M2 mengangguk. “Jika Arthur tidak memberitahuku lebih dulu, mungkin aku telah menganggap pemuda itu adalah dirimu. Tuan Muda Kedua yang telah lama hilang.” “Tapi kenapa Ma Zimo berniat membebaskannya dan tidak membunuhnya? Padahal jelas-jelas pemuda itu adalah seorang penipu!” “Kalau soal itu aku tidak tahu. Kata Asun, semua kartu identitas milik pemuda itu bernama Ma Yin Fei. Jadi Ma Zimo langsung mengangap pemuda itu adalah dirimu—anak saudaranya yang hilang. Mungkin saja dia berniat memelihara kemenakannya itu dengan memberikan sebuah pekerjaan padanya,” papar M2. “Tapi aku dan Arthur tak percaya, kalau masalah ini terkait dengan penyesalan Ma Zimo di masa lalu,” lanjut M2. “Pria seperti Ma Zimo itu tidak akan pernah menyesali perbuatannya!” “Taktik Ma Zimo boleh juga,” ujar Yin dengan bibirnya yang menyeringai. "Memelihara anak musuh dalam istananya. Seperti seorang pangeran yang menjadi sandera perang di negeri asing.. Dengan begitu, Ma Zimo akan mampu mengawasi gerak-gerik
Ma Jia Wei mengayunkan langkahnya dengan tergesa-gesa. Sepasang sepatu pantofelnya yang berwarna coklat gelap itu berjalan menyusuri setiap lantai, ruangan, dan koridor yang ada di dalam rumahnya yang besar bak bangunan istana Dinasti Qing. Pria muda itu berpikir, mencari seorang Ma Yin Fei itu mudah! Namun, ternyata dia salah! Mencari seseorang di rumahnya itu seperti mencari sebuah jarum di tengah tumpukan jerami. Tidak seorang pun dari penghuni rumah besar itu yang sudi membuka mulutnya untuk Ma Jia Wei. Bukan karena dia tidak memiliki kekuasaan di rumah itu, melainkan semua ini karena ancaman dari Ma Zimo. Tuan Besar Keluarga Ma itu telah melarang seluruh anak buah dan pekerjanya untuk membocorkan informasi kepada Ma Jia Wei. Kalau beberapa hari yang lalu, mereka telah menangkap dan mengurung seorang pemuda di ruangan bawah tanah. "Apa kau sedang bercanda denganku?!" Ma Jia Wei menghardik Mok melalui panggilan ponselnya. "Bercanda apa, Tuan Muda?" tanya Mok yang
“Jika kau sampai mendapatkan masalah, aku yang akan melindungimu. Katakan padaku, sejak kapan dia berada di dalam rumah ini!” Ma Jia Wei yang telah berjanji itu menatap sepasang netra hitam milik Shanzi dengan kilatan yang tajam.Sama seperti bibir Shanzi yang gemetar setelah mendengar perkataan Ma Jia Wei yang penuh penekanan, begitu juga dengan kedua bola mata gadis pelayan itu yang bergerak-gerak memperhatikan ekspresi wajah tuan mudanya yang sangat dingin. “A—apa benar seperti yang Tuan Muda katakan? Tu—tuan Muda akan melindungiku, jika Tu—tuan Besar meng—menghukumku nanti? Tuan Muda tidak akan ingkar'kan?" “Aku berjanji padamu,” balas Ma Jia Wei.Tampak sebuah kelegaan terpancar dari wajah Shanzi yang berbentuk persegi. Setidaknya sekarang di dalam rumah besar ini, dia memiliki seorang pelindung yang merupakan satu-satunya pewaris Keluarga Ma.Maka gadis pelayan berusia dua puluh lima tahun itu akhirnya bersedia untuk berbagi informasi dengan Ma Jia Wei.“Pemuda itu sudah ting
Masih di pagi yang sama di tempat kediaman Keluarga Ma. Seorang pria paruh baya yang lebih suka mengenakan pakaian bergaya tradisional khas negaranya, daripada mengenakan pakaian moderen itu tampak sedang bercengkerama dengan seekor burung beo. Hewan unggas berbulu hitam itu tampak sedang menirukan kosa kata baru yang diajarkan oleh tuannya hari ini. Setiap kali binatang itu berhasil menirukan suara yang diajarkan, maka tuannya akan memberikan makanan yang lezat sebagai hadiah.Begitu makhluk bersayap itu selesai menikmati sarapan, maka indera penglihatnya itu menangkap kehadiran seorang manusia lain yang sangat dikenalnya, bukan manusia baik hati yang selalu memberinya makanan setiap hari. Justru manusia yang sedang berjalan menghampirinya itu tidak pernah memberinya makanan. Paruh burung beo yang berwarna oranye itu mendadak berucap, “Asun datang! Asun datang! Selamat pagi, Asun.”Suara sapaan burung beo yang terdengar serak itu lantas membuat Ma Zimo menghentikan aktivitasnya. S
Begitu izin untuk bertemu Ma Zimo berhasil didapat, maka pergilah M2 dan juga Yin menuju ruang bawah tanah. Di mana ruang bawah tanah itu bukan berada di dalam bangunan utama, melainkan berada di dalam sebuah bangunan terpisah yang ada di bagian belakang.Jika M2 dan Yin bergerak melalui bagian tengah bangunan utama, maka Ma Zimo dan Asun mengayunkan sepasang kaki mereka melalui sayap kiri, sedangkan Ma Jia Wei yang telah meninggalkan koridor lebih memilih untuk mengambil jalur sayap kanan guna mencapai ruangan tersebut.Di sisi lain, seorang gadis pelayan yang bernama Xie baru saja keluar meninggalkan dapur. Dia menggantikan Shanzi yang seharusnya mendapat tugas untuk mengirim makanan, perlengkapan mandi, serta pakaian ganti untuk seseorang yang ada di ruang bawah tanah.Seorang kepala dapur menghampiri Xie, lalu berkata kepadanya. "Pergilah! Jika terlambat, kau akan kena masalah!" Xie pun mengangguk. Gadis pelayan yang masih berusia kurang dari dua puluh tahun itu bergegas mendoro
Seruan keras yang berasal dari luar itu sontak membuat Shanzi dan Ma Yin Fei palsu terkejut. Mereka tidak menyangka, waktu akan berjalan sangat cepat. Gadis pelayan yang belum menuntaskan pekerjaannya itu segera mendorong kereta kecilnya mendekati pria tersebut.“Mana yang ingin kau lakukan lebih dulu? Sarapan atau membersihkan dirimu?” tanya Shanzi cepat.“Be—berikan per—perlengkapan mandi dan pa—pakaian baru i—itu padaku!” pinta Ma Yin Fei palsu gagap.Setelah mendapatkan perlengkapan mandi dan satu setel pakaian ganti, maka pergilah Ma Yin Fei palsu menuju sebuah ruang kecil yang ada di salah satu sudut kamarnya. Mereka menyebut ruang seluas satu kali dua meter persegi itu adalah kamar mandi.Keran air diputar ke kanan. Sepercik air dingin mengucur dengan deras membasahi tubuh Ma Yin Fei palsu yang polos tanpa busana. Tiga belas hari lamanya dia mendekam di dalam kamar yang lebih mirip seperti ruang penjara. Tanpa sinar matahari dan udara bebas. Membiarkan bulu kumis dan cambangnya
Ketika mata semua orang yang berdiri di depan pintu paviliun dihinggapi dengan pertanyaan masing-masing, namun itu tidak berlaku untuk Yin. Reinkarnasi mantan jenderal besar Dinasti Qing itu justru membalas tatapan Ma Yin Fei palsu tanpa ekspresi dan mengacuhkan pertanyaan Ma Jia Wei yang bertanya, untuk apa dirinya berada di sini?Beberapa hari sebelumnya Yin memang telah diberitahu oleh M2 dan juga Arthur, bahwa ada seorang pemuda gagap yang telah mengambil identitasnya selama ini di tempat kediaman Keluarga Ma.Dan kini, Yin telah bertemu Ma Yin Fei palsu itu, tetapi pemuda itu justru menatap dirinya dengan janggal.Sekelumit pertanyaan lantas terlintas dalam benak Yin. “Mungkinkah pemuda ini mengenal si pemilik tubuh? Sejak Dewa Kematian memberiku kesempatan untuk hidup kembali di dunia moderen, aku belum pernah bertemu dengan laki-laki ini. Siapa dia sebenarnya?"Sebelum Yin mendapatkan jawaban atas pertanyaannya itu, maka berserulah Ma Zimo kepada semua orang yang ada di depan p
“Halo, Jia Wei.”Kehadiran suara lembut yang mendadak terdengar itu sontak membuat Ma Jia Wei, Mok, dan juga Lu Shen Shen serempak menoleh ke belakang.Wajah ketiganya tampak terkejut, terutama Lu Shen Shen tatkala melihat seorang gadis cantik yang telah berdiri tiga langkah jauhnya dari mereka.Putri kedua Lu Dong itu menyangsikan, kalau gadis yang mengenakan dres di atas lutut dengan kedua bagian lengannya yang dibiarkan terlihat itu adalah karyawan Ma Yuan Food. Karena gadis itu dengan berani memanggil nama “Jia Wei” begitu saja.Semakin Lu Shen Shen memperhatikan wajah gadis itu, maka ingatannya semakin tertuju pada sebuah video dan beberapa foto yang dikirim Yin beberapa jam yang lalu.Ya, tidak salah lagi! “Zhi Zhi?” Mata Ma Jia Wei membeliak.“Oh, jadi gadis yang kau kencani waktu itu bernama Zhi Zhi?!” tuding Lu Shen Shen.“Tunggu, Nona. Sepertinya Nona telah salah paham. Aku dan Ma Jia Wei hanya—”“Kami memang memiliki hubungan. Baru saja,” sahut Ma Jia Wei.Dia kemudian men
Suara dobrakan pintu yang disertai teriakan itu langsung direspon oleh sepuluh orang pria yang berada di dalam ruangan. Mereka yang sedang berdiri mengitari meja bilyard itu sekonyong-konyong menegakkan kepala lalu membusungkan dada.BRAKKK!Dua tongkat bilyard terlempar mendarat di atas meja dengan sempurna, membuyarkan beberapa barisan bola biru yang semula terdiam. Beberapa kaki itu pun mengayun santai, seakan tanpa beban begitu mendapati kehadiran seorang pemuda berpostur yang tak lebih dari 170 sentimeter.Feng Siyu mengenal seorang pria yang berada di barisan paling depan. Pria itu mengenakan setelan jas kemeja warna hitam. Dengan tiga barisan kancing teratas yang dibiarkan tetap terbuka, memperlihatkan otot-otot dadanya yang bergelombang.Pria itu mendapat julukan Black Dragon di lingkungan sekitar. Tidak, mungkin sepak terjangnya yang mengerikan dan tidak mengenal belas kasihan itu sudah terdengar seantero Shanghai. Tidak ada seorang pun yang tahu, siapa nama asli pria tersebu
Pada saat itu juga mundurlah Lu Wan Wan dari hadapan Yin alias Shun Yuan. Kegamangan segera menghampirinya seiring dengan mulutnya yang tertutup oleh telapak tangannya sendiri.Ingin rasanya dia tidak mempercayai perkataan pria yang telah mengambil kendali atas tubuh suaminya, tapi apa yang pria ini katakan tidak sepenuhnya salah. Karena dia sendiri juga telah membaca buku harian tersebut.“Siapa? Siapa yang telah mencelakainya?” tanya Lu Wan Wan dengan suaranya yang bergetar.Shun Yuan bisa saja langsung menyebutkan satu nama yang dicurigainya saat ini, tetapi dirinya belum yakin karena kurangnya bukti-bukti yang dimiliki. “Aku masih belum yakin, siapa saja yang telah terlibat. Tapi aku mulai mencurigai beberapa orang.”Tatapan mata Lu Wan Wan memicing. “Apa katamu? Beberapa? Itu artinya ….”“Lebih dari satu orang yang menginginkan kematiannya,” sambung Shun Yuan. “Entah mereka memiliki tujuan yang berbeda atau saling bekerja sama.”Kepala Lu Wan Wan menggeleng. “Aku sungguh tidak per
Tiga jam. Itulah waktu yang diperlukan Yin untuk diam termenung di atas Jembatan Sungai Yangtze. Menatap derasnya arus sungai yang tampak kelam dan pekat di waktu malam. Sepercik pertanyaan mendadak terbersit dalam sanubari sang mantan jenderal besar Dinasti Qing tersebut.Mungkinkah selama ratusan tahun, tubuhku tersimpan di dalam sana?Tiga ratus lima puluh empat tahun itu bukan waktu yang singkat. Pantas, keadaan sungai ini juga sudah sangat jauh berbeda dari zaman Dinasti Qing.Dan di dalam sungai inilah, kisah antara dirinya dan si pemilik tubuh terjadi.Mendadak sebuah suara ketukan tumit sepatu yang mengayun di atas trotoar membuat daun telinga Yin bergerak-gerak. Seperti biasa indera pendengaran yang tajam pemberian dari Dewa Kematian, mampu membuat mantan jenderal besar Dinasti Qing itu mampu mendengar suara semut yang berjalan hingga mampu memilah-milah jenis suara meskipun di belakang punggungnya terdengar hiruk pikuk kendaraan roda empat berlalu lalang. Kehad
“Denise, halo …. Halo …!” seru Feng Siyu.Selama beberapa saat pria muda berusia 27 tahun itu tampak tertegun menatap layar ponselnya yang masih menyala. Baru beberapa menit yang lalu, dia menerima panggilan dari adik tirinya yang bernama Denise Allard.Saudara perempuan namun berbeda ayah itu kerap menghubunginya di jam-jam malam. Selepas makan malam lebih tepatnya, karena pada saat itulah segala aktivitasnya di dunia kerja telah terhenti.Namun, apa yang baru saja terjadi?Feng Siyu justru tidak mendengar suara Denise. Bulu kuduknya mendadak dikejutkan dengan suara teriakan minta tolong, suara seorang atau beberapa orang pria dan suara gedebuk-gedubuk yang tak jelas.Jangan-jangan ….Pikiran Feng Siyu lantas tertuju pada panggilan ponsel yang diterimanya sore tadi di Gedung Madox Colour. Kedua tangannya langsung mengepal, mengingat ancaman si penelepon. Padahal mereka telah bersepakat, bahwa si penelepon akan memberinya sedikit waktu dan tidak akan mengganggu adiknya yang saat ini t
Begitu Mey Mey mendengar suara bariton itu berkata, jantungnya seakan hendak melompat keluar dari tubuhnya. Suara yang disertai dengan seringai dan langkah tegap itu benar-benar mengintimidasi dirinya.Menyihir gadis blasteran itu untuk berhenti, lalu bergerak mundur hingga akhirnya punggungnya yang terbungkus dengan selembar pakaian tidur tipis itu menempel di depan dinding ruang tamu.BUGH!Rasa dingin langsung menjalari telapak tangan Mey Mey begitu Lu Dong berhasil mengunci tubuhnya dengan kedua lengannya yang kekar. Manik mata birunya itu tampak bergerak-gerak.“Ma—mau apa kau … kemari?”Mendengar suara intonasi yang terbata-bata itu lantas membuat Lu Dong terkekeh. Puncak hidung kekasih kecilnya itu masih sama seperti dulu. Seperti sebuah papan luncur yang turun ke bawah, lalu menukik tajam ke atas. Dia tidak menyangkal, bahwa dia sangat menyukai hidung Mey Mey, selain dari apa yang tersembunyi di balik pakaian tidur gadis itu.Sembari memberi sedikit kecupan pada puncak hidung
Malam ini mobil listrik yang dikemudikan Lu Dong langsung meluncur membelah lalu lintas Kota Shanghai. Kendaraan roda empat itu bergerak menuju ke arah utara. Di mana terdapat tiga pulau aluvial dataran rendah yang berpenghuni di muara Sungai Yangtze. Salah satu dari ketiga pulau itu adalah Chongming.Lu Dong meninggalkan mobil listriknya di pelabuhan dan memilih menggunakan feri, agar lebih cepat tiba di tempat tujuan. Dia tidak ingin memberi kesempatan Mey Mey untuk kabur lagi dari hadapannya. Malam ini juga, dia harus menuntaskan masalahnya dengan tikus kecil itu.“Berapa lama kapal ini menuju Chongming?” tanyanya kepada nahkoda.“Jika cuaca bagus, dua puluh menit lagi kita akan tiba di sana. Apa Tuan akan berhenti di Desa Terapung Chu Zhang?”“Tidak. Turunkan aku di Chongming!”“Naiklah!” Nahkoda itu berseru kepada Lu Dong.Layar dibentangkan. Suara mesin menderu-deru di bawah alas kaki, diikuti dengan gumaman para penumpang yang sudah mulai berdesakan memasuki kapal. Jumlah mereka
Kegelapan baru saja muncul menyapa Shanghai. Meskipun Li Na tidak menyukai kedatangan Lu Dong, tetapi berkat Lu Shen Shenlah, pria paruh baya itu akhirnya memiliki tempat tinggal untuk meletakkan kepalanya malam ini.Lu Dong sudah tidak perlu repot-repot lagi memikirkan menu makan malamnya hari ini dan hari-hari selanjutnya. Dia juga tidak perlu risau akan angin malam yang kerap menusuk-nusuk persendiannya yang sudah tidak muda lagi.Tak masalah jika Li Na tidak mengizinkannya untuk tidur dalam kamar. Dia tahu, kalau kemarahan istrinya itu hanya sementara. Esok hari, wanita itu pasti akan kembali merajuk dan malam berikutnya, dia akan kembali menikmati empuknya busa kasur yang ada di apartemen ini, pikirnya. “Ayah, kami hanya punya ini.” Lu Shen Shen berkata sembari memberikan potongan selimut tipis kepada Lu Dong.“Tak masalah.” Lu Dong menarik kedua sudut bibirnya lebar ketika menerima pemberian putri keduanya itu. “Kau memang putri Ayah yang paling berbakti. Ngomong-ngomong … di
Yin tersenyum dingin, karena dia memiliki jawaban atas pertanyaan Arthur. Namun, dia tidak langsung memberitahu pria tua tersebut. Dia justru menanyakan topik utama mengenai kedatangannya kali ini."Lalu bagaimana dengan Denise Allard dan kakak laki-lakinya?"“Aku telah menemukan tempat tinggal Denise. Gadis itu sekarang tinggal di rumah Keluarga Feng.” Arthur menunjuk ke sebuah titik koordinat yang berkedip pada layar laptopnya.Yin menatap titik koordinat yang letaknya agak jauh dari tempat Kediaman Keluarga Lu. “Kau mendatanginya?”“Tentu saja! Aku membantumu sekaligus mengerjakan tugas yang diberikan Lu Dong. Untuk menemuinya, aku menyamar menjadi seorang nenek tua. Salah seorang tetangganya yang sedang kehabisan gula."Yin tergelak. Membayangkan bagaimana wajah maskulin yang keriput itu berubah menjadi seorang nenek tua dengan rambut putihnya yang tergelung ke belakang lengkap dengan selembar daster bermotif bunga yang menutupi tubuh atletis Arthur. "Melihat nenek-nenek jadian y
DEG!Kali ini bukan hanya wajahnya saja yang membeku, melainkan juga detak jantungnya serasa hampir berhenti mendadak tatkala mendengar suara bisikan tersebut. Perlu waktu beberapa detik untuk membuat Ma Yin Fei palsu menyadari bahwa ada seseorang yang mengetahui dosa masa lalunya.“Siapa kau?” teriak Ma Yin Fei palsu sembari mengarahkan pandangannya ke sekitar koridor.Pria yang memiliki tinggi tidak lebih dari 170 sentimeter itu memutar tumitnya beberapa kali, lalu bergerak ke sana kemari. Namun, apa yang dilakukannya itu tak kunjung mendapat jawaban. Koridor panjang itu terlihat kosong, dingin dan lengang. Dari kejauhan dia hanya mampu menangkap pintu ruang kerja Ma Zimo yang masih tertutup.Berarti mantan pustakawan itu masih berada di dalam, lalu siapa yang bicara tadi? Pikiran Ma Yin Fei palsu mulai berkecamuk. Embusan angin yang membelai tengkuk lehernya serta kebisuan yang tejadi di sekitar koridor, membuat sekujur tubuh Ma Yin Fei palsu meremang. Tatapan matanya mendadak beru