Begitu izin untuk bertemu Ma Zimo berhasil didapat, maka pergilah M2 dan juga Yin menuju ruang bawah tanah. Di mana ruang bawah tanah itu bukan berada di dalam bangunan utama, melainkan berada di dalam sebuah bangunan terpisah yang ada di bagian belakang.Jika M2 dan Yin bergerak melalui bagian tengah bangunan utama, maka Ma Zimo dan Asun mengayunkan sepasang kaki mereka melalui sayap kiri, sedangkan Ma Jia Wei yang telah meninggalkan koridor lebih memilih untuk mengambil jalur sayap kanan guna mencapai ruangan tersebut.Di sisi lain, seorang gadis pelayan yang bernama Xie baru saja keluar meninggalkan dapur. Dia menggantikan Shanzi yang seharusnya mendapat tugas untuk mengirim makanan, perlengkapan mandi, serta pakaian ganti untuk seseorang yang ada di ruang bawah tanah.Seorang kepala dapur menghampiri Xie, lalu berkata kepadanya. "Pergilah! Jika terlambat, kau akan kena masalah!" Xie pun mengangguk. Gadis pelayan yang masih berusia kurang dari dua puluh tahun itu bergegas mendoro
Seruan keras yang berasal dari luar itu sontak membuat Shanzi dan Ma Yin Fei palsu terkejut. Mereka tidak menyangka, waktu akan berjalan sangat cepat. Gadis pelayan yang belum menuntaskan pekerjaannya itu segera mendorong kereta kecilnya mendekati pria tersebut.“Mana yang ingin kau lakukan lebih dulu? Sarapan atau membersihkan dirimu?” tanya Shanzi cepat.“Be—berikan per—perlengkapan mandi dan pa—pakaian baru i—itu padaku!” pinta Ma Yin Fei palsu gagap.Setelah mendapatkan perlengkapan mandi dan satu setel pakaian ganti, maka pergilah Ma Yin Fei palsu menuju sebuah ruang kecil yang ada di salah satu sudut kamarnya. Mereka menyebut ruang seluas satu kali dua meter persegi itu adalah kamar mandi.Keran air diputar ke kanan. Sepercik air dingin mengucur dengan deras membasahi tubuh Ma Yin Fei palsu yang polos tanpa busana. Tiga belas hari lamanya dia mendekam di dalam kamar yang lebih mirip seperti ruang penjara. Tanpa sinar matahari dan udara bebas. Membiarkan bulu kumis dan cambangnya
Ketika mata semua orang yang berdiri di depan pintu paviliun dihinggapi dengan pertanyaan masing-masing, namun itu tidak berlaku untuk Yin. Reinkarnasi mantan jenderal besar Dinasti Qing itu justru membalas tatapan Ma Yin Fei palsu tanpa ekspresi dan mengacuhkan pertanyaan Ma Jia Wei yang bertanya, untuk apa dirinya berada di sini?Beberapa hari sebelumnya Yin memang telah diberitahu oleh M2 dan juga Arthur, bahwa ada seorang pemuda gagap yang telah mengambil identitasnya selama ini di tempat kediaman Keluarga Ma.Dan kini, Yin telah bertemu Ma Yin Fei palsu itu, tetapi pemuda itu justru menatap dirinya dengan janggal.Sekelumit pertanyaan lantas terlintas dalam benak Yin. “Mungkinkah pemuda ini mengenal si pemilik tubuh? Sejak Dewa Kematian memberiku kesempatan untuk hidup kembali di dunia moderen, aku belum pernah bertemu dengan laki-laki ini. Siapa dia sebenarnya?"Sebelum Yin mendapatkan jawaban atas pertanyaannya itu, maka berserulah Ma Zimo kepada semua orang yang ada di depan p
“Halo, Jia Wei.”Kehadiran suara lembut yang mendadak terdengar itu sontak membuat Ma Jia Wei, Mok, dan juga Lu Shen Shen serempak menoleh ke belakang.Wajah ketiganya tampak terkejut, terutama Lu Shen Shen tatkala melihat seorang gadis cantik yang telah berdiri tiga langkah jauhnya dari mereka.Putri kedua Lu Dong itu menyangsikan, kalau gadis yang mengenakan dres di atas lutut dengan kedua bagian lengannya yang dibiarkan terlihat itu adalah karyawan Ma Yuan Food. Karena gadis itu dengan berani memanggil nama “Jia Wei” begitu saja.Semakin Lu Shen Shen memperhatikan wajah gadis itu, maka ingatannya semakin tertuju pada sebuah video dan beberapa foto yang dikirim Yin beberapa jam yang lalu.Ya, tidak salah lagi! “Zhi Zhi?” Mata Ma Jia Wei membeliak.“Oh, jadi gadis yang kau kencani waktu itu bernama Zhi Zhi?!” tuding Lu Shen Shen.“Tunggu, Nona. Sepertinya Nona telah salah paham. Aku dan Ma Jia Wei hanya—”“Kami memang memiliki hubungan. Baru saja,” sahut Ma Jia Wei.Dia kemudian men
TOK! TOK! TOK!Terdengar suara pintu yang diketuk dari luar. Membuat Ma Jia Wei yang saat itu sedang duduk menekuri selembar foto usang langsung mendonggakkan kepala.“Masuk!” serunya kemudian.Maka masuklah Mok—asisten pribadi Ma Jia Wei.Dia adalah seorang pria dengan potongan rambutnya yang sedikit panjang hingga hampir menyentuh leher. Balutan kemeja biru gelap serta dasi panjang bercorak garis-garis putih hitam menghiasi tubuhnya yang sedang berjalan menghampiri meja kerja milik tuannya.Melihat kedua tangan Mok yang kosong, lantas membuat Ma Jia Wei bertanya. “Ada apa? Untuk apa kau kemari kalau tidak ada dokumen yang kau bawa?”“Aku kemari bukan untuk meminta tanda tanganmu,” jawab Mok.“Lalu?” Ma Jia Wei menaikkan salah satu alisnya.Mok langsung menarik salah satu kursi yang ada di depan meja, kemudian mendudukkan dirinya di sana.Dia memang sudah terbiasa melakukan hal itu di depan Ma Jia Wei. Karena kedua pria ini dulunya adalah teman masa kuliah. Yang membedakan hanyalah n
[Kak, aku telah meninggalkan Apartemen Mawar dan sekarang tinggal di rumah Keluarga Feng. Lu Dong mulai berbuat ulah. Dia ingin aku mengembalikan semua pemberiannya selama ini. Karena sekarang Group Lushang hampir bangkrut.] Denise Allard menulis sebuah pesan singkat untuk kakak laki-lakinya—Feng Siyu.[Aku sudah pernah mengatakan padamu. Pria tua itu tidak bisa dipercaya! Kau tidak bisa menggantungkan hidupmu padanya.] Feng Siyu membalas. [Kakak ada di mana sekarang? Apa kau bisa keluar menemuiku?][Aku ada di tempat yang baru. Tidak untuk hari ini, mungkin lain waktu aku akan menemuimu di rumah Keluarga Feng. Aku ada berita baru untukmu.][Apa itu?] Denise bertanya.[Di tempatku yang baru ini aku bertemu Yin. Bukankah beritanya, dia dirawat di rumah sakit karena koma?][Aku lupa memberitahumu. Yin sudah bangun dari koma waktu tahun baru kemarin. Dia juga sudah berhenti dari Perpustakaan Shanghai. Untuk apa dia ada di sana? Apa dia akan mengacaukan rencana Kakak?][Aku tidak tahu. K
“Kosong!”Itu adalah kata sandi yang diucapkan C1 kepada Arthur melalui mikrofon kecil yang tersembunyi pada lipatan kerah seragam petugas kebersihan yang dia kenakan. Kosong berarti dia tidak mendapatkan informasi apa pun di dalam kantor berita tersebut.Arthur yang mendengar bisikan C1 di dalam mobil van hitam sewaanya itu terkekeh di depan sebuah mikrofon yang terpasang pada headset-nya.“Hanya kosong setengah. Setelah kau menyelesaikan tugasmu, pulanglah! Aku akan menyelesaikan sisanya.”Maka mengertilah C1, bahwa lelaki tua itu telah menemukan setengah informasi yang mereka butuhkan.Tidak benar-benar kosong sama sekali!Di tengah gerak-geriknya yang menyamar sebagai petugas kebersihan, C1 membiarkan Li Man berlalu dari hadapannya. Toh, sekarang tugasnya telah selesai dan dia telah menerima pembayaran dari Arthur. Li Man memang benar-benar pergi meninggalkan kantor surat kabar tersebut. Wajah pria bertangan kidal itu tampak lesu dan sepasang kakinya mengayun gontai menghampiri m
Pintu ruang rapat dibuka tanpa ketukan. Benar saja. Seperti yang dikatakan oleh Yuwen—Manajer Keuangan Group Lushang kepada Lu Dong beberapa menit yang lalu, bahwa di dalam ruangan itu telah menunggu Lu Wan Wan dan Pengacara Bo.Pengacara Bo yang melihat kedatangan Lu Dong langsung menegakkan tubuhnya di depan kursi.“Ah! Tuan Lu Dong, akhirnya kau datang juga.”“Paman.” Lu Wan Wan yang masih berada di atas kursinya itu juga ikut menyapa.Sapaan serta kehadiran dari dua orang yang tidak ingin ditemuinya itu membuat Lu Dong bergeming. Untuk beberapa saat, dia mulai menyadari kalau sekarang Lu Wan Wan telah menganggap dirinya sebagai adik sepupu dari mendiang ayahnya.Bukan lagi ayah yang telah membesarkannya selama ini.Itu hanya perubahan kecil, bukan?Tak perlu dipermasalahkan!Dia tidak seperti Li Na yang selalu mencemaskan hal-hal yang tidak perlu!Toh, selama delapan belas tahun ini dialah yang telah membesarkan putri kandung Lu Di. Jadi dia hafal betul, tabiat serta perilaku kepo
“Kau tak perlu melakukan hal itu, Ma Zimo!”Kehadiran suara bariton yang mendadak terdengar di dalam ruangan, membuat Ma Zimo dan Asun terkejut. Mereka lantas mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan yang ada di lantai dua.Embusan angin yang hendak menyambut datangnya fajar telah menerbangkan beberapa lembar kain gorden yang menutupi jendela yang terbuka. Tampak sesosok bayangan bersembunyi di balik kain putih yang menjuntai hingga ke lantai. Asun langsung membidikkan senjata apinya pada bayangan tersebut.DOR!DOR!DOR!Seharusnya satu tembakan, namun yang terdengar justru tiga letupan senjata api. Ujung senapan M2 mendadak mengepulkan asap tipis, sedangkan Asun yang sebelumnya berdiri tegak untuk melindungi Ma Zimo mendadak roboh dengan sebuah timah panas yang bersarang di dada kirinya.“Hah?” Mulut Ma Zimo menganga ketika melihat tubuh orang kepercayaannya terkapar tak bernyawa.Yin memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Sambil meniup ujung senjata apinya y
M2 yang malam itu sedang bertugas menjaga pintu gerbang tempat kediaman Keluarga Ma tampak lari tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah. Sebuah kotak kardus yang lebih besar daripada kotak sepatu berada dalam tangannya.Dia berlari mendapatkan Ma Zimo dan Asun yang saat itu sedang berdiri di balkon lantai dua.“Lapor, Tuan. Ada sebuah paket untuk Anda.” M2 berucap sambil menyerahkan kotak kardus tersebut.Ma Zimo tak langsung menerima. Pria paruh baya itu justru mengernyit menatap kotak coklat yang masih tersegel rapi. Memang benar, pada salah satu bagian kotak terselip namanya tanpa nama pengirim.Aneh, pikir Ma Zimo. Lantas dia menyuruh Asun untuk membuka kotak tersebut.“Kurang kerjaan saja! Siapa yang mengirim paket pada dini hari seperti ini?” Asun menggerutu, sementara kedua tangannya telah bersiap hendak menyobek segel kardus dengan menggunakan sebuah anak kunci.“Aku tidak tahu,” jawab M2 yang melihat segel kotak tersebut terlepas.Bau amis yang menusuk langsung menyeruak dan meny
“Beraninya kalian Keluarga Ma mempermainkan Black Dragon!” geram Black Dragon dengan tatapan matanya yang menyalang tajam. Kepalan tangannya hampir saja membuat ponsel yang ada dalam genggaman tangan menjadi remuk redam.“A—apa maksud, Anda?” Ma Jia Wei tampak kebingungan. “Keluarga Ma tidak pernah mempermainkan siapa pun.”Pria berwajah dingin itu lantas memberikan ponselnya kepada Ma Jia Wei melalui salah seorang anak buahnya. Keterkejutan langsung melanda putra Ma Zimo.Dengan tangan dan tulang rahangnya yang gemetar, Ma Jia Wei pun berkata, “Tidak … ini sangat tidak mungkin. Sepupuku itu … dia tidak pernah ditemukan. Anda jangan mempercayai bualan orang yang tak jelas!”“Apa maksudmu?” Suara Black Dragon terdengar jauh lebih berat dari sebelumnya.“Ma Yin Fei telah menghilang selama dua puluh tahun lebih. Tidak ada seorang pun yang tahu, bagaimana rupa dan bentuk tubuhnya. Mungkin saja dia … sudah mati, karena penyakit jantung bawaannya. Atau … atau jika dia masih hidup, dia tidak
Ma Jia Wei yang berdiri lima langkah dari tempat Black Dragon itu menjadi terkejut, karena belum pernah dia mendapatkan perlakuan seperti ini dari seseorang.Kebanyakan justru orang-orang itulah yang memberi hormat kepadanya lebih dulu, bukan sebaliknya. Sayangnya, dia baru menyadari, kalau Shanghai Night Paradise bukanlah daerah kekuasaan Group Ma. Maka dengan sedikit membungkukkan badan, Ma Jia Wei akhirnya berkata, “Karena aku tidak mengerti kebiasaan kalian, jadi maafkan aku. Salam, Black Dragon.”Black Dragon hanya menyunggingkan senyum. Gestur tubuh yang diperlihatkan Ma Jia Wei itu tidak luput dari pengamatannya. Sungguh pria muda yang berdiri di hadapannya sambil mengenakan tuksedo hitam itu tidak memiliki adab dan sopan santun sedikit pun.Kehormatan serta nilai yang pernah Black Dragon berikan pada Ma Zimo, mendadak dipangkasnya menjadi setengah. Dengan tetap menampilkan wajah dan sorot mata yang dingin, dia mengayunkan dagunya ke arah Ma Jia Wei.“Apa yang membawamu kemar
Asun tahu, kalau seorang diri tidak akan mampu untuk menemui apalagi melawan kelompok mafia bawah tanah seperti Black Dragon. Pria paruh baya itu harus mengandalkan kemampuan tuan besarnya yang masih merupakan pemimpin keluarga kaya nomor satu se-Shanghai.“Bagaimana, apa kalian berhasil?” tanya Ma Zimo dari balik ponsel.Dengan sangat hati-hati Asun mulai berbicara. “Tuan, kita sedang menghadapi masalah.”Ma Zimo yang mendengar hal itu, lantas bangkit berdiri. Kelopak matanya yang kecil membeliak. “Masalah apa?”“Tuan, anak buah Black Dragon berhasil membawa pergi penipu itu,” jawab Asun.“Black … Dragon?” “Anda tidak salah dengar, Tuan.”Tidak ada kata umpatan yang keluar dari bibir Ma Zimo, karena sebenarnya pria paruh baya itu juga enggan berurusan dengan Black Dragon.Sebisa mungkin, Ma Zimo hanya akan menggunakan kekuatan anak buahnya sendiri untuk menekan saingan bisnis serta memperluas kerajaannya. Bukan karena dia takut, tetapi pria berperut buncit itu tidak sudi berbagi k
Malam masih belum berakhir. Setelah aksi bungkam yang dilakukan Feng Siyu di kantor polisi pusat, maka Kapten Chang dan beberapa anggota kepolisian akhirnya memindahkan pemuda itu ke kantor kejaksaan untuk menjalani interogasi tingkat lanjut.Pihak kejaksaan memutuskan untuk mengambil alih semua kasus yang melibatkan Feng Siyu, karena saking banyaknya perkara pidana dan perdata yang dituduhkan padanya. Pria yang memiliki bekas jerawat di wajah itu bukan hanya terlibat dalam kasus penggelapan dana, pencurian identitas, namun juga ada sangkut pautnya dengan kematian Ma Shin Fei serta percobaan pembunuhan yang dia lakukan terhadap Yin. Namun, rencana Kapten Chang tidak semulus yang dikira.Iring-iringan kendaraan polisi yang baru saja menempuh setengah perjalanan itu terpaksa berhenti, karena kehadiran dua mobil van putih yang tiba-tiba menghadang dan menghalangi. Ciiiitttt …!Suara rem yang diinjak secara mendadak hingga sampai mengeluarkan percikan api di jalan raya beraspal, membu
Malam itu menjadi malam yang sangat panjang bagi Shun Yuan alias Yin. Setelah membuka rahasia terbesar dalam dirinya, dia justru mendapat kejutan. Arthur Chen langsung mengembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Lelaki tua itu seakan ingin secepatnya pergi meninggalkan dunia menyusul si pemilik tubuh.“Beristirahatlah dengan tenang,” ujar Shun Yuan setelah menyimpan abu jenazah Arthur di rumah duka. “Aku ikut berduka cita,” hibur Lu Wan Wan yang ikut mendampingi Shun Yuan.Selepas memberi penghormatan terakhir, keduanya pun kembali ke gedung apartemen tak bernama itu. Dengan disaksikan dan dibantu oleh Lu Wan Wan, Shun Yuan membuka semua file-file peninggalan Arthur Chen.Hal pertama yang mereka cari adalah rekaman video kejadian kecelakaan yang terjadi di atas Jembatan Sungai Yang Tze beberapa bulan yang lalu. Mereka ingin mengetahui kebenarannya. Siapa yang sebenarnya terlibat dan siapa yang seharusnya dihukum.Mulut keduanya langsung menganga, begitu menyaksikan kalau
Teriakan Arthur yang menyangkal perkataan Feng Siyu itu membuat Yin menelengkan kepala. Dia menatap lelaki tua itu dengan sorot mata yang lebih dingin dari biasanya.“Yin … ini … bukan seperti yang kau kira,” ucap Arthur terbata-bata.“Jawab pertanyaanku! Apa benar kau juga berada di sana?” Yin meninggikan nada suaranya.Langkah tegap Yin yang mendominasi serta kedua tulang rahangnya yang mengeras, telah membuat tubuh Arthur seakan mengerut. Tanpa sadar punggung lelaki tua itu langsung membentur tepi meja. Namun, benturan itu tidak sebanding dengan suaranya yang tercekat di tenggorokan.Melihat kegugupan serta kegelisahan yang terpancara dari wajah Arhur, makin membuat Yin naik pitam. Mantan jenderal besar Dinasti Qing itu langsung menghardik lawan bicaranya. Serapat-rapatnya menyimpan bangkai, pada akhirnya pasti tercium juga. Dengan kepala yang tertunduk, akhirnya keluarlah pengakuan dari Arthur. “A—aku memang ada di sana.”Satu kalimat pengakuan itu lantas membuat Yin mengepalkan
Tuduhan yang dilontarkan Yin itu membuat manik mata Feng Siyu bergerak-gerak. Rupanya pria yang memiliki banyak bekas jerawat di wajah itu masih mengingat kejadian musim gugur tahun lalu. Di atas motor balap yang dikendarainya, dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana mobil listrik itu menabrak pagar jembatan lalu terjun bebas ke dalam sungai. Kebungkaman itu lantas membuat Yin menghampiri. Dengan sorot mata menyalang tajam serta kedua rahang yang mengeras, dia mencengkeram jaket hitam yang dikenakan Feng Siyu. Membuat pria itu bangkit sedikit menjauhi kursinya.“Jawab pertanyaanku! Apa kau yang melakukannya?!” Yin melotot dengan penekanan suara.Namun, itu tak membuat nyali Feng Siyu ciut. Pria itu justru memalingkan wajahnya ke arah lain. Sambil mencebikkan bibirnya, dia pun berkata, “Kau saja tidak tahu, lalu untuk apa aku menjawab.”“Kau!?” Yin langsung menunjukkan kepalan tangannya.“Tak perlu marah. Aku akan memberitahumu, tapi dengan satu syarat.”“Kau tak perlu