam hati Mera tatkala merasakan cairan bening yang ia teteskan.

Tapi untuk menolak ia tak bisa, dan untuk melanjutkan pun ada rasa tak bersalah. Dua perasaan yang saling bertolak belakang. Akan tetapi kenikmatan dan rasa cinta yang masih tersisa membawanya untuk bertahan dalam kondisi tersebut. Meski tak di pungkiri kedepannya semua itu akan membuat batinnya semakin tersiksa.

"Tidak usah menangis, Sayang! Tidak ada yang patut untuk ditangisi. Aku tak rela melihat air matamu." ucap Abraham.

Mera membisu. Dalam kebisuannya ia membatin dalam benak, "Ya, kau tak rela melihat ak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Between Two Loves   Bab 87

    Bab 87 "Mera, kamu kenapa? Mimpi buruk ya? Aduuh, Sayang. Kau membuatku khawatir." Brandy berkata sambil mengelus-elus pipinya yang memerah. Mera melongo. "Ada apa dengan pipimu?" tanya Mera kemudian. "Kau tanya ada apa pipiku? Apakah kaulupa Sayang, bahwa kau sendiri yang menamparku barusan." "Apaa?" Merah terkejut luar biasa. "Yah mungkin saja kau tidak sadar. Tapi inilah adanya. Pasti kau sedang mimpi buruk, kan? Sehingga aku yang menjadi korbannya. Tapi tak apa-apa, yang penting kan kau tetap baik-baik saja." Brandy mengulaskan senyuman.Mera menutup mulut. Padahal barusan yang ia tampar adalah Abraham, lalu mengapa Brandy yang harus kena imbasnya? Ia bingung sekaligus kasihan."Apa benar aku yang menamparmu?""Iya." Brandy menjawab pendek."Astaga ... kalau begitu tolong maafkan aku! Aku sungguh tidak sengaja. Aku tadi hanya bermimpi menampar seseorang."

  • Between Two Loves   Bab 88

    Bab 88"Apa maumu sebenarnya, Kirana?" Mera bertanya. "Apa kau masih tak bisa menangkap maksud tujuanku? Barusan kan aku sudah bilang tujuanku apa? Kilah Kirana mencibir. "Lalu darimana kau bisa mendapatkan fotoku bersama Abraham? Kau tampaknya memang sengaja ingin mencari-cari masalah denganku.' "Kalau pun iya, memangnya kenapa? Apa kau takut jika rahasiamu terbongkar?" Kirana tersenyum mencibir. "Takut kenapa? Tidak ada satu pun yang perlu aku takutkan darimu." sanggah Mera. "Benarkah? Kau benar-benar tidak takut jika seandainya aku membongkar rahasiamu ini di depan seluruh keluarga Jonathan?" lagi-lagi Kirana menakut-nakuti. Berharap Mera akan menuruti kemauannnya dengan dalih takut akan ancaman yang ia kerahkan. "Apa yang kau anggap rahasia? Katakanaaja bila itu yang membuat hatimu puas. Tapi ingat! Jika seandainya kau melakukan sesuatu yang bisa mencelakaiku, maka jangan kau pikir aku aka

  • Between Two Loves   Bab 89

    Bab 89"Kau menghinaku, Mera?" Mata Kirana melotot "Siapa bilang aku menghina? Tetapi apabila ternyata kau dengan sendirinya merasa terhina, ya aku nggak bisa bilang apa-apa. Artinya memang ucapanku benar." tanggap Mera cuek. "Luar biasa kesombonganmu Mera. Pokoknya aku tidak mau tahu, mulai saat ini kau tidak boleh terlalu dekat dengan Brandy! kau harus mulai menjauhinya! Atau jika tidak, aku benar-benar akan melakukan ancaman yang tadi ku katakan padamu sebelumnya." Kirana kembali melemparkan ancaman dengan logat yang tidak main-main. "Apa? Ksu mengacam hanya karena jika aku tak bersedia menjauhi Brandy? Astaga... Kau pikir apa hakmu melarangku mendekati Brandy suamiku sendiri? Memangnya kamu siapanya Brandy? Seharusnya kau lah yang menjauhi suamiku! Kok ini malah terbalik. Kok aku yang kau suruh untuk menjauh? Kau memang tak tahu diri." cetus Mera kemudian. Kirana melangkah mendekat. Sorot matanya menatap tajam. Rasa taksukan

  • Between Two Loves   Bab 90

    Bab 90Brandy dan Mera dengan menyusuri pusat perbelanjaan terkemuka di kotanya. Untuk saat itu, Mera sejenak melupakan pertengkarannya bersama Kirana kemarin. Ia juga belum menceritakan kejadian itu kepada Brandy. Mera ingin melihat, sejauh mana sepak terjang Kirana.Mereka baru saja keluar dari toko yang menjual khusus yang penjual peralatan baby shop secara lengkap dengan kualitas istimewa kelas premium. Mereka memang sengaja menyusun planning hari ini untuk belanja bersama sebagai persiapan untuk kelahiran putra pertama mereka. Berbelanja secara langsung dan memilih bersama-sama segala persiapan dan pakaian bayi yang begitu lucu-lucu dan imut merupakan sebuah moment yang sangat berkesan bagi mereka berdua.Ya, mereka memang harus mempersiapkan persiapan matang untuk menyambut kehadiran sang buah Hati.Setelah sibuk memilah dan memilih, membuat mereka merasa letih, tenaga terasa terkuras. Brandy berinisiatif menga

  • Between Two Loves   Bab 91

    Bab 91 "Ya, itu Abraham!" Mera mengangguk mengiyakan. "Tapi siapa itu yang bersamanya?" Brandy mengernyit heran. "Ah biasalah ... Namanya masih sendiri, mungkin saja itu pacar barunya." timpal Mera tampak tenang. Padahal dalam hatinya ia tengah berontak menahan gejolak kecemburuan. Perlahan pemandangan tersebut merusak mood. Selera makan Mera yang tadi terlihat lahap, sekarang mendadak merasa kenyang. Dalam hati Mera bertanya-tanya siapa gerangan wanita cantik yang telah bersama Abraham di ujung sana. Namun hati warasnya berkata bahwa ia patut merasa bersyukur dengan pemandangan tersebut. Sebab apabila Abraham telah nyata-nyata memiliki wanita lain dalam hidupnya, berarti Mera dan Abraham memang harus benar-benar saling merupakan. Dan kebersamaan Abraham bersama wanita lain juga akan membantu mempercepat proses tersebut. Setidaknya, Abraham telah memiliki yang lain."Aku lebih baik kita hampiri s

  • Between Two Loves   Bab 92

    Bab 92Mobil berjalan kian menjauh."Kita mau ke mana? Makan malam di mana?" Mera bertanya. Malam ini suaminya tersebut mengajaknya untuk makan malam di sebuah Cafe. "Ayolah, Sayang. Kamu pasti suka. Lagi pula kita makannya tidak sendirian loh." jawab Brandy. "Lalu siapa saja?" "Ada ibu, Ayah dan juga Kak Abraham. Oh ya, tadi ibu yang mengundang kita untuk makan malam bersama. Tadi Ibu sempat telepon kamu. Tapi katanya nomor kamu sedang tidak bisa dihubungi. Kak Abraham juga tadi udah telepon kamu. Tapi karena kamu tidak bisa dihubungi makanya mereka jadi menghubungiku."Mera sedikit tersentil mendengar nama Abraham disebut. "Oh ya tidak apa-apa. Aku ataupun kamu itu sama saja. Oh ya kalau boleh tahu, kita makan malam bareng baru ini dalam rangka apa ya? Apakah ada yang sedang berulang tahun? ibu atau ayah? Atau ada hal yang lain?" tanya Mera. "Tidak. Hanya makan malam biasa saja. Sebelumnya, jik

  • Between Two Loves   Bab 93

    Bab 93Yang namanya leluarga, tak mungkin bisa di pisahkan. Akan letapi yang ada adalah mempererat ikatan. Akhirnya Mera hanya pasrah. Ia sadar, seharusnya ia tak mesti punya keinginan menjauhkan jarak, yang harus ia lakukan sebaiknya adalah bagaimana agar hubungan mereka bisa terjalin tetap sebagaimana semestinya, sebagaimana layaknya sebuah keluarga. Tentu saja dengan mengabaikan masa lalu. Mera mengunyah dan menikmati menu melezatkan yang disajikan untuknya. Aroma dan kelezatan yang begitu pas di lidah. Begitu lahap, hingga ia tak sadar sepasang mata sesekali mencuri pandang, menatap diam-diam ke arah Mera yang tengah bersantap. Abraham, ada kepuasan tersendiri bagi laki-laki tersebut ketika melihat Mera yang tidak lagi terkulai lemas seperti yang ia lihat beberapa hari yang lalu, tatkala ia baru kembali ke tanah air. Sekarang sosok Mera terlihat jauh lebih segar. Abraham buru-buru memalingkan wajah, sebab ia sadar tak

  • Between Two Loves   Bab 94

    Bab 94"Oh ya kita pakai mobil kamu aja, Ya?" Ranty melirik Abraham. "Bukannya tadi kamu bawa mobil?" Abraham bertanya heran. "Ya, tadi aku memang membawa mobil sendiri, tapi tadi mobilku sempat mogok di tengah jalan, takutnya nanti malah mogok beneran. Jadi untuk antisipasi kita pakai mobil kamu aja deh." tutur Ranty panjang lebar. Abraham merasa tak terlalu masalah. Ranty tersenyum dalam hati, ia merasa setidaknya bisa beruntung hari ini. Abraham telah bersedia menemani plus duduk dalam satu mobil pula. Duduk bersebelahan dengan laki-laki setampan Abraham memang benar-benar sebuah kebanggaan tersendiri bagi perempuan seperti Ranty. Ranty tersenyum-senyum. Usahanya ternyata membuahkan hasil. Meski sebelumnya ia boleh dikatakan sedikit mengemis untuk meminta Abraham agar bersedia pergi bersamanya. Ini sama saja memberi Ranty kesempatan untuk bisa memamerkan laki-laki tampan tersebut kepada sang teman-teman di acara pe

Bab terbaru

  • Between Two Loves   Bab 123 ENDING

    Bab 123"Aku tidak peduli apa yang kakak katakan. Jika kakak ingin mengatakan aku egois dan ingin menyalahkan aku atas semuanya, maka aku tidak akan mencegah."Sikap Brandy benar-benar berubah hari ini. Hingga Abraham pun memilih diam. Ia sendiri tidak mengerti ada apa dengan sang adik.Apakah Brandy berkata seperti itu karena lantaran sakit hati? Atau ada hal lain yang melatarbelakanginya? Abraham tak tahu itu. Yang pastinya Abraham merasa prihatin.***Sedangkan Brandy sendiri meluncurkan mobilnya meninggalkan Abraham begitu saja. Ia sama sekali benar-benar tidak peduli lagi dengan Abraham.Kali ini ego benar-benar Brandy utamakan."Aku akan menemuimu Mera! Aku akan mengajakmu pulang!"Tengah meluncurkan mobil, ponsel Brandy kembali bergetar, seseorang menghubunginya.Dengan cepat brandy menjawab. Ia sudah tahu siapa sosok yang tengah menghubunginya saat itu."Ada apa, Kirana? Mengapa kamu kembali menghubungiku?""Mampirlah ke apartemenku, Brandy! Kita bicarakan masakah ini baik-bai

  • Between Two Loves   Bab 122

    Bab 122 "Kau benar-benar sudah menduakan Mera Brandy! Mengapa kau lakukan ini?" Abraham berkata dengan sorot mata tajam. Brandy tak bisa berkata apa-apa."Maafkan aku, Kak! Aku akui jika aku salah. Tapi, tapi apakah Kakak tidak jika aku hanya khilaf melakukannya. Benar-benar khilaf, Kak." jawab Brandy.Brandy tak berani menatap pandangan dari kedua mata kakaknya yang terlihat benar-benar kesal."Bisa-bisanya kamu mengatakan jika kamu tengah khilaf, Brandy! Jika kamu khilaf, apakah mungkin kamu bisa melewati masa-masa khilaf itu hingga semalaman suntuk? Itu sama sekali tidak bisa disebut dengan khilaf, Brandy. Sesuatu bisa disebut dengan Khilaf, apabila hal tersebut terjadi dalam waktu yang cuma sesaat. Tapi yang kalian lakukan sama sekali tidak dalam waktu sesaat. Maka aku sangat tidak percaya jika kau sebut kelakuan kalian dengan sebutan khilaf."Brandy membisu. Memang benar apa yang diucapkan oleh sang kakak."Kak. Bagaimana kalau kita lupakan saja soal ini. Aku ingin segera m

  • Between Two Loves   Bab 121

    Bab 121"Brandy! Kirana? Apa yang kalian bicarakan?" Abraham menghampiri keduanya.Keduanya sontak terkejut.Mereka menoleh."Kak Abraham? Se... Sejak kapan Kakak berada di sini?" Brandy benar-benar dibuat terkejut luar biasa."Aku berdiri di sini sejak awal kalian ada di sini. Aku mendengar semua perkataan kalian!""A... apa?" Brandy tergagap."Apa yang sudah kamu lakukan terhadap wanita ini, Brandy?" Abraham menunjuk ke arah Kirana."A... apa yang kamu maksud? Aku tidak melakukan apapun?""Kalau kalian tidak pernah melakukan apapun, lalu apa yang kalian bicarakan barusan? Aku mendengar semua yang kalian bicarakan. Kalian tak bisa lagi berbohong!"Kirana gugup. Perlahan ia melepaskan pelukannya terhadap Brandy dan sedikit ia melangkah menjauh. Mukanya merah. Ada rasa malu menyelimuti perasaannya. Tapi entahlah, ada juga sesuatu yang membuat wanita itu malah bersyukur dengan adanya keberadaan Abraham di sana."Mungkinkah Kakak salah mendengar?" Brandy masih berusaha untuk berkilah.

  • Between Two Loves   Bab 120

    Bab 120"Kak aku serius, Mera hilang Kak. Dia pergi sambil membawa Keano. Bagaimana ini? Aku benar-benar bingung. Apa aku harus ke rumah orang tuanya sekarang? Atau... atau adakah dia menghubungi Kakak sebelum pergi?" tanya Brandy berharap-harap cemas."Sudah kubilang padamu Brandy, Mera tidak pernah menghubungiku sama sekali. Aku aja nggak menyimpan nomor kontak Mera, begitu juga dengan merah. Semenjak pernikahan kalian, Kami tidak ada kontak-kontakan lagi. Bagaimanakah bisa kamu berpikir kalau Mera menghubungiku. Sudah Kubilang padamu, jangankan menghubungiku, berbicara secara langsung aja sama aku Mera terlihat malas dan enggan. Tidakkah kau lihat dan tidakkah kau perhatikan jika dia benar-benar menjaga jarak denganku?"Fyuuh!Brandy mengalah nafas panjang.Brandy menyadari betul Apa yang diucapkan oleh kakaknya adalah benar. Selama ini ia tak pernah melihat Abraham dan merah berbicara serius. Kalaupun berbicara, mereka terkesan seperlunya saja.Brandy memutuskan untuk mengakhiri p

  • Between Two Loves   Bab 119

    Bab 119 "Mera! Dimana dirimu sekarang?" Brandy nampak gelisah. Hatinya galau tidak menentu.Brandy mulai memikirkan kemungkinan yang tidak tidak terjadi pada istri dan putranya. Sekalipun pada awalnya Brandy meragukan Keano sebagai darah daging, tapi sepertinya kasih sayang yang terlanjur ia curahkan pada Keano begitu lengket dan benar-benar telah membentuk sebuah ikatan batin yang demikian kuat.Ya, Brandy mengakui ia mencintai dan menyayangi anak itu setulus hati."Keano, pulanglah, Nak! daddy merindukanmu?" Brandy berguman lirih dan tertahan. "Aku harus mencarinya! Dia istri dan anakku!" tekad Brandy.Brandy memutuskan untuk memberanikan diri menghubungi keluarga mera.Kembali Brandy sibuk dengan ponselnya, mencari-cari nama kontak yang bersangkut-paut dengan seseorang yang ingin ia hubungi.Brandy bingung melihat tak satupun ada seseorang yang bersangkut-paut dengan keluarga Lia di kontak ponselnya."Kemana larinya nomor kontak mertuaku?" Brandy merasa heran.Untuk memasti

  • Between Two Loves   Bab 118

    Bab 118[Brandy, sesuai dengan apa yang kamu katakan aku melakukan apa yang aku inginkan. Tolong jangan cari aku! Karena ini adalah salah satu yang aku inginkan darimu!]Sebelum melangkah meninggalkan rumah, sebuah catatan dengan tinta hitam yang Mera torehkan di atas kertas putih sengaja wanita itu tinggalkan di atas Bantal di kamarnya.Sebelum beranjak Mera memperbaiki letak gendongan Keano."Jangan nakal ya, Nak! Sayang Mama." sebuah kecupan lembut mendarat di kening bayi mungil tersebut.Dengan langkah pasti, Mera melangkah meninggalkan rumah dan tanpa menolehkan kepala lagi.Sebuah taksi online yang sengaja ia pesankan dari sebuah aplikasi khusus telah menunggu di hadapan rumah. Tanpa bicara sepatah kata pun Mera naik ke taksi pesanannya.Mobil meluncur ke arah yang telah diberitahukan oleh Mera sebelumnya."Semoga saja kepergianku kali ini akan menyelesaikan semua masalah yang ada. Semoga dengan ketidak adanya aku di sana akan membuat dua orang itu kembali akrab sebagaimana sed

  • Between Two Loves   Bab 117

    Bab 117"Sebaiknya kamu jangan bersikap seperti itu kepada istrimu, Brandy! Sebab bagaimanapun sebagai seseorang yang telah mengenal Mera jauh sebelumnya, maka aku sudah tahu bagaimana sikap Mera yang sebenarnya. Dia sama sama sekali bukan wanita yang buruk. Kau tahu, Brandy, setelah dia menjadi istrimu, sama sekali Mera tak pernah bersikap tak wajar padaku, meskipun kami pernah memiliki masa lalu bersama. Bahkan bicara denganku saja dia tak pernah terkesan tak wajar, justru ia tak pernah ingin mengobrol denganku lagi, kemudian Mera tak pernah melemparkan senyum padaku. Apalagi senyum yang menyiratkan ketidakwajaran. Dia benar-benar menjauhiku. Aku yakin sekali, itu adalah bentuk cintanya padamu dan bagaimana usahanya dalam menjaga perasaanmu sebagai suami." ucap Abraham. Dalam hati laki-laki itu sangat menyayangkan sikap Brandy yang terlihat cuek dan tak peduli dengan kejujuran dari wanita sebaik Mera."Aku tahu Kakak memang jauh lebih mengenal Mera daripada aku. Bagaimana tidak, to

  • Between Two Loves   Bab 116

    Bab 116"Mera apa yang kau katakan? Aku tidak pernah menyalahkanmu dalam hal ini. Aku sudah bilang jika akulah yang bersalah, Mera!Bukan kamu! Jika ada hal buruk yang harus ditimpakan atas semua ini, maka timpakan saja semuanya padaku, bukan pada kalian!" Abraham bangun dari duduknya."Kau tidak perlu membelaku, Abraham! Akulah yang bersalah! Sebenarnya sudah lama aku merasakan ini, menyadari kesalahanku sendiri. Jujur saja aku merasa benar-benar tak pantas memasuki keluarga kalian. Tepatnya tak pantas berdiri di antara kalian berdua, menghancurkan persaudaraan kalian, dan membuat kalian hampir saja bercerai-berai seperti ini. Membuat kalian berselisih paham. Aku hanya orang lain yang datang dan tanpa sengaja merusak sebuah ikatan persaudaraan kalian." Mera berkata lirih tanpa ekspresi."Tidak Mera! Tolong jangan katakan itu!" Abraham kembali bersuara.Sedangkan Brandy tetap diam. Meski hatinya tak bisa berbohong jika tengah gundah gulana. Sebenarnya hatinya pilu mendengar ucapan Mera

  • Between Two Loves   Bab 115

    Bab 115"Patutkah kau mempertanyakan itu padaku Brandy?" Abraham mempertanyakan sebuah pertanyaan."Kak, aku bertanya karena aku memang merasa patut mengutarakan pertanyaan ini. Kalau aku merasa tak patut, tentu saja aku tidak akan mengutarakannya." Brandy mencoba menjawab."Brandy, bagaimana jika aku katakan bahwa seseorang yang aku ceritakan padamu dulu padamu, kamu tak mungkin mengenalnya. Karena dia adalah orang yang ada di masa laluku dan aku tidak ingin mengingatnya kembali. Pertanyaanmu sama saja dengan mengulang luka yang dulu pernah ia torehkan." Abraham menjawab pertanyaan sang adik.Itulah jawaban yang terbersit di benak Abraham saat ini.Meski Abraham sendiri merasa berdosa telah kembali mengukang sebuah kebohongan, tak bisa nicara dengan kejujuran. Karena jujur akan memberi peluang luka lebih besar untuk Brandy. Itulah secuil pertimnangan yang Abraham pikirkan untuk sementara ini."Jujurlah, Kak! Apakah wanita yang kakak sebutkan telah menyakiti Kakak dahulu bukan Mera is

DMCA.com Protection Status