“Profit dari kerja sama ini sangat tinggi, Mom. Selain itu, kita juga harus membayar penalti yang sangat besar untuk pembatalan kerja sama itu. Aku juga tidak menyukai Wilson Inc., tapi ini hanya kerja sama antarperusahaan. Tidak lebih,” jelas Victor
“Aku tahu, tapi aku tidak ingin ada urusan lagi dengan Wilson Inc.,” ujar Anastasya dengan mimik muka yang terlihat gelisah.
“Memangnya ada apa?” tanya Victor sekali lagi. Anastasya sepertinya menyembunyikan sesuatu dan Victor penasaran akan hal tersebut. Ibunya itu hampir tidak pernah memikirkan sesuatu secara berlebihan seperti ini.
“Tidak ada apa-apa. Hanya saja…” Anastasya mencoba memilih kata-kata yang cocok untuk diucapkannya. “Hanya saja sedari awal, hubungan Barnett dengan Wilson tidak pernah baik.”
“Sebenarnya apa yang kau sembunyikan, Mom?” tanya Victor akhirnya.
“Tidak ada, anakku.”
“Maka aku tidak bisa membatalkan kerja sama ini.”
“Kau ingin membatalkan kerja sama ini a
Aku nggak terlalu paham tentang dunia medis, mengingat itu memang bukan bidangku. Maafkan aku, sebenernya aku pengen riset lebih mendalam tentang kehamilan ektopik seperti yang dialami Callie saat ini. Tapi, karena satu dan hal lainnya, ilmuku tentang kehamilan ektopik hanya sebatas membaca dari beberapa artikel dari internet. Bukannya aku bilang kalo artikelnya nggak bisa dipercaya. Tapi mungkin kata yang lebih tepat itu, nggak bisa dipertanggung-jawabkan. Intinya, jangan terlalu mengambil info tanpa memverifikasi ulang. Apalagi, ini masalah kesehatan yang "mungkin" bisa fatal jika ada miss-informasi. Sekali lagi, aku minta maaf. Jika kalian memberitahuku tentang kesalahan prosedur penanganan atau apapun itu. Aku tidak akan ragu untuk merevisinya. Kalian bisa langsung komen atau kalian bisa mengunjungiku di laman Ins**gr*m : @fish.tro. Terima kasih. Have a nice day XOXO, fish.tro
Anastasya menuntun Victor untuk duduk di kursi tunggu. Wajah Victor terlihat sangat gusar. Berkali-kali dirinya mengecek jam yangan dan juga pintu ruang operasi. Menurut dokter, operasi ini hanya berjalan satu jam. Namun sekarang sudah hampir dua jam dan mereka belum keluar dari sana.Tak lama, dokter keluar dari ruang operasi. Victor dapat menghembuskan sedikit nafas lega saat melihat dokter dan beberapa suster keluar dari sana. Paling tidak, Victor tidak melihat wajah dokter yang seperti tadi. Ada sedikit cahaya di sana.“Operasi berjalan lancar.”***Victor setia menemani Callie saat Callie masih belum sadarkan diri. Bahkan di pemakaman calon anaknya, Victor memilih untuk tidak hadir. Sudah dua hari sejak operasi itu, Callie masih setia memejamkan matanya.“Callie, aku mohon bangunlah. Jangan menyiksaku seperti ini.” Victor terus saja mengajak berbicara Callie agar Callie cepat sadar. Tangannya tak henti-henti mengelus je
Demi tuhan! Jika Victor tahu hamil bisa semenyakitkan itu, Victor memilih untuk tidak menghamili Callie. Baginya, sudah cukup Reis berada di antara keduanya. Victor tidak butuh banyak anak daripada dirinya harus melihat Callie kesakitan.“Victor?”“Dave?” Victor terkejut melihat ada Dave di sini. “Untuk apa kau di sini?”Dave mengendikkan bahunya. “Salah satu teman seprofesiku sedang sakit dan aku sedang mengunjunginya di sini,” jawab Dave. Victor tak ambil pusing dengan jawaban Dave. Toh hal tersebut tidak berpengaruh apapun padanya. “Lalu untuk apa kau di sini?”“Callie dirawat di sini,” ucap Victor dengan lesu.“Sial! Apa kau menyakitinya?” tanya Dave dengan mengcengkram kedua kerah kemeja Victor.“Jika dengan memukulku kau bisa mengembalikan senyumannya, lalu pukul aku hingga sekarat.”***Setelah tiga hari pemulihan, Callie dipe
Victor mencoba mengelus rambut Callie dengan lembut walaupun Callie beberapa kali mencoba menyingkirkan tangan Victor dari rambutnya. “Kau tidak akan melupakannya karena pikiran negatif yang ada di kepala cantikmu itu.”“Lepaskan aku, Victor.”Victor menyeringai. “Apa aku harus melakukan ini agar kau kembali menyebut namaku dan kembali hidup?” tanya Victor dengan kekehan di mulutnya. Pasalnya, sejak kejadian itu, Callie tidak pernah lagi menyebut nama Victor.“Aku sudah memanggil namamu, jadi enyahlah dari atasku.”***Callis menyeduh teh di pantry untuk menenangkan hati dan pikirannya. Setelah kegugurannya itu, Callis seperti tidak memiliki semangat untuk hidup. Rasanya, semua yang dilakukannya hanya akan menyakitinya. Sepertinya, tidak ada tempat untuknya bahagia di dunia ini. Bahkan Reis, satu-satunya harapan Callis sekarang sudah direbut oleh keluarga Barnett. Sejak dirinya keluar dari rumah sakit
Terdengar isakan yang tertahan di seberang sana. [Aku menyerah, Dave.] Dave dan Meghan dapat mendengar suara Callis yang serak karena tersendat tangis.“Callis, apa yang terjadi? Kau di mana sekarang? Aku akan menjemputmu,” ujar Dave dengan khawatir.[Aku di kantor. Aku mohon segera kemarilah.]“Tunggu aku, Callis. Aku akan ke sana.” Setelah itu, Dave mematikan panggilannya.“Apakah Callis akan baik-baik saja?” tanya Meghan pada Dave dengan nada khawatir.Dave memegang pundak Meghan agar lebih tenang. Kondisi Meghan saat ini mengharuskan Meghan untuk tenang di setiap saat. “Aku akan memastikannya. Tenanglah.”***Callis memasuki rumah Dave dengan langkah gontai. Entah benar atau salah keputusannya saat ini, tetapi Callis tetap akan melakukannya. Hatinya sudah tidak lagi kuat untuk menahan rasa sakit yang ditorehkan oleh Victor. Walaupun Callis mencintai Victor dengan sangat, nyatanya Vic
Tangan Victor mengepal erat. Dirinya tidak pernah bisa mentoleransi orang yang menghina Callie. Baginya, Callie adalah bukti dari kata sempurna. “Jangan membuatku membencimu, Olive. Jaga ucapanmu jika kau membahas Callie,” peringat Victor. “Cintaku padamu lebih besar dari pada cintanya padamu, Victor.” Olive masih tidak menyerah untuk meyakinkan Victor. Lama kelamaan, Victor merasa muak dengan Olive yang terlalu keras kepala. “Rasa cintaku pada Callie lebih besar dari rasa cintamu kepadaku.” *** Victor keluar dari ruangannya beberapa saat setelah Olive meninggalkannya. Victor hanya bisa berharap jika Olive akan bertemu dengan lelaki yang lebih baik darinya. Walau bagaimanapun, Olive sudah menjadi temannya beberapa bulan terakhir. Victor tidak menemukan Callie di kubikelnya. Anehnya, kubikel Callie terasa lapang. Victor segera menghampiri kubikel itu dengan perasaan gundah. Dan firasatnya benar. Barang-barang pribadi Callie sudah tidak ada. Di
“Apa kau sedang memerasku?” tanya Victor dengan kesal.[Siapa aku hingga berani memeras seorang Victor Barnett. Aku hanya sedang memperhitungkan keselamatan nyawaku. Apakah harga yang kau berikan kepadaku setara dengan nyawaku nantinya.]“Lalu apa yang kau inginkan?”“Bugatti La Voiture Noire. Aku mau itu.] Victor dapat mendengar nada girang dari seberang sana.“Sialan! Aku tidak akan memberikan mobil itu,” ujar Victor dengan kesal. Pasalnya, mobil itu adalah mobil yang sangat diinginkan Victor. Bahkan, Victor harus merogoh kocek yang sangat dalam agar mendapatkan mobil itu saat dilelang.[Oke. Kalau begitu, aku matikan panggilan ini. Sepertinya, kita tidak ada urusan lain.]“Deal! Aku akan memberikannya jika kau menemukan wanita itu.”***Olive menatap lelaki yang berasal dari masa lalunya dengan mata memanas. Sekuat tenaga, dia menahan air matanya agar tidak lagi terjatuh
Victor menyerah pada rasa ingin tahunya. Dia langsung menyalakan laptopnya dan langsung menguhubngkan chip itu kepada laptopnya. Di sana, berisi banyak data, foto, dan video. Dengan sabar, Victor membuka satu persatu data yang ada di sana. “Dokter itu bekerja sama dengan Olive?” *** Sudah satu bulan sejak kepergian Callie. Victor memilih untuk tidak lagi mencari keberadaannya. Bukannya menyesal, Victor sangat yakin jika sebentar lagi Callie akan kembali kepadanya. Beberapa hari yang lalu, sejak dia mengatakan pada Dave jika Reis sakit, Dave selalu menghampirinya dengan membawa hal-hal yang Reis butuhkan. Mulai dari obat, hingga bubur sumsum yang Victor sangat kenali rasanya. Dave telah melakukan kecerobohan dengan nelakukan panggilan dengan orang, yang diyakini oleh Victor adalah Callie, pada saat merawat Reis yang sakit. “Reis sudah tidur, aku akan pulang.” Dave keluar dari kamar Reis dan menemui Victor yang menunggunya di ruang tamu. Victor
Callis menolehkan kepalanya agar dapat melihat Dave. Otaknya memproses maksud dari ucapan Dave. “Sudah tidak ada tempat bagiku untuk kembali ke sisi Victor, Dave,” ujar Callis begitu dirinya dapat mencerna ucapan Dave.“Aku sama sekali tidak menyebut nama Victor sebelumnya.”Callis mengatupkan bibirnya dan membuang wajahnya menghadap jendela. Wanita berdarah Indonesia itu malu kepada Dave. Dia kira, maksud dari “kembali” yang diucapkan Dave tadi adalah kembali ke pada Victor.“Kau sepertinya berharap untuk bisa kembali bersama Victor.” Dave kembali bersuara setelah tidak mendapati jawaban apapun dari Callis.“Dave, sudah ku bila-”“Jika kau meragukan cinta Victor padamu, aku akan menunjukkan padamu sebesar apa cinta yang Victor miliki untukmu.”***“Aku tidak ingin mendapati kebohongan lagi, Dave. Kisahku sengan Victor sudah selesai sejak lama.” Callis