Bab 31 Kuharap Anggapan Ini Salah
"Tapi kalau nyata-nyata yang di kandung itu putraku, aku tetap akan bertanggung jawab. Namun atas putraku, bukan pada siapa yang mengandungnya. Cukup kubayar saja si pemilik rahim. Anggap saja aku menyewa rahimnya untuk tempat tinggal darah dagingku selama sembilan bulan. setelah anak itu lahir, akan ku ambil alih. Tak kan kubiarkan putraku hidup dalam gelapnya kehidupan malam.
***
"Kami benar-benar tidak menemukan seorang pun yang tengah mengandung diantara wanita-wanita yang bisa kami temui, Tuan." Seorang pria berbadan kekar yang ditugaskan oleh Abraham untuk mencari tahu jikalau ada keberadaan wanita hamil diantara wanita yang pernah Abraham tiduri selama ini.
"Apa benar begitu?" Abraham memastikan.
"Kami tidak tahu, tepatnya kami tidak tahu persis siapa saja yang pernah berhubungan dengan Tuan selama ini," ucap pria itu kembali.
Yuuupzz...! Abraham sadar, bahwa ia sendiri tidak
Bab 32 Mengapa Harus Nama Itu?Namun sekuat ia mencoba untuk tak mengingat dan berusaha untuk mengalihkan kekhawatiran, maka sekuat itu pula pikiran itu melesak, memaksa dan mengganggu konsentrasi."Mera, wanita itu tidak mungkin hamil karena ulahku!" Ucap AbrahamAbraham merenung.Di balik penolakannya terhadap naluri yang sangat tidak diharapkan, terbersit sebuah rasa penasaran tinggi. Ingin sekali ia menanyakan bagaimana kabar dan kondisi Mera dan janinnya?Rasa ingin tahu akan usia kehamilan Mera juga membuat Abraham kian tak bisa tidur.Bagaimana tidak, jikalau kehamilan Mera dikarenakan benih dari Abraham, tentu saja usia kehamilan itu belum lama.Namun, bagaimana cara ia menebak? Amat sulit. Sebab Brandy pun menikahi Mera belum terlalu lama. Sama halnya dengan perbuatan naif yang Abraham lakukan pada Mera waktu itu.Pikiran Abraham dibuat kacau oleh naluri yang diakibatkan ulahnya sendiri."Aku sanga
Bab 33 Mengenang Masa Lalu Memang Menyakitkan"Non Mera, ada telepon dari Den Abraham," ucapnya dengan nafas dengan terengah.Uupps ....Aku tersentak.Mengapa nama pria menjengkelkan itu yang harus Bi Sumi sebut?Entah ketika nama itu disebut, Ada naluri yang sulit untuk diutarakan. Semacam naluri yang aneh."Matikan saja, Bi," ucapku cepat."Kok...?""Bilang saja kalau aku sedang tidak fit. Atau suruh dia menghubungi Brandy langsung," ujarku lagi.Kulihat wajah Bi Sumi mengisyaratkan sesuatu.Whatever...!Aku tak peduli."Maaf Den Abraham. Non Mera sedang kurang enak badan," ucap Bi Sumi sesopan mungkin.Aku membatin dalam hati, pria seperti Abraham tidak patut untuk dihormati.Kulihat Bu Sumi mematikan handphone."Non Mera sih bagaimana, bisa-bisa Den Abraham mendengar ucapan Non tadi," Bi Sumi terlihat panik."Haa ...?" Aku sadar jika terlalu ceroboh.
Bab 34 Suamiku Malaikatku"Sayang, tadi siang Kak Abraham nelpon melalui nomor Ni Sumi. Dari manakah Kak Abraham tahu nomor ponsel Bi Sumi?" Aku bertanya."Oh itu. Tadi siang kak Abraham meneleponku. Terus karena aku ada pekerjaan yang tidak bisa diganggu. Makanya aku suruh dia nelpon ke rumah. Karena kamu tidak angkat teleponnya makanya aku kasih nomor Bi Sumi. Lagian sepertinya Kak Abraham juga turut senang menyambut calon buah hati kita. Terbukti ketika aku mengabarimu yang tengah mengandung buah cinta kita, ke Abraham begitu antusias," ucapnya."Tidak lama kemudian, Kak Abraham kembali menghubungiku. Katanya kamu sedang tidak enak badan, makanya tidak bisa bicara langsung padanya. Dia juga berpesan padaku untuk menjagamu sebaik yang aku bisa," lanjutnya."Tentu saja aku selalu menjagamu melebihi seperti yang ia pesankan. Dia memang figur kakak yang penuh kasih sayang yang kukenal sejak kecil. Jadi kau tidak perlu takut padanya. Dia orang yang paling k
Bab 35 Seandainya Waktu Boleh Terulang, Aku Tak Akan MenyakitimuSebulan lamanya aku tinggal di rumah ini, tidaklah membuatku nyaman.Potret rumah inilah yang diperlihatkan Abraham di villa waktu itu.Ingin rasanya untuk segera pergi, namun keadaan yang tidak memungkinkan.Aku berjalan lunglai. Mengapa hamil ini terasa begitu berat. Lihat tubuh ini, kian turun angka beratnya. Menciptakan kurus membalut tulang.Hups ....Tak sengaja tanganku menyingkap gorden berwarna biru besar yang menutupi separuh dari dinding kamar. .Tidak sengaja, aku seperti melihat sesuatu yang sedikit tersembunyi di dalam sana.Penasaran, ku coba untuk menyingkap gorden itu secara keseluruhan. Berusaha keras karena ada sesuatu yang menahannya di bagian dinding."Apa sih yang menghalangi? gerutuku.Penasaranku bertambah. kembali aku mencoba.Dan akhirnya, tadaaa...Usahaku membuahkan hasil.Namun,Deghhh ...
Bab 36 Sosok Itu KembaliTubuhku terasa kian lemah. Berbaring tak berdaya di sebuah kamar klinik swasta yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya.Seiring waktu tubuh ini kian kurus.Seringkali Nyonya Jonathan datang untuk melihat kondisiku. Sampai rasanya hati ini malu."Nak, apa ada yang menarik seleramu?" Tanya nyonya Jonathan."Tidak, Bu." Aku menggeleng lemah.Kudengar mertuaku menghela nafas lelah. Mungkin ia bingung melihat keadaanku yang semakin memprihatinkan.Sesekali ibuku datang, ia juga memperlihatkan ekspresi yang sama. Kondisi ini membuatku lelah."Sayang, Aku belikan lagi cokelat ya?"Pertanyaaan Brandy yang penuh dengan nada kekhawatiran dan penuh kasih sayang yang tinggi itu amat membuatku terenyuh.Namun aku menggeleng pelan. Hari ini aku benar-benar kehilangan nafsu makan. Maafkan aku yang telah merepotkan kalian, Brandy.Kulihat Brandy keluar dari kamar dengan kecewa.Kup
Bab 37 Aku Bukan Monster"Waalaikumsalam, Abraham? Kamu sudah sampai, Sayang?" ujar Nyonya Jonathan dengan aura bahagia."Ya, Bu. Ibu apa kabar?"Abraham memeluk ibunya."Alhamdulillah, baik juga. Ibu senang kau datang," ucap Nyonya Jonathan."Kak, Brandy tidak tahu apa yang terjadi pada Mera. Lihatlah, tubuhnya kian kurus dan lemah," ucap Brandy dengan suara prihatin."Sabar, semua pasti ada hikmahnya,"Abraham mengambil tempat duduk agak jauh dariku."Mera, tadi Kak Abraham bawakan oleh-oleh. Apa kau mau mencicipinya?" Tanya Brandy."Nanti saja," ucapku.Sebenarnya aku malu untuk mengakui bahwa aku sangat menginginkannya. Tiba-tiba saja aku berselera dengan oleh-oleh yang Abraham bawa.Ya Tuhan. Apa aku terlalu lebay? Tidak! Apa yang kurasakan ini memang murni dari naluri."Bu, Ibu boleh istirahat dulu. Kan ada aku dan Kak Abraham, buat menjaga Mera" tutur Brandy."Oh iya. Mera, Ibu pu
Bab 38 Bukan Aku Yang MenginginkannyaSelama ini, seringkali Nyonya Jonathan atau Brandy membelikan aku buah apel jenis itu. Tepi seleraku tidak seperti ini. Semakin aneh saja."Mau apelnya? Itu kan buah kesukaanmu, Bukan?" Suara berat AbrahamAku tersentak.Kulihat Abraham beranjak, berjalan mendekati meja.Abraham membawa keranjang buah tersebut mendekatiku. Aku menelan ludah ketika melihat ranumnya apel merah segar di dalam keranjang di tangan Abraham.Kulihat Abraham mengupas apel tersebut, lalu memotongnya menjadi beberapa bagian.Rupanya logat Abraham masih tetap sama seperti dulu. Dulu inilah pemandangan yang biasa kulihat. Dimana ia mengupas buah dan mencandaiku lembut dengan gayanya yang khas.Tapi sekarang candaan itu sudah tidak terlihat lagi.Kuperhatikan wajahnya kembali. Kuperhatikan baik-baik. Aku perhatikan wajah itu memang sungguh menarik. Di dekatnya tidaklah mengerikan seperti dulu. Melaink
Bab 39 Sebuah Firasat "Mera, rasa sayangku padamu tidak akan pernah pudar. Hanya saja, sekarang rasa sayang itu biar kusimpan dalam bentuk kasih sayang seorang kakak pada sang adik. Jujur Mera, aku tidak bisa mencari penggantimu. Aku belum mampu. Kuharap, kau segera pulih dan tidak lagi harus dirawat seperti ini." Aku diam saja mendengar ucapannya. "Abraham, mengapa kau jual rumah yang telah kau bangun kepada Brandy dengan harga begitu murah?" Aku tidak bisa menahan pertanyaan yang telah kusimpan sejak lama. "Tidak usah bicara soal rumah itu, Mera. Aku tidak menyinggung masalah itu. Aku sudah cukup senang bila kau tinggal di rumah seperti yang pernah kau impikan sebelumnya. Meski kau tidak tinggal disana bersamaku, tapi kau bisa menempatinya bersama Brandy." "Itu untukmu, Me