Sebuah pintu lift yang ada di lantai lima di dalam gedung apartemen tak bernama itu pun terbuka. Tampak seorang pria muda keluar dari sana. Dia mengenakan setelan kemeja putih polos dan celana panjang denim.Dialah Yin.Langkah-langkah kecil yang dibuat Yin, membawa tubuhnya yang jangkung itu menuju ke tengah ruangan. Di mana Arthur Chen dan tiga orang pria yang lain sedang duduk melingkari sebuah meja kaca.Kedua alis Yin saling bertaut ketika melihat kehadiran orang-orang itu. Mereka bukanlah orang asing, melainkan tiga dari dua puluh orang yang pernah membantunya untuk menyelesaikan patung sarjana yang ada di halaman Perpustakaan Shanghai.“Ternyata kalian.” Yin berkata sembari menarik kedua sudut bibirnya lebar. “Kalau aku tidak salah ingat, kalian bernama M2, A2, dan D2.”“Ingatan Tuan Muda memang tidak salah,” ujar M2—seorang pria paruh baya berusia enam puluh tahun lebih. Dia kemudian bangkit berdiri, lalu diikuti oleh yang lain. “Salam, Tuan Muda Kedua.”Yin mengangguk untuk me
Mendekati pukul enam sore, Lu Wan Wan tampak sedang mengemasi barang-barangnya yang ada di atas meja kerja. Beberapa buku catatan, kumpulan resep masakan, kalender duduk tahun 2024, sebuah jam beker warna kuning, dan kumpulan obat luka pemberian Yin tempo hari.Semua barang itu dimasukkan Lu Wan Wan ke dalam sebuah kardus berwarna coklat. Dia tampak tertegun menatap permukaan meja kerjanya yang telah bersih. “Wan Wan, apa benar kau akan pergi dari sini?” tanya Hong Hong dengan sudut bibirnya yang cemberut.Lu Wan Wan mengangguk. Sambil menarik kedua sudutnya lebar, dia menjelaskan kepada rekan kerjanya yang memiliki wajah bulat bak sebuah telur dan berambut ikal itu. “Suatu hari nanti, kita semua juga pasti akan pergi dari sini. Hari ini giliranku, mungkin giliranmu bulan atau tahun depan.”“Aku sepertinya akan menjadi karyawan Ma Yuan seumur hidupku,” gumam Hong Hong.Lu Wan Wan kemudian memberikan selembar kertas berwarna biru kepada Hong Hong. “Selamat ulang tahun! Maaf, aku hany
Perkataan Lu Wan Wan serta bagaimana cara anak itu menatap dirinya, membuat Li Na, Lu Fen Fen, dan Lu Shen Shen tercengang.Malam ini di pertengahan anak tangga rumah Keluarga Lu, anak perempuan yang hampir dua puluh tahun mereka besarkan dengan pukulan dan makian, telah berani mengungkap apa yang selama ini disembunyikan olehnya dan Lu Dong.“Wan Wan, apa maksudmu berkata seperti itu? Sungguh keterlaluan kalau kau sampai menyebut ibu bukanlah ibu yang melahirkanmu! Dasar anak durhaka!” tuduh Lu Fen Fen yang kemudian melayangkan telapak tangannya ke wajah Lu Wan Wan. Kebenaran yang telah diperolehnya dari Pengacara Bao dan juga Yin, telah menimbulkan keberanian di dalam diri Lu Wan Wan. Hanya sekejap mata, tangan kanannya yang tidak sedang membawa kardus coklat itu berhasil menangkap serta menahan tangan Lu Fen Fen.Sontak saja ketiga wanita yang berdiri di hadapan Lu Wan Wan itu terkejut setengah mati. Dari mana datangnya keberanian yang dimiliki oleh anak ini? “Yang durhaka itu
Begitu satu perintah itu telah keluar dari mulut Li Na, maka Li Man dan Akai tak segan-segan lagi untuk membawa pergi Lu Wan Wan dari hadapan mereka. Kedua orang pria itu mencekal tangan Lu Wan Wan dengan kencang. Menyeret tubuhnya yang ramping untuk segera meninggalkan tempat kediaman Keluarga Lu.Namun, Lu Wan Wan tidak ingin menyerah begitu saja. Dengan menggunakan sepasang kakinya yang masih bebas, dia berusaha memberontak dan melepaskan diri. “Lepas! Lepaskan aku! Aku tidak mau pergi dari sini!”“Jangan berisik!” hardik Li Man keras. “Semua ini salahmu sendiri! Seandainya saja kau menjadi anak yang penurut, nasibmu juga tidak akan seperti ini!”“Aku tidak berasalah! Kalianlah yang bersalah! Kalian tidak bisa mengeluarkanku dari sini! Rumah ini milik mendiang Kakek Lu Dong! Rumah ayah dan ibuku! Kalianlah yang seharusnya pergi dari sini!” teriak Lu Wan Wan sambil meronta-ronta.PLAK!Sebuah tamparan yang cukup keras itu bukan hanya menghentikan jeritan Lu Wan Wan, tetapi juga pembe
“A—apa yang a—akan kau lakukan?” Suara Lu Wan Wan bergetar.“Kau ingin tahu apa yang bisa kulakukan padamu?”’ Sembari mengayunkan langkahnya mendekati Lu Wan Wan, Li Na menatap sinis keponakannya itu. “Kau datang padaku dengan tidak membawa apa-apa dan sekarang, aku yang akan membuatmu KELUAR tanpa memakai apa-apa. Li Man! Akai! Sobek pakaian Wan Wan sekarang!" Seruan itu bukan hanya membuat wajah Lu Wan Wan memucat, tetapi juga membuat semua orang yang ada di halaman terperangah. Belum pernah mereka mendengar hukuman seperti itu dilakukan dalam rumah besar tersebut.Lu Wan Wan langsung memundurkan langkahnya untuk menjauhi Li Man dan Akai. Namun sayang, cekalan kedua pria itu membuatnya tak mampu bergerak lebih dari selangkah.“Wan Wan, jangan pergi. Kami hanya diperintah untuk melepas pakaianmu, bukan menyentuhmu," ucap Akai menyeringai. “Dia sudah terbiasa disentuh! Bukan oleh suaminya saja, tapi mungkin juga telah menyerahkan dirinya kepada Tuan Yumin!” cemooh Lu Shen Shen dari a
Mantan jenderal besar Dinasti Qing itu sungguh tidak percaya, kalau wanita paruh baya yang seharusnya menjadi bibi mertua dari si pemilik tubuh justru ingin menukar kebebasan Lu Wan Wan dengan ancaman dan permintaannya yang keji.Di sisi lain, apa yang diminta Li Na malah membuat Lu Fen Fen, Lu Shen Shen dan juga Lu Dong tersenyum lebar. Pria paruh baya itu tidak menyangka, kalau malam ini istrinya itu benar-benar cerdik. Jika Yin menyanggupi, maka Group Lushang masih tetap menjadi miliknya dan dia tidak perlu lagi melihat keponakan serta menantunya itu di dalam rumah ini.“Aku memberimu waktu sepuluh detik untuk berpikir, jika kau menolak … katakan saja selamat tinggal kepada Wan Wan,” ancam Li Na, yang mulai menghitung mundur. “Yin ….” Lu Wan Wan merengek sembari menggelengkan kepala. Raut wajah Yin tampak menegang. Dia tidak bisa membiarkan Lu Wan Wan terluka, apalagi sampai terbunuh. Namun, melepas rumah besar ini serta Group Lushang yang telah diperoleh Lu Wan Wan juga tidak mu
Seperti yang dikatakan Yin. Memang benar selepas perseteruan yang panjang, tidak ada satu pun anggota Keluarga Lu Dong serta anak buahnya yang menghalangi langkah Yin memasuki rumah besar tersebut. Bahkan saat Lu Wan Wan mengambil kembali sepasang sepatu barunya yang dilempar Lu Fen Fen ke dalam kolam ikan, putri tertua Lu Dong itu tak menggubrisnya. Di pertengahan anak tangga yang ada di antara lantai satu dan dua, Yin berdiri menunggu kedatangan Lu Wan Wan. Istri sang pemilik tubuh itu tadi berkata, kalau dia ingin mengambil barang-barangnya yang tertinggal di halaman.Kening Yin langsung mengerut dalam, begitu melihat kedatangan Lu Wan Wan. Wanita muda itu memang membawa barang-barangnya, berupa sekotak kardus bekas di tangan kiri dan sepasang sepatu di tangan kanan. “Apa itu sepatumu? Seperti sepatu pria,” katanya kemudian.“Ini memang sepatu pria. Aku baru membelinya tadi di online shop.” Lu Wan Wan menjawab.Sambil mengatupkan kedua bibirnya, Yin mengangguk. Dia tidak ingin be
Keesokan harinya di tempat kediaman Keluarga Lu.Perkataan Lu Dong semalam telah membuat kehidupan anggota Keluarga Lu berubah seratus delapan puluh derajat. Untuk pertama kalinya selama delapan belas tahun ini, Li Na membangunkan kedua putri kandungnya sepagi mungkin, lalu menyuruh mereka untuk membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan sendiri.Wanita paruh baya itu tidak memanggil Lu Wan Wan dan Yin untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dia justru membiarkan menantu dan keponakannya itu tidur terlelap hingga senja mulai merangkak naik.“Ibu, sampai kapan kita akan seperti ini?” omel Lu Shen Shen sembari menarik salah satu kursi makan dengan kasar. “Ibu membangunkanku terlalu pagi. Bisa-bisa sebelum sore, aku sudah mengantuk di kantor.”“Sabarlah sedikit. Nanti Ibu akan membujuk ayahmu, agar keadaan ini segera berubah,” kata Li Na sembari mendudukkan dirinya di samping putri keduanya. Lu Fen Fen yang baru saja selesai memanggang roti menghampiri mereka. “Ibu, bagaimana kalau kita mem