Share

Chapter #4

Author: Sung Rae Ri
last update Last Updated: 2021-09-03 09:57:51

Keesokan harinya, karena hari ini adalah hari minggu yang berartikan sebagai hari libur bagi Mia, Mia pun berniat bangun siang, namun ternyata ada yang merusak niatnya, ia adalah Radit.

Ketika Mia masih berada di alam mimpinya, Mia mendengar suara ketukan pintu yang tak kunjung reda. Awalnya Mia mengira suara ketukan pintu itu hanyalah mimpinya, namun karena ketukan pintu itu tidak kunjung reda, Mia pun segera membangunkan diri, dan ternyata ketukan pintu memang terjadi di dunia nyata.

Dengan perasaan kesal, Mia berjalan menuju pintu depan untuk membukanya. Mia bertanya-tanya siapakah yang membuatnya kesal sepagi ini. Saat sudah berada tepat di depan pintu, Mia segera membukanya, dan setelah itu sosok Radit dan Rangga langsung terpampang jelas di depannya. Melihat sosok Radit dan Rangga berada di depannya dengan tampilan yang sudah rapi sedangkan dirinya tampilannya sangat berantakan dan sangat tidak pantas untuk dilihat, Mia langsung menutup kembali pintu rumahnya. Namun sebelum pintu benar-benar tertutup rapat, Radit dengan cepat menggapai kenop pintu sehingga pintu tidak bisa tertutup rapat.

Melihat pintu tidak bisa tertutup, Mia akhirnya memilih menggeserkan dirinya, supaya dirinya tetap tertutupi. Setelah ia merasa tubuhnya sudah tertutupi pintu, dirinya bertanya, "Ada apa?" Mia berusaha menghilangkan suara seraknya.

Seperti yang sudah Mia duga, Radit tetap berusaha membuka pintu rumah Mia meskipun Mia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menahan pintunya supaya tidak bisa dibuka. "Kami ingin mengajakmu jalan-jalan," ujar Radit masih dengan tangannya memegang kenop pintu. "Lebih tepatnya aku." Lanjut Radit sambil menatap ke arah Rangga dengan tatapan kesal, namun Mia tidak bisa melihatnya karena dirinya masih sembunyi.

"Tapi aku masih belum siap-siap," Mia menghentikan ucapannya sebentar, lalu ia melanjutkannya. "Lagian kenapa nggak bilang dari kemarin kalo mau mengajakku jalan-jalan." Mia tidak bisa menyembunyikan perasaan kesalnya, ia sudah tidak peduli mau dianggap seperti apa oleh mereka berdua.

"Kita tunggu, kamu siap-siap aja dulu." Kali ini Ranggalah yang mengeluarkan suara, dan seketika itu juga Radit menyikut bahu Rangga karena dirinya merasa kesal posisinya diambil oleh kembarannya.

Mendengar suara Rangga dari balik pintu, Mia jadi lebih salah tingkah, padahal tadi saat Radit yang menjawab ucapannya, Mia tidak merasakan perasaan seperti ini, ia hanya merasa malu karena ia ketahuan belum mandi di jam segini. "Baiklah, tunggu sekitar 30 menit." Ucap Mia akhirnya.

Sebelum Rangga menyelanya lagi, Radit mendahuluinya. "Oke, 30 menit yaa," ucapnya. Melihat sikap kembarannya yang terlihat antusias, Rangga hanya bisa tersenyum sambil menatap Radit.

"Iyaa, lepasin dulu itu tanganmu dari pintu biar aku bisa siap-siap." Nada suara Mia terdengar benar-benar kesal, sangat berbeda dengan ketika ia menjawab ucapan Rangga. Radit menyadari perubahan itu.

"Oh iya, maaf." Jawab Radit sambil melepas genggaman tangannya dari kenop pintu. Mia pun dengan segera menutup pintunya dan berlari menuju kamarnya.

Sekitar 30 menit kemudian, dengan dandanan dan pakaian yang sudah rapi, Mia keluar dari rumahnya. Mia melihat ke sekeliling untuk mencari sosok Rangga dan Radit, namun Mia tidak bisa menemukan mereka berdua. Mia pun berniat untuk mencoba menghampiri mereka ke rumah mereka, namun baru 2 langkah Mia menuju rumah Rangga dan Radit, mereka berdua sudah keluar dari rumahnya.

"Udah lama nunggu kita?" Rangga lagi-lagi mendahului Radit, dan Radit kembali merasa kesal pada Rangga. Mia bisa melihat Radit sedang menggerutu, namun ia tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

Mia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya ke arah Rangga.

Radit melihat ke arah Mia dan Rangga secara bergantian. Lalu ketika Rangga juga membalas tatapan Radit, Radit segera memelototi Rangga. Rangga tertawa melihat Radit yang masih merasa cemburu padanya, namun itu membuat Rangga semakin semangat untuk menggoda Radit.

"Kenapa?" Tanya Mia bingung karena melihat Rangga yang tiba-tiba tertawa.

Rangga menggoyang-goyangkan telapak tangannya dan berkata, "Nggak papa,"

Meskipun Mia sebenarnya masih merasa heran dan ingin bertanya lagi, ia takut kalau ada yang salah dengan dirinya, namun Mia mengurungkan niatnya ketika Radit berkata sesuatu.

"Kalo udah selesai, ayo berangkat." Radit menghentikan percakapan antara Rangga dan Mia.

Mia tidak menjawab dengan kata-kata, ia hanya menjawabnya dengan anggukan. Respon yang diberikan Mia pada Rangga dan pada Radit terlihat sangat berbeda, namun kali ini Radit tidak seberapa menyadarinya.

Mereka bertiga memutuskan jalan-jalan tanpa menggunakan kendaraan pribadi, jadi mereka bertiga harus berjalan keluar gang terlebih dulu. Sepanjang perjalanan menuju depan gang, Rangga mengajak ngobrol Mia, Radit merasa kesal akan hal itu, namun ia juga merasa kesal pada dirinya sendiri karena tidak bisa bersikap senatural Rangga, ia merasa canggung dan salah tingkah saat bersama Mia, sangat berbeda dari biasanya, saat Radit menggoda Mia seperti dulu.

"Sebelumnya kamu kerja dimana?" Kali ini Radit memberanikan diri untuk mengeluarkan pertanyaan yang ditujukan untuk Mia.

Mia yang sebelumnya selalu menatap ke arah Rangga, segera menoleh ke arah Radit. "Di daerah Cibubur, lalu aku dipindahtugaskan kesini, jadi ya mau gimana lagi," Mia pun juga terdengar lebih santai sekarang daripada tadi.

Radit mengangguk-anggukan kepalanya. "Disana kamu tinggal sama kedua orangtuamu?" Tanya Radit kembali.

"Iya, makanya ketika aku baru pindah kesini mereka sangat kehilangan aku." Maksud Mia ingin bercanda, namun Rangga dan Radit menanggapinya serius.

Melihat suasana menjadi canggung karena candaannya, Mia berusaha tertawa supaya mereka berdua tahu kalau itu hanyalah candaan, namun tawa yang dikeluarkan Mia sangat kelihatan kalau itu adalah tawa yang dibuat-buat. Setelah itu baru Rangga dan Radit ikut tertawa, tapi bukan karena candaan Mia, lebih karena tawa dan ekspresi wajah Mia yang menggemaskan.

"Kalo kamu bawa kaca, coba deh lihat mukamu, lucu banget tahu," tanpa disangka-sangka kalimat itu keluar dari mulut Radit, dan Mia benar-benar tidak pernah menyangka Radit akan berkata seperti itu padanya. Melihat Rangga dan Mia sedang menatapnya dengan tatapan yang berbeda, Radit bingung harus merespon bagaimana.

"Kamu kenapa sih?" Tidak disangka-sangka pula Mia menanggapinya dengan serius, dirinya merasa Radit berkata seperti itu karena ingin menggodanya lagi, seperti biasanya.

Mendengar respon dari Mia, Rangga langsung tertawa kecil. "Radit ngomong jujur, dia nggak lagi godain kamu kayak biasanya." Kata Rangga seperti mengerti apa yang ada di pikiran Mia saat ini. Rangga mengucapkannya dengan menatap ke arah Mia dengan tatapan yang bisa membuat cewek manapun meleleh. Mia yang sebelumnya juga balik menatap Rangga, dengan segera mengalihkan tatapannya, pipinya sudah mulai memerah, jadi dirinya tidak mau Rangga menyadarinya. Namun sepertinya yang menyadari akan perubahan warna pipi Mia bukanlah Rangga, tapi Radit.

Radit hanya bisa menghelakan napasnya. Rangga dan Mia masih sibuk dengan dunianya sendiri, mereka berdua sama-sama tidak menghiraukan Radit.

Mereka bertiga sudah sampai di depan gang, kini mereka hanya tinggal menunggu angkutan umum yang akan membawa mereka ke tempat tujuan mereka. Karena Mia tidak tahu dia akan diajak kemana, jadi dirinya hanya mengikuti Rangga dan Radit saja.

Tidak lama ketika mereka menunggu, Rangga berkata, "Itu dia," katanya sambil menunjuk sebuah angkutan umum berwarna biru yang sedang berjalan ke arah mereka.

Mia pun bersiap-siap untuk naik angkutan umum itu. Setelah angkutan umum itu sudah benar-benar berhenti di depan Mia, Mia pun berniat masuk duluan, namun Radit langsung menyenggolnya sehingga Mia hampir saja jatuh, Rangga yang melihat Mia mau jatuh dengan sigap meraih tangan Mia dan memegangnya dengan erat.

"Makasih," ucap Mia pada Rangga sambil tersenyum malu. Rangga membalasnya dengan senyum khasnya.

Radit sudah duduk dengan nyaman di dalam, ia bahkan tidak menoleh ke arah Mia ataupun Rangga lagi. Awalnya Mia duduk dengan memberi jeda yang besar dengan posisi Radit, namun Rangga menyuruhnya bergeser, jadi mau nggak mau Mia harus duduk bersebelahan dengan Radit. Mia melirik tajam Radit, namun sepertinya yang dilirik tidak menyadarinya, Mia pun mengenduskan napasnya kesal.

Sepanjang perjalanan, Mia hanya diajak bicara oleh Rangga, meskipun sekali-sekali Radit menyahutinya.

"Kemarin gimana kerjaannya?" Tanya Rangga membuka pembicaraan.

Mia tersenyum terlebih dulu sebelum menjawab. "Cukup baik, tidak separah waktu aku mendapat ceramah seharian," ucap Mia sambil tertawa.

"Kamu emang pantes dapat ceramah." Sahut Radit dengan suara yang pelan, tapi cukup mampu untuk didengar oleh Mia dan Rangga.

Ketika Mia sudah membuka mulutnya untuk mengomeli Radit, Rangga menyelanya. "Biarin, dia lagi nggak mood kali," meskipun Rangga yakin kalau tadi mood Radit sangatlah baik.

Mia pun mengurungkan niatnya. "Tapi doamu terkabul kemarin, aku mendapat pujian lagi dari atasanku, meskipun mungkin bagi orang lain itu bukanlah pujian yang patut untuk dibanggakan." Cerita Mia dengan nada yang menggebu-gebu.

Lagi-lagi Radit menanggapinya dengan sinis. "Kalo orang bilang kayak gitu berarti itu bukan pujian yang hebat."

Kali ini Mia tidak bisa menahannya lagi. "Kamu kenapa sih dari tadi kayak gitu terus sama aku," Mia bahkan melupakan fakta kalau mereka sedang ada di angkutan umum, ia hanya merasa kesal dan ingin segera meluapkan kemarahannya pada Radit.

Radit tidak menyangka Mia akan berteriak seperti itu padanya di tempat umum. "Emang aku kenapa?" Walaupun sebenarnya Radit sangat menyadari kesalahannya, tapi ia masih tidak mau mengalah.

Mia terlihat sangat kesal dan sedang berusaha meredam kemarahannya karena dirinya masih berada di angkutan umum. Mia pun tidak menjawab omongan Radit, ia hanya mengalihkan tatapannya sejauh mungkin dari sosok Radit, bahkan Mia berniat menukar tempat duduknya dengan Rangga. Tepat sebelum Mia membuka mulutnya untuk meminta tolong pada Rangga, Rangga sudah peka terlebih dulu. Saat angkutan umum yang sedang mereka tumpangi berhenti, Rangga beranjak dari tempatnya dan segera menyuruh Mia berganti posisi.

Ketika Rangga sudah duduk kembali di sebelah Radit, ia berbisik pada Radit. "Katanya elo suka sama Mia," mungkin karena Mia sudah terlalu kesal, jadi bisikan itu tidak terdengar Mia.

Radit langsung menoleh ke arah Rangga dan meliriknya tajam. "Kata siapa?" Ucap Radit sambil mengerutkan alisnya.

Mendengar jawaban dari kembarannya, kekesalan Rangga menaik. "Kalo elo masih kayak gini sama Mia, kesempatan buat elo bakal hilang." Rangga mengucapkannya dengan suara yang sangat pelan.

Radit hanya menatap ke arah luar jendela tanpa menoleh ke arah Rangga sama sekali. Mendapat respon seperti itu dari Radit, Rangga hanya bisa menahan keinginannya untuk menjitak kepala kembarannya itu.

Mereka bertiga sudah sampai di tempat tujuan, ternyata Rangga dan Radit hanya mengajak Mia ke sebuah pusat perbelanjaan. Mia tidak langsung masuk, ia menunggu Rangga untuk masuk terlebih dulu, yang pasti Mia tidak sedang menunggu Radit. Setelah Rangga mengajaknya masuk bersamaan, barulah Mia melangkahkan kakinya kembali. Meskipun Radit masih tertinggal di belakangnya, Mia tidak menghiraukannya.

"Tinggalin gue aja gitu," sindir Radit.

Karena Mia dan Rangga sedang kesal pada Radit, jadi mereka berdua masih tetap melangkahkan kakinya tanpa ada niatan sama sekali untuk memperlambat langkah kaki mereka.

Radit menyadari kalau Mia dan Rangga sedang kesal padanya, tapi pikirnya, bukankah harusnya Raditlah yang marah pada Rangga.

Lalu secara tiba-tiba Mia menghentikan langkah kakinya. Mia menoleh ke belakang dan menatap Radit dengan tatapan garang. "Kalau gitu kamu jalan duluan aja, aku sama Rangga yang jalan belakangan." Kata Mia.

Meskipun awalnya Radit merasa bingung, tapi Radit pun akhirnya menuruti ucapan Mia. Melihat Radit menuruti ucapan Mia seperti itu, perasaan kesal Rangga perlahan hilang karena ia merasa gemas sendiri dengan tingkah Radit. Rangga tertawa kecil sambil menatapi Radit yang sedang berjalan di depannya.

"Kenapa?" Tanya Mia saat melihat Rangga tertawa.

Rangga mengalihkan pandangannya dari Radit ke Mia. "Bukan apa-apa," jawab Rangga sambil tersenyum penuh arti.

***

Sekitar 2 jam kemudian, setelah mereka bertiga merasa sudah mengelilingi semua tempat yang ada di pusat perbelanjaan itu, Mia mengusulkan untuk pulang.

"Kita makan dulu aja," kata Rangga ketika Mia mengajak pulang. Rangga melihat ke sekeliling untuk mencari tempat makan yang sekiranya bisa untuk didatangi mereka. Radit dan Mia hanya bisa berdiri di dekat Rangga dengan mengikuti arah pandangan Rangga.

Lalu tidak lama kemudian Rangga menunjuk sebuah tempat makan yang tidak terlalu ramai namun juga tidak terlalu sepi. "Kita kesana aja," ucap Rangga sambil menoleh hanya ke arah Mia, ia tidak menoleh ke arah Radit sama sekali.

Karena Mia paling tidak bisa untuk menyembunyikan perasaannya, jadi raut wajah malas-malasan Mia saat ini juga tidak bisa disembunyikannya. "Tenang, aku yang traktir," namun sepertinya Rangga menyalahartikan ekspresi wajah Mia.

Mia jadi malu karena dianggap seperti itu. "Bukan karena itu." Jawab Mia tegas.

Radit yang semula hanya diam dan hanya menunjukkan ekspresi yang datar, langsung menatap Mia dengan heran.

Karena merasa dirinya sedang ditatap oleh Rangga dan Radit, Mia melanjutkan ucapannya. "Aku bukan memintamu buat mentraktirku," ucap Mia lirih.

Mendengar ucapan Mia, Rangga langsung tertawa kencang. "Aku juga tahu lah," katanya di sela-sela tawanya. "Emang aku serius? Aku juga nggak serius mau mentraktirmu," meskipun sebenarnya Rangga benar-benar mau mentraktir Mia dan Radit, tapi ia ingin melihat kesalahtingkahan Mia.

Dan benar saja dugaan Rangga, dengan segera kedua pipi Mia memerah dan Mia langsung tidak berani menatap Rangga maupun Radit, namun ia tetap mengikuti langkah kaki Rangga yang sudah berjalan duluan di depannya. Radit yang baru melihat sedekat ini ekspresi wajah Mia yang seperti sekarang, semakin merasa gemas pada Mia, namun mau nggak mau Radit harus memendam perasaan gemas itu, ia hanya tersenyum kecil sambil mengalihkan pandangannya dari Mia.

Mia bersama Rangga dan Radit sudah sampai di dalam tempat makan yang mereka tuju. Radit menemukan tempat duduk kosong duluan, jadi kali ini Raditlah yang memimpin di depan. Saat Mia akan duduk di sebelah Radit, Radit mendahului Mia dengan memegang kursi itu. Awalnya Mia mengira Radit bertingkah semaunya sendiri seperti biasanya, namun perkiraannya sangat salah, setelah menarik kursi yang tadi ia rebut dari genggaman Mia, Radit menatap Mia seolah-olah memberitahu untuk duduk disitu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Karena jarang mendapat perlakuan seperti itu dari Radit, dan Mia sudah sangat mengenal biasanya sosok Radit seperti apa, jadi Mia hanya bengong.

"Duduklah," Radit menggumam.

Mia langsung tersadar dari lamunannya setelah mendengar gumaman Radit. "Makasih," kata Mia lirih.

Mendengar Mia mengucapkan terima kasih padanya, perasaan Radit senang sendiri, padahal itu hanya hal yang biasa. Rangga yang sedari tadi melihat mereka berdua hanya bisa tersenyum penuh arti, perasaan kesal Rangga sudah benar-benar hilang sekarang.

***

Keesokan harinya, Mia kembali menjalankan kehidupannya yang sibuk, karena hari ini adalah hari Senin. Mia berniat untuk berangkat lebih pagi. Tiga puluh menit lebih awal dari biasanya, Mia sudah siap. Setelah memasang sepatunya, Mia keluar dari rumahnya.

Ketika Mia sudah berjalan cukup jauh dari rumahnya, tiba-tiba ada yang memanggilnya dari kejauhan. Mia pun menolehkan kepalanya dan mencari asal suara itu. Setelah melihat ke sekelilingnya, akhirnya Mia bisa menemukan pemilik suara tersebut, ia adalah Radit, ia memanggil Mia dari depan rumahnya.

Dengan sedikit berlari, Radit menghampiri Mia. "Tunggu sebentar, aku mau mengantarmu." Kata Radit setelah dirinya sudah berada tepat di depan Mia dengan napas yang terengah-engah.

Mau nggak mau Mia menatap Radit dengan bingung. "Kenapa?" Tanya Mia.

Radit ikut bingung ketika mendengar pertanyaan Mia. "Emang aku harus punya alasan buat mengantarmu?" Balik tanya Radit.

Mia memiringkan kepalanya. "Bukankah memang harus," Mia masih penasaran dengan alasan Radit, karena ia takut Radit hanya ingin menjahilinya lagi.

Radit tidak berniat sama sekali untuk menjawab pertanyaan Mia dengan jujur. "Aku mau berangkat kuliah, kita kan searah," Radit berkelit.

Mia semakin menatap Radit dengan bingung. "Sepagi ini?" Tanya Mia.

Tahu kalau dirinya ketahuan bohong, Radit jadi tersipu dan salah tingkah. Lalu tanpa Mia sadari, Mia tertawa ketika melihat raut wajah Radit. Ketika menyadari dirinya tertawa geli seperti itu, Mia dengan segera menghentikan tawanya.

Radit semakin malu namun juga merasa senang karena dirinya akhirnya bisa membuat Mia tertawa selepas itu. "Ya udah kalo kamu nggak mau," ucap Radit tiba-tiba.

Dengan cepat Mia langsung membantahnya. "Bukan begitu maksudku,"

Radit yang sudah membalikkan badannya untuk berjalan menuju rumahnya, segera membalikkan badannya kembali menatap Mia. "Jadi kamu mau?" Radit tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya.

"Pokoknya kalau kamu nggak aneh-aneh lagi, ya aku mau," Mia sudah mewanti-wanti Radit duluan.

Tanpa menjawab perintah Mia, Radit langsung lari menuju rumahnya untuk mengambil motornya, dan mengendarainya menuju Mia. Melihat respon Radit sesenang itu, Mia menjadi was-was kembali, tidak ada pikiran sama sekali di otaknya tentang alasan sebenarnya Radit sesenang itu.

Tidak sampai 5 menit kemudian, sosok Radit bersama motornya sampai di depan Mia. Dengan masih tersenyum lebar, Radit menyerahkan helm yang sudah ia gantung di motornya ke arah Mia, Mia pun langsung menerimanya. Mia naik ke motor Radit dengan berpegangan pada bahu Radit. Seketika itu juga Radit merasa darahnya berdesir dan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Karena dirinya sedang berusaha menenangkan perasaannya, Radit jadi tidak kedengaran suara Mia yang mengatakan kalau dirinya sudah siap.

"Oh maaf," ucap Radit dengan suara yang sedikit bergetar.

Mendengar suara Radit yang bergetar seperti itu, Mia jadi khawatir. "Suaramu kenapa? Kamu sakit?" Tanya Mia polos.

Radit langsung tertawa mendengar pertanyaan polos Mia, dan karena itu juga perasaannya yang tadi sempat tidak karuan menjadi normal kembali.

"Aku serius," kata Mia.

Tawa Radit masih belum sepenuhnya hilang. "Bukan urusanmu," kali ini Radit tidak benar-benar berniat untuk jutek seperti itu pada Mia, ia hanya ingin menggoda Mia. Karena sudah lama Radit tidak pernah menjahili Mia lagi, entah kenapa perasaan Radit menjadi senang, namun bukan karena memang ia senang menjahili Mia, tapi karena ia senang melihat wajah menggemaskan dari Mia yang selalu dipasangnya ketika dijahili Radit.

"Aku turun kalo gitu," Mia merasa kesal karena ia merasa feelingnya benar, Radit hanya ingin menjahilinya.

Mendengar ucapan Mia, dengan cepat Radit menyalakan motornya dan melaju dengan cepat supaya Mia tidak bisa turun dari motornya. Karena dirinya tidak bisa turun, Mia pun akhirnya hanya bisa memukul pelan punggung Radit, namun yang dipukul malah mengeluarkan senyuman bahagia.

Selama perjalanan menuju kantor Mia, sesekali Radit mengajak ngobrol Mia, dan Radit jadi tahu kalau Mia benar-benar mencintai profesinya saat ini, dan itu juga yang membuat Radit semakin kagum pada Mia.

"Kamu udah semester berapa?" Kali ini Mia yang bertanya pada Radit.

Motor yang dikendarai Radit sedang berhenti karena lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. "Lima," Mia bisa merasakan kemalasan Radit saat menjawab.

"Rangga?" Tanya Mia lagi.

"Aku sama Rangga masuk kuliahnya duluan aku, jadi dia masih semester 3." Jawab Radit sambil kembali fokus mengendarai motornya.

"Kenapa nggak bareng?" Mia bertanya karena memang ia benar-benar penasaran.

Namun Radit menerimanya dengan kesimpulan yang berbeda, ia merasa Mia tanya-tanya terus karena ini menyangkut tentang Rangga, kalau itu tentangnya, Radit yakin Mia tidak akan sepenasaran ini.

"Tanya aja sama Rangga sendiri," Radit mengatakannya dengan ketus.

Mendengar jawaban Radit yang ketus. Membuat Mia kembali kesal pada Radit. Mia tidak habis pikir dengan apa yang ada di pikiran Radit, bagaimana bisa suasana hati Radit bisa berubah-ubah seperti itu. Terkadang Radit bisa sangat baik padanya sampai Mia sendiri heran dan merasa was-was, namun terkadang Radit juga bisa sangat menyebalkan seperti sekarang ini.

Setelah itu mereka berdua sama-sama diam bahkan sampai motor sudah berhenti di depan kantor Mia.

"Nanti kamu pulang jam berapa?" Nada suara Radit berubah menjadi lembut lagi, namun Mia merasa tidak mau tertipu lagi.

"Emang kenapa?" Mia membalas keketusan Radit tadi dengan menjawab pertanyaan Radit tidak kalah ketusnya.

"Aku mau jemput kamu," jawab Radit dengan entengnya seperti hal itu adalah hal yang biasa, dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Radit mengambil helm yang sudah dilepas Mia.

"Ngapain?" Karena Mia merasa sudah sering tertipu dengan kebaikan Radit yang hanya berlaku sekejap mata, jadi kali ini Mia harus lebih was-was lagi.

"Nggak boleh?" Radit menatap ke arah kedua mata Mia secara langsung.

Mendapat tatapan seperti itu dari Radit, Mia merasakan perasaan yang aneh. Baru kali ini Mia merasakan perasaan seperti itu saat berhadapan dengan Radit. Karena merasa jantungnya masih berdetak dengan aneh, Mia segera mengalihkan pandangannya supaya ia bisa menghilangkan perasaan itu.

"Gimana, mau nggak?" Radit kembali memastikan ke Mia. Nada suaranya terdengar sangat lembut, sangat berkebalikan dengan nada suara Radit biasanya.

Dengan menggoyang-goyangkan badannya ke kanan dan ke kiri secara perlahan, Mia menjawab, "Mau,"

Radit langsung sumringah mendengar jawaban Mia. "Jadi kamu pulang jam berapa?" Tanya Radit kembali.

"Nanti aku kabarin," jawab Mia.

Tidak Mia duga, Radit malah tertawa kecil setelah mendengar ucapan Mia. "Emang kamu punya nomer aku?" Radit mengucapkannya dengan nada yang sangat bisa membuat cewek manapun bertekuk lutut, apalagi ditambah dengan tatapannya yang sedang menatap ke arah Mia.

Mia tidak langsung menjawabnya karena ia masih menyesali jawabannya, sekarang Radit jadi punya alasan untuk mendapatkan nomer Mia karena Mia sendiri. Namun setelah dipikir-pikir, Mia memutuskan memberikan nomer nya pada Radit. Setelah menyimpan nomer Mia, senyuman di wajah Radit belum menghilang.

"Hai," tiba-tiba sosok Lina muncul di sebelah Mia dan di depan Radit.

"Oh hai," jawab Mia kikuk.

Lalu Lina mengalihkan pandangannya ke arah Radit dan menatapnya dari atas ke bawah dan kembali ke atas lagi, kemudian ia menatap Mia kembali. "Pacarmu?" Tanya Lina dengan berbisik ke arah telinga Mia.

Mia membelalakkan kedua matanya ke arah Lina dan sesekali mencuri-curi pandang ke arah Radit karena ingin melihat reaksinya. Tidak seperti reaksi Mia, Radit meresponnya dengan tersenyum senang, pertanda ia juga mendengar bisikan Lina. Mia heran pada Radit karena Radit tidak berusaha menyangkalnya, tidak seperti Mia yang selalu menyangkalnya.

"Bukan." Jawab Mia kemudian dengan singkat. "Kamu masuk duluan aja," kali ini Mia mengucapkannya dengan berusaha mengeluarkan senyum ramahnya.

Lina sempat melirik sekilas ke arah Radit sebelum ia masuk ke kantor duluan meninggalkan Mia yang masih berdiri di depan Radit yang belum ada niatan untuk menghilangkan senyuman bahagianya.

"Kenapa kamu tidak berusaha menyangkalnya?" Ujar Mia dengan nada kesal.

"Buat apa disangkal," jawab Radit dengan menaikkan kedua alisnya dan tersenyum jahil.

Mia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena dikiranya Radit sedang menjahilinya seperti biasanya. Merasa sudah tidak ada lagi yang mau dibicarakan Mia pada Radit, jadi ia pamit untuk masuk ke kantornya. "Aku masuk," ucapnya.

"Okee," Radit melambaikan kedua tangannya ke arah Mia dengan riang, namun Mia tidak membalasnya, Radit jadi merasa diabaikan, namun itu tidak membuat perasaan bahagianya menghilang begitu saja.

***

 Radit sudah sampai di depan kantor Mia beberapa menit sebelum waktu pulang Mia. Radit menunggu kemunculan Mia dengan sabar.

Tidak lama kemudian, Radit bisa melihat sosok Mia berjalan menuju ke arahnya. Radit langsung membenarkan kemejanya yang tadi terlihat kusut, entah kenapa dirinya merasa gugup. Ketika Mia sudah berada di dekatnya, tanpa berkata apapun, Radit langsung menyerahkan helm yang tadi pagi Mia pakai ke arahnya, dan Mia langsung menerimanya tanpa berkata apapun.

Setelah memastikan Mia sudah duduk dengan benar di belakangnya, Radit langsung menyalakan motornya dan motor dengan segera melaju.

"Udah nunggu lama?" Mia memecah keheningan di antara mereka berdua.

Radit menggelengkan kepalanya. "5 menit-an kali," jawabnya dengan sedikit mengencangkan suaranya supaya Mia bisa mendengarnya dengan jelas.

"Aku tadi dipanggil atasanku dulu waktu mau pulang." Kata Mia dengan suara yang seperti biasanya, sehingga Radit tidak terlalu mendengarnya.

"Apa?!" Teriak Radit karena memang jalanan lagi ramai jadi suaranya bercampur dengan suara motor dan mobil yang sedang melintas di dekat mereka.

Mia malah tertawa mendengar teriakan Radit. "Aku tadi dipanggil atasanku dulu waktu mau pulang." Mia mengulangi ucapannya dengan sabar dan berusaha meninggikan suaranya.

"Ohh, iyaa nggak papa." Ujar Radit sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

Setelah itu keheningan kembali terjadi di antara mereka. Mia berkali-kali berdehem, maksudnya memberi kode pada Radit supaya Radit bisa memecah keheningan itu, karena Mia merasa dirinya tidak bisa. Radit sendiri juga sebenarnya mendengar suara deheman Mia, namun ia masih mencari-cari topik pembicaraan.

"Cuma kamu yang dipanggil?" Kali ini suara Radit kembali normal karena motor sedang berhenti menunggu lampu merah berganti warna menjadi hijau.

Awalnya Mia tidak paham arti dari pertanyaan Radit, namun setelah dicerna lebih lama lagi, baru ia tahu maksudnya. "Nggak, sama temanku," Mia berhenti sejenak, lalu ia melanjutkan, "Teman yang tadi ketemu sama kita di depan kantor."

"Oh yang ngira aku pacarmu," goda Radit. Motor sudah kembali melaju.

Mia memukul pelan punggung Radit. "Ngapain sih pake diingetin lagi," katanya.

"Emang kenapa? Kamu nggak suka?" Radit sebenarnya hanya iseng bertanya seperti itu.

Namun tidak disangka-sangka Radit, Mia malah menjawab, "Iya."

Seketika itu juga jantung Radit serasa seperti mencelos, kalau tahu Mia akan membenarkan pertanyaannya, ia tidak akan menanyakan hal itu. Radit tidak menjawab ataupun mengatakan apapun lagi ke Mia, dan Mia sendiri juga tidak menyadari perubahan yang ada di diri Radit sekarang, jadi Mia hanya ikut terdiam sepanjang perjalanan menuju rumah mereka.

***

Related chapters

  • Beside You   Chapter #5

    Setelah kejadian Mia mengatakan kalau dirinya tidak suka selalu dikira pacar Radit, Radit sudah tidak pernah mengantar ataupun menjemput Mia lagi. Mia sendiri sepertinya malah menikmatinya, karena dirinya sudah terbiasa dengan situasi yang seperti itu, malah kalau Radit tiba-tiba baik padanya, dirinya malah menjadi was-was.Beberapa hari itu juga, Mia sudah sangat jarang bertemu dengan Radit, ia hanya bertemu dengan Rangga, dan ketika Mia menanyakan keberadaan Radit pada Rangga, Rangga hanya menjawab Radit sedang sibuk."Kenapa? Kamu kangen?" Tanya Rangga saat Mia menanyakan sosok Radit.Dengan cepat Mia menyangkalnya. "Nggak lah, cuma tumben aja nggak pernah kelihatan,"Rangga tertawa kecil. "Emang kenapa sih kok kayaknya kamu kesel amat sama Radit?""Ya kan dia sendiri yang mulai," jawab Mia enteng."Tapi dia sebenarnya peduli banget sama kamu lho," ujar Rangga karena dirinya sudah tidak

    Last Updated : 2021-09-04
  • Beside You   Chapter #6

    Hari Minggu kemarin, Mia tidak melihat sosok Rangga dan Radit sama sekali, padahal dirinya bolak balik keluar rumah untuk membeli sesuatu. Dibilang merasa kehilangan kehadiran mereka berdua, itu memang benar, tapi anehnya Mia lebih merasa kehilangan kehadiran Radit daripada Rangga, namun Mia menganggap perasaannya seperti itu karena ia masih merasa sakit hati atas kejadian kemarin, makanya dirinya lebih kehilangan sosok Radit.Hari ini Mia bangun kesiangan, sebenarnya tidak siang banget, tapi karena ini hari Senin, jadi Mia merasa ia bangun kesiangan. Mia mempersiapkan diri dengan kecepatan tinggi, karena ia tidak mau telat lagi. Begitu juga saat Mia memasang sepatu, ia lupa menutup pintu rumahnya terlebih dulu."Nggak usah buru-buru, aku antar kamu." Tiba-tiba terdengar suara Radit tidak jauh dari posisi Mia sekarang."Jangan ngagetin." Kata Mia dengan nada kesal, karena dirinya benar-benar terkejut saat mendengar suara

    Last Updated : 2021-09-05
  • Beside You   Chapter #7

    Hari yang sudah ditunggu-tunggu oleh Mia akhirnya datang, dan Mia tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya, bahkan sejak bangun tidur. Saking semangat dan bahagianya, kejadian langka di hari Minggu terjadi, yaitu Mia bangun pagi dan mandi pagi.Setelah mandi, Mia berganti baju rumah, karena Mia tidak akan mengajak keluar Rangga dan Radit sepagi ini, apalagi sepertinya mereka berdua baru saja sampai. Mia berjalan menuju jendela yang berada di samping pintu. Ia mengintip dari balik tirai, dan ia bisa melihat rumah Rangga dan Radit masih terlihat sepi. Cukup lama Mia mengintip dan melihat situasi disana. Lalu tidak lama kemudian, sosok Radit keluar dengan baju dan celana yang berantakan. Senyum Mia langsung mengembang, ia berlari keluar.Radit mendengar suara gaduh dari kejauhan, lalu tidak lama sosok Mia muncul dari balik pintu rumahnya dengan senyuman yang sudah sangat ia rindukan, seketika itu juga senyuman juga muncul di wajah Radit.

    Last Updated : 2021-09-06
  • Beside You   Chapter #8

    Beberapa jam kemudian, Radit baru teringat permintaan tolong Mia, ia berjanji akan menanyakan pada Rangga, apakah dirinya sibuk. Dengan langkah malas, Radit berjalan menuju kamar Rangga. Sebelum ia masuk ke kamar Rangga, Radit lebih dulu mengetuk pintu kamarnya.Setelah Radit mengetuknya 3 kali, dan mendapat jawaban dari Rangga untuk masuk, Radit akhirnya membuka pintu itu dan segera masuk.Rangga yang sedang duduk di kasurnya sambil memegang ponselnya, langsung menoleh ke arah Radit."Ngapain?" Rangga terlihat masih kesal dengan Radit.Radit terlihat salah tingkah. "Mia ngajak jalan, tadi pagi dia tanya, elo sibuk nggak hari ini?" Radit menyampaikan pesan Mia.Rangga ingin ketawa melihat wajah salah tingkah kembarannya, namun ia memilih menahannya. "Gue ada janji sama Andini." Jawab jujur Rangga.Mendengar nama Andini disebut oleh Rangga, di saat mereka berd

    Last Updated : 2021-09-07
  • Beside You   Chapter #9

    Sudah beberapa hari berlalu setelah kejadian menegangkan antara Mia dan Rangga. Selama beberapa hari itu, Mia menjalani kehidupannya dengan murung, sampai beberapa orang di kantornya menanyakan alasan Mia seperti itu, tapi tentu saja Mia tidak menjawabnya dengan jujur.Beberapa kali Mia juga sempat bertemu dengan Rangga ataupun dengan Radit, tapi sebisa mungkin Mia menghindari mereka berdua. Ketika Mia menghindari Rangga dan Radit, mereka berdua juga tidak memaksa Mia untuk berhenti menghindarinya, mereka terlihat seperti mengerti maksud Mia sebenarnya.Hari ini Mia sama sekali belum keluar dari rumahnya, karena hari ini adalah hari libur nasional. Sejak semalam, Mia sudah merencanakan untuk tidak keluar dari rumah sama sekali, apalagi semua bahan makanan sudah tersedia di dalam kulkasnya. Namun istilah manusia bisa berencana, tapi Tuhan yang memutuskan dirasakan oleh Mia.Ketika Mia sedang bermalas-malasan di kasurnya dengan memain

    Last Updated : 2021-09-10
  • Beside You   Chapter #10

    Mia sudah membeli sabun mandi yang ia butuhkan, sekarang waktunya Mia untuk kembali ke rumahnya. Dalam perjalanannya menuju rumah, Mia merasa was-was, ia takut akan bertemu dengan Rangga ataupun Radit di jalan atau di depan rumah. Mia berusaha untuk menghilangkan perasaan was-was itu.Tinggal beberapa langkah lagi, Mia sampai di depan rumahnya, tapi langkah kaki itu langsung terhenti saat Mia melihat sosok Radit keluar dari rumahnya dan langsung menatapnya dengan tajam, namun tatapan mata itu bukan menunjukkan kemarahan, lebih kepada tatapan mata dari seseorang yang sedang merindukan sosok yang berada di depannya. Langkah kaki Mia yang sempat terhenti, kembali berjalan mendekati Radit karena Radit sudah berada tepat di depan rumah Mia."Kenapa kamu menghindariku?" Tanya Radit langsung ketika Mia sudah berada di depannya. "Apa kamu masih marah denganku?" Tanya Radit lagi.Mia yang awalnya hanya menundukkan kepalanya dan t

    Last Updated : 2021-09-13
  • Beside You   Chapter #11

    "Aku menyukaimu," kalimat yang keluar dari mulut Radit itu bukan hanya mengejutkan Mia, tapi juga Rangga dan Andini, karena tidak ada yang pernah menyangka Radit akan menyatakan perasaannya di depan Rangga dan Andini. Mia yang semula sudah membalikkan tubuhnya menghadap rumahnya, kembali menghadapkan tubuhnya ke arah Radit, dan mau nggak mau ia membelalakkan kedua matanya ke arah Radit. Mia yang awalnya berniat akan memaafkan Radit, menjadi kembali kesal pada Radit. "Aku menyukaimu," Radit mengulangi ucapannya, dan seperti memberitahu Mia kalau dirinya tidak salah dengar. Mia masih membeku di tempatnya dengan tatapan matanya yang tidak beralih dari Radit sama sekali. Andini menggandeng lengan Rangga dan meninggalkan Radit dan Mia berdua tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Sepeninggal Andini dan Rangga, Radit dan Mia masih hanya saling tatap tanpa ada yang mengeluarkan kata-kata. Cukup lama me

    Last Updated : 2021-09-13
  • Beside You   Chapter #12

    Hari ini Mia tidak terlalu sibuk, dan Mia sangat menikmati kesehariannya di kantor, bahkan ia bisa melupakan kejadian tidak mengenakkan yang dialaminya semalam. Mood Mia kembali membaik setelah sekian lama, ia berharap tidak ada yang bisa merusaknya lagi.Waktu berjalan terasa lebih cepat dari biasanya, sekarang sudah waktunya Mia untuk pulang, Mia pun mulai beres-beres. Meja sebelah Mia sudah kosong dan rapi karena Lina sudah pulang lebih awal, tadi ia mengeluh sedang tidak enak badan. Mia beres-beres dengan semangat tanpa memikirkan apa-apa lagi.Setelah merasa semua barangnya sudah masuk ke dalam tasnya, Mia mulai melangkahkan kakinya untuk turun dan pulang. Senyuman di wajah Mia masih mengembang dengan baik, sesekali orang-orang di sekitarnya menatapnya dengan bingung. Tidak lama kemudian senyuman itu sirna begitu saja, saat dirinya sudah sampai di dekat pintu utama kantornya. Mia melihat sosok Radit bersama motornya sudah menunggunya di depan k

    Last Updated : 2021-09-14

Latest chapter

  • Beside You   Chapter #30

    Liburan Mia sudah berjalan selama 2 hari, dan selama 2 hari itu Mia sering dikejutkan dengan kejutan yang katanya sudah disiapkan Radit jauh-jauh hari. Mia tidak pernah menyangka Radit sosok yang seromantis ini, dirinya selalu mengira Radit adalah sosok yang jahil dan tidak tahu bagaimana caranya untuk menjadi romantis."Aku tidak pernah melihat Radit se-berusaha keras ini sebelumnya, sepertinya Radit benar-benar mencintaimu." Kalimat itu datang dari mulut Rangga ketika Mia dan Rangga duduk bersama di depan rumah, Andini dan Radit sedang mengambil makanan yang berada di dalam rumah.Mia menoleh sekilas ke arah Rangga, setelah itu ia kembali memfokuskan pandangannya ke arah piring dan sendok yang sudah ia tata rapi di atas meja. Senyuman Mia masih tidak bisa pergi dari wajahnya, justru senyuman itu semakin melebar setelah mendengar perkataan Rangga."Aku bersyukur kamu bisa menerima perasaan Radit, setidaknya dia tidak me

  • Beside You   Chapter #29

    Perjalanan yang tidak disangka-sangka Mia itu membutuhkan waktu cukup lama, karena dilakukan ketika libur panjang, yaitu Jumat, Sabtu, dan Minggu, mereka bertiga ternyata memutuskan berlibur ke Bandung, bahkan tanpa meminta persetujuan dari Mia. Pantas saja Mia disuruh untuk membawa beberapa baju dan keperluan sehari-hari dirinya, namun awalnya Mia mengira mereka tidak berpergian sejauh ini. Karena mobil sudah terlanjur hampir sampai, Mia tidak bisa meminta pulang ataupun menolak begitu saja rencana yang telah dibuat.Ketika matahari sudah mulai naik dan sekarang sudah berada tepat di atas mereka berempat, mobil berhenti tepat di depan rumah atau mungkin vila, yang pemandangan di depannya terlihat sangat indah. Taman yang berada tepat di depan rumah itu dipenuhi dengan beragam tanaman, sangat pas dengan style rumah yang diinginkan Mia. Tanpa sadar Mia pun tersenyum senang ketika turun dari mobil dan melihat ke arah rumah itu."Kamu senang?"

  • Beside You   Chapter #28

    Karena itulah kenapa sepagi ini Radit sudah stand by di depan rumah Mia bersama Andini dan Rangga. Tadi pagi Rangga meminjam mobil papanya, dan karena Ranggalah yang meminjam, papanya pun dengan cepat mengijinkannya. Awalnya Rangga yang duduk di bangku kemudi, namun setelah mereka berdua sampai di depan rumah Andini, Radit menyuruh Rangga untuk pindah ke bangku belakang supaya dirinya saja yang mengemudikan mobil, Radit tidak mau menjadi obat nyamuk di bangku belakang kalau Rangga dan Andinilah yang duduk di bangku depan. Karena Radit juga mengatakan alasannya pada Rangga, Rangga pun langsung menyetujui ucapan Radit, ia pindah ke belakang dengan tertawa.Sudah lumayan lama Radit, Rangga dan Andini menunggu Mia keluar dari rumahnya. Saat sampai di depan rumah Mia, Radit sengaja tidak turun dari mobil, ia hanya mengirim SMS ke Mia dan memberitahunya kalau mereka bertiga sudah sampai di depan rumahnya. Hanya butuh waktu sekitar 10 detik untuk Radit menerima balasan

  • Beside You   Chapter #27

    "Udah sampai rumah?" Beberapa menit setelah Radit masuk ke kamarnya, dering telepon terdengar dari ponselnya. Radit mengambil ponselnya yang tadi ia geletakkan di meja yang berada di dekat lemari bajunya. Ketika Radit menatap ke arah layar ponselnya, dirinya langsung diperlihatkan foto Mia yang terlihat sangat cantik, itu pertanda dirinya sedang mendapat telepon dari Mia.Sebelum mendengar jawaban dari Mia, Radit sempat mendengar suara batuk yang samar. Udah, baru setelah itu Radit mendengar jawaban Mia."Kamu sakit?" Radit terdengar sangat khawatir.'Aku sedikit nggak enak badan, dari kemarin flu belum sembuh juga,' keluh Mia."Udah minum obat?" Radit masih terdengar khawatir, bahkan ia sempat berpikir untuk langsung pergi ke rumah Mia dan memastikannya sendiri kalau kekasihnya itu sudah makan dan minum obat.'Udah tadi waktu istirahat di kantor,' Mia memang tadi saat di kantor

  • Beside You   Chapter #26

    Radit sudah siap siaga tepat di depan rumah Mia bahkan sebelum matahari benar-benar terbit. Radit tidak sendirian, ia juga bersama Rangga dan Andini. Radit duduk di bangku kemudi sedangkan Rangga dan Andini duduk bersebelahan di bangku belakang, sesekali mereka saling mengeluarkan candaan tanpa menghiraukan kehadiran Radit yang hanya bisa tersenyum kecut ketika menyaksikannya.***Beberapa hari yang lalu, Rangga, Radit dan Andini bertemu di rumah Radit dan Rangga. Di hari itu mereka bertiga mengobrol tentang banyak hal, hingga akhirnya Andini mengusulkan ide untuk double date."Kenapa nggak mau? Tanya Mia aja dulu, pasti dia mau." Kata Andini ketika mendengar Radit menolak ajakannya.Radit masih terlihat ragu, ia juga sangat tahu Mia pasti akan menerima ajakan Andini itu karena Mia sudah merasa baik-baik saja terhadap Rangga, tapi lain lagi dengan Radit, entah kenapa perasaan cemburunya tidak bisa hi

  • Beside You   Chapter #25

    Hubungan antara Mia dan Radit sudah berjalan selama 4 bulan, dan selama 4 bulan itu, banyak hal yang terjadi di antara mereka berdua. Kebahagiaan, pertengkaran, kerinduan, dan lain sebagainya sudah mereka lalui bersama. Meskipun pertengkaran sering terjadi dalam hubungan mereka berdua, namun pertengkaran itu juga yang membuat hubungan mereka semakin kuat.Selama 4 bulan itu juga, hubungan Mia dengan Rangga juga membaik, Mia sudah bisa menghadapi Rangga tanpa merasa canggung. Beberapa hari yang lalu, Mia diajak Radit ke rumahnya, dan disana Mia bertemu dengan kedua orang tua Radit. Mia bertemu kedua orang tua Radit cukup singkat karena beliau harus berangkat ke suatu tempat saat itu juga, namun Mia justru bersyukur karenanya, Mia merasa dirinya masih belum siap untuk bertemu intens dengan kedua orang tua Radit.Ketika hari dimana Mia bertemu kedua orang tua Radit, Mia bertemu dengan Rangga juga, bahkan karena Radit harus ke kamar mandi, Mia d

  • Beside You   Chapter #24

    Langit malam sudah berubah semakin pekat, hawa dingin juga semakin menyambar tubuh Mia yang tidak memakai jaket dan hanya memakai cardigan yang tipis. Motor melambat meskipun Mia merasa yakin kalau mereka belum sampai di rumah Mia. Motor berhenti tepat di depan sebuah halte, pikiran Mia langsung terarah ke perkataan Radit tadi yang berkata kalau dirinya tidak berniat mengantar pulang Mia, perasaan cemas langsung muncul di dalam pikiran Mia.Setelah menghentikan motornya, Radit turun dari motornya tanpa mengatakan apapun dan tanpa memedulikan perasaan cemas Mia. Radit melepas jaketnya dan mengulurkannya ke arah Mia yang masih menatapi Radit dengan tatapan harap-harap cemas. Karena tangannya yang sudah mulai capek menunggu Mia menerima jaketnya, Radit pun memilih langsung memakaikan jaket itu ke tubuh Mia. Setelah itu Mia baru terlihat tersadar dari lamunannya, senyuman malu Mia kembali muncul di wajahnya."Kenapa?" Tanya Radit dengan masih me

  • Beside You   Chapter #23

    Senyum di wajah Radit semakin merekah dengan lebar, bahkan kali ini diiringi dengan pipinya yang memerah dan memanas. Radit yang menyadari perubahan kedua pipinya langsung memegangi kedua pipinya dengan malu.Baru kali ini Mia melihat Radit bertingkah seperti ini, namun entah kenapa Mia malah merasa gemas, karena sisi Radit yang seperti ini sangat tidak cocok dengan sisi Radit yang biasanya."Kamu jujur kan?" Radit masih merasa tidak percaya perasaannya akan terbalas secepat ini."Kamu nggak percaya?" Mia mulai kesal pada Radit karena ia masih merasa tidak percaya padanya."Bukan begitu," katanya dengan berusaha menghilangkan senyumnya yang terus berkembang di wajahnya. "Kukira semalam kamu cuma iseng." Radit menundukkan kepalanya."Aku kan nggak kayak kamu," canda Mia."Benar juga." Radit menerima candaan Mia dengan baik.Setelah itu mer

  • Beside You   Chapter #22

    Radit yang sudah tidak sabar untuk lebih masuk, langsung merangkul bahu Mia dan mengajaknya mengikutinya. Kali ini Mia mengikuti Radit tanpa mengatakan apapun ataupun melakukan apapun, ia tidak merasa aneh ataupun salah tingkah dengan perlakuan Radit barusan, mungkin karena dirinya masih mengagumi kafe ini.Radit menuju ke arah tempat duduk yang berada di perbatasan tempat indoor dan outdoor. Radit mempersilahkan Mia duduk ke kursi yang sudah ia persiapkan, Mia pun duduk dengan tatapan matanya yang masih mengelilingi kafe."Apa kamu sekagum itu?" Tanya Radit sambil duduk di kursinya. Ia tidak menyangka Mia akan sekagum itu, ia hanya mengira Mia sekedar suka."Kafe seperti ini selalu ada di pikiranku, sangat persis seperti ini." Kata Mia dan sekarang tatapan matanya sedang menatap Radit dengan berbinar-binar.Radit langsung merasa usahanya berhasil, tapi dirinya juga merasa kagum dengan dirinya sendir

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status