Seperti halnya sinar mentari yang belum berakhir bersinar di musim semi, begitu juga dengan huru hara yang baru saja dibuat oleh Yin untuk memporak-porandakan kehidupan Keluarga Lu Dong.Dia yang saat itu masih belum benar-benar pergi meninggalkan rumah dan yang sedang berdiri di bawah pohon besar di luar bersama Lu Wan Wan tampak tersenyum lebar, tatkala melihat Lu Shen Shen keluar dengan raut wajah yang gelisah dan terburu-buru.Lu Wan Wan yang tidak mengerti jelas tentang keonaran yang baru saja dibuat oleh suaminya lantas bertanya, “Yin, sebenarnya pesan apa yang kau kirimkan kepada Kak Shen Shen hingga dia semarah itu?”“Hanya sebuah video dan beberapa foto,” jelas Yin.“Video dan foto? Punya Ma Jia Wei?” Lu Wan Wan menautkan kedua alisnya. “Dari mana kau mendapatkannya?”“Aku bukan mencuri atau sedang memfitnah mantan atasanmu itu,” pungkas Yin. Mendengar kata “mencuri” yang keluar dari mulut Yin, membuat Lu Wan Wan menarik kedua sudut bibirnya rapat. Entah apa maksud suaminya
Selepas menghubungi Pengacara Bo dan mengantar Lu Wan Wan pergi ke Group Lushang, Yin memarkirkan mobil listriknya agak jauh dari lingkungan tempat tinggal Keluarga Ma. Sepasang kakinya yang telah terbungkus dengan sepatu baru pemberian istri sang pemilik tubuh itu mengayun santai menyusuri jalan raya berpaving. Jalanan khas tatanan kediaman keluarga-keluarga kaya yang berpengaruh di Shanghai. Dia lantas teringat akan pertemuan rahasianya dengan Arthur dan tiga orang yang berada di lingkungan Keluarga Ma dan Group Ma beberapa hari yang lalu. “Tuan Muda, dahulu rumah itu adalah rumah mendiang ayah dan ibumu. Tapi sekarang, rumah tersebut telah ditempati oleh Ma Zimo dan keluarganya. Hari di mana ketika Tuan Muda akan datang, aku akan mempersiapkan segala sesuatunya. Aku akan membantu dengan mengirim lokasi serta menyambut kedatanganmu,” ucap M2 kala itu. Hari yang telah mereka nantikan pun tiba. Yin yang telah mendapatkan lokasi tempat tinggal Ma Zimo, kini berdiri di depan sebuah
M2 mengangguk. “Jika Arthur tidak memberitahuku lebih dulu, mungkin aku telah menganggap pemuda itu adalah dirimu. Tuan Muda Kedua yang telah lama hilang.” “Tapi kenapa Ma Zimo berniat membebaskannya dan tidak membunuhnya? Padahal jelas-jelas pemuda itu adalah seorang penipu!” “Kalau soal itu aku tidak tahu. Kata Asun, semua kartu identitas milik pemuda itu bernama Ma Yin Fei. Jadi Ma Zimo langsung mengangap pemuda itu adalah dirimu—anak saudaranya yang hilang. Mungkin saja dia berniat memelihara kemenakannya itu dengan memberikan sebuah pekerjaan padanya,” papar M2. “Tapi aku dan Arthur tak percaya, kalau masalah ini terkait dengan penyesalan Ma Zimo di masa lalu,” lanjut M2. “Pria seperti Ma Zimo itu tidak akan pernah menyesali perbuatannya!” “Taktik Ma Zimo boleh juga,” ujar Yin dengan bibirnya yang menyeringai. "Memelihara anak musuh dalam istananya. Seperti seorang pangeran yang menjadi sandera perang di negeri asing.. Dengan begitu, Ma Zimo akan mampu mengawasi gerak-gerik
Ma Jia Wei mengayunkan langkahnya dengan tergesa-gesa. Sepasang sepatu pantofelnya yang berwarna coklat gelap itu berjalan menyusuri setiap lantai, ruangan, dan koridor yang ada di dalam rumahnya yang besar bak bangunan istana Dinasti Qing. Pria muda itu berpikir, mencari seorang Ma Yin Fei itu mudah! Namun, ternyata dia salah! Mencari seseorang di rumahnya itu seperti mencari sebuah jarum di tengah tumpukan jerami. Tidak seorang pun dari penghuni rumah besar itu yang sudi membuka mulutnya untuk Ma Jia Wei. Bukan karena dia tidak memiliki kekuasaan di rumah itu, melainkan semua ini karena ancaman dari Ma Zimo. Tuan Besar Keluarga Ma itu telah melarang seluruh anak buah dan pekerjanya untuk membocorkan informasi kepada Ma Jia Wei. Kalau beberapa hari yang lalu, mereka telah menangkap dan mengurung seorang pemuda di ruangan bawah tanah. "Apa kau sedang bercanda denganku?!" Ma Jia Wei menghardik Mok melalui panggilan ponselnya. "Bercanda apa, Tuan Muda?" tanya Mok yang
“Jika kau sampai mendapatkan masalah, aku yang akan melindungimu. Katakan padaku, sejak kapan dia berada di dalam rumah ini!” Ma Jia Wei yang telah berjanji itu menatap sepasang netra hitam milik Shanzi dengan kilatan yang tajam.Sama seperti bibir Shanzi yang gemetar setelah mendengar perkataan Ma Jia Wei yang penuh penekanan, begitu juga dengan kedua bola mata gadis pelayan itu yang bergerak-gerak memperhatikan ekspresi wajah tuan mudanya yang sangat dingin. “A—apa benar seperti yang Tuan Muda katakan? Tu—tuan Muda akan melindungiku, jika Tu—tuan Besar meng—menghukumku nanti? Tuan Muda tidak akan ingkar'kan?" “Aku berjanji padamu,” balas Ma Jia Wei.Tampak sebuah kelegaan terpancar dari wajah Shanzi yang berbentuk persegi. Setidaknya sekarang di dalam rumah besar ini, dia memiliki seorang pelindung yang merupakan satu-satunya pewaris Keluarga Ma.Maka gadis pelayan berusia dua puluh lima tahun itu akhirnya bersedia untuk berbagi informasi dengan Ma Jia Wei.“Pemuda itu sudah ting
Masih di pagi yang sama di tempat kediaman Keluarga Ma. Seorang pria paruh baya yang lebih suka mengenakan pakaian bergaya tradisional khas negaranya, daripada mengenakan pakaian moderen itu tampak sedang bercengkerama dengan seekor burung beo. Hewan unggas berbulu hitam itu tampak sedang menirukan kosa kata baru yang diajarkan oleh tuannya hari ini. Setiap kali binatang itu berhasil menirukan suara yang diajarkan, maka tuannya akan memberikan makanan yang lezat sebagai hadiah.Begitu makhluk bersayap itu selesai menikmati sarapan, maka indera penglihatnya itu menangkap kehadiran seorang manusia lain yang sangat dikenalnya, bukan manusia baik hati yang selalu memberinya makanan setiap hari. Justru manusia yang sedang berjalan menghampirinya itu tidak pernah memberinya makanan. Paruh burung beo yang berwarna oranye itu mendadak berucap, “Asun datang! Asun datang! Selamat pagi, Asun.”Suara sapaan burung beo yang terdengar serak itu lantas membuat Ma Zimo menghentikan aktivitasnya. S
Begitu izin untuk bertemu Ma Zimo berhasil didapat, maka pergilah M2 dan juga Yin menuju ruang bawah tanah. Di mana ruang bawah tanah itu bukan berada di dalam bangunan utama, melainkan berada di dalam sebuah bangunan terpisah yang ada di bagian belakang.Jika M2 dan Yin bergerak melalui bagian tengah bangunan utama, maka Ma Zimo dan Asun mengayunkan sepasang kaki mereka melalui sayap kiri, sedangkan Ma Jia Wei yang telah meninggalkan koridor lebih memilih untuk mengambil jalur sayap kanan guna mencapai ruangan tersebut.Di sisi lain, seorang gadis pelayan yang bernama Xie baru saja keluar meninggalkan dapur. Dia menggantikan Shanzi yang seharusnya mendapat tugas untuk mengirim makanan, perlengkapan mandi, serta pakaian ganti untuk seseorang yang ada di ruang bawah tanah.Seorang kepala dapur menghampiri Xie, lalu berkata kepadanya. "Pergilah! Jika terlambat, kau akan kena masalah!" Xie pun mengangguk. Gadis pelayan yang masih berusia kurang dari dua puluh tahun itu bergegas mendoro
Seruan keras yang berasal dari luar itu sontak membuat Shanzi dan Ma Yin Fei palsu terkejut. Mereka tidak menyangka, waktu akan berjalan sangat cepat. Gadis pelayan yang belum menuntaskan pekerjaannya itu segera mendorong kereta kecilnya mendekati pria tersebut.“Mana yang ingin kau lakukan lebih dulu? Sarapan atau membersihkan dirimu?” tanya Shanzi cepat.“Be—berikan per—perlengkapan mandi dan pa—pakaian baru i—itu padaku!” pinta Ma Yin Fei palsu gagap.Setelah mendapatkan perlengkapan mandi dan satu setel pakaian ganti, maka pergilah Ma Yin Fei palsu menuju sebuah ruang kecil yang ada di salah satu sudut kamarnya. Mereka menyebut ruang seluas satu kali dua meter persegi itu adalah kamar mandi.Keran air diputar ke kanan. Sepercik air dingin mengucur dengan deras membasahi tubuh Ma Yin Fei palsu yang polos tanpa busana. Tiga belas hari lamanya dia mendekam di dalam kamar yang lebih mirip seperti ruang penjara. Tanpa sinar matahari dan udara bebas. Membiarkan bulu kumis dan cambangnya
Ma Jia Wei yang berdiri lima langkah dari tempat Black Dragon itu menjadi terkejut, karena belum pernah dia mendapatkan perlakuan seperti ini dari seseorang.Kebanyakan justru orang-orang itulah yang memberi hormat kepadanya lebih dulu, bukan sebaliknya. Sayangnya, dia baru menyadari, kalau Shanghai Night Paradise bukanlah daerah kekuasaan Group Ma. Maka dengan sedikit membungkukkan badan, Ma Jia Wei akhirnya berkata, “Karena aku tidak mengerti kebiasaan kalian, jadi maafkan aku. Salam, Black Dragon.”Black Dragon hanya menyunggingkan senyum. Gestur tubuh yang diperlihatkan Ma Jia Wei itu tidak luput dari pengamatannya. Sungguh pria muda yang berdiri di hadapannya sambil mengenakan tuksedo hitam itu tidak memiliki adab dan sopan santun sedikit pun.Kehormatan serta nilai yang pernah Black Dragon berikan pada Ma Zimo, mendadak dipangkasnya menjadi setengah. Dengan tetap menampilkan wajah dan sorot mata yang dingin, dia mengayunkan dagunya ke arah Ma Jia Wei.“Apa yang membawamu kemar
Asun tahu, kalau seorang diri tidak akan mampu untuk menemui apalagi melawan kelompok mafia bawah tanah seperti Black Dragon. Pria paruh baya itu harus mengandalkan kemampuan tuan besarnya yang masih merupakan pemimpin keluarga kaya nomor satu se-Shanghai.“Bagaimana, apa kalian berhasil?” tanya Ma Zimo dari balik ponsel.Dengan sangat hati-hati Asun mulai berbicara. “Tuan, kita sedang menghadapi masalah.”Ma Zimo yang mendengar hal itu, lantas bangkit berdiri. Kelopak matanya yang kecil membeliak. “Masalah apa?”“Tuan, anak buah Black Dragon berhasil membawa pergi penipu itu,” jawab Asun.“Black … Dragon?” “Anda tidak salah dengar, Tuan.”Tidak ada kata umpatan yang keluar dari bibir Ma Zimo, karena sebenarnya pria paruh baya itu juga enggan berurusan dengan Black Dragon.Sebisa mungkin, Ma Zimo hanya akan menggunakan kekuatan anak buahnya sendiri untuk menekan saingan bisnis serta memperluas kerajaannya. Bukan karena dia takut, tetapi pria berperut buncit itu tidak sudi berbagi k
Malam masih belum berakhir. Setelah aksi bungkam yang dilakukan Feng Siyu di kantor polisi pusat, maka Kapten Chang dan beberapa anggota kepolisian akhirnya memindahkan pemuda itu ke kantor kejaksaan untuk menjalani interogasi tingkat lanjut.Pihak kejaksaan memutuskan untuk mengambil alih semua kasus yang melibatkan Feng Siyu, karena saking banyaknya perkara pidana dan perdata yang dituduhkan padanya. Pria yang memiliki bekas jerawat di wajah itu bukan hanya terlibat dalam kasus penggelapan dana, pencurian identitas, namun juga ada sangkut pautnya dengan kematian Ma Shin Fei serta percobaan pembunuhan yang dia lakukan terhadap Yin. Namun, rencana Kapten Chang tidak semulus yang dikira.Iring-iringan kendaraan polisi yang baru saja menempuh setengah perjalanan itu terpaksa berhenti, karena kehadiran dua mobil van putih yang tiba-tiba menghadang dan menghalangi. Ciiiitttt …!Suara rem yang diinjak secara mendadak hingga sampai mengeluarkan percikan api di jalan raya beraspal, membu
Malam itu menjadi malam yang sangat panjang bagi Shun Yuan alias Yin. Setelah membuka rahasia terbesar dalam dirinya, dia justru mendapat kejutan. Arthur Chen langsung mengembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Lelaki tua itu seakan ingin secepatnya pergi meninggalkan dunia menyusul si pemilik tubuh.“Beristirahatlah dengan tenang,” ujar Shun Yuan setelah menyimpan abu jenazah Arthur di rumah duka. “Aku ikut berduka cita,” hibur Lu Wan Wan yang ikut mendampingi Shun Yuan.Selepas memberi penghormatan terakhir, keduanya pun kembali ke gedung apartemen tak bernama itu. Dengan disaksikan dan dibantu oleh Lu Wan Wan, Shun Yuan membuka semua file-file peninggalan Arthur Chen.Hal pertama yang mereka cari adalah rekaman video kejadian kecelakaan yang terjadi di atas Jembatan Sungai Yang Tze beberapa bulan yang lalu. Mereka ingin mengetahui kebenarannya. Siapa yang sebenarnya terlibat dan siapa yang seharusnya dihukum.Mulut keduanya langsung menganga, begitu menyaksikan kalau
Teriakan Arthur yang menyangkal perkataan Feng Siyu itu membuat Yin menelengkan kepala. Dia menatap lelaki tua itu dengan sorot mata yang lebih dingin dari biasanya.“Yin … ini … bukan seperti yang kau kira,” ucap Arthur terbata-bata.“Jawab pertanyaanku! Apa benar kau juga berada di sana?” Yin meninggikan nada suaranya.Langkah tegap Yin yang mendominasi serta kedua tulang rahangnya yang mengeras, telah membuat tubuh Arthur seakan mengerut. Tanpa sadar punggung lelaki tua itu langsung membentur tepi meja. Namun, benturan itu tidak sebanding dengan suaranya yang tercekat di tenggorokan.Melihat kegugupan serta kegelisahan yang terpancara dari wajah Arhur, makin membuat Yin naik pitam. Mantan jenderal besar Dinasti Qing itu langsung menghardik lawan bicaranya. Serapat-rapatnya menyimpan bangkai, pada akhirnya pasti tercium juga. Dengan kepala yang tertunduk, akhirnya keluarlah pengakuan dari Arthur. “A—aku memang ada di sana.”Satu kalimat pengakuan itu lantas membuat Yin mengepalkan
Tuduhan yang dilontarkan Yin itu membuat manik mata Feng Siyu bergerak-gerak. Rupanya pria yang memiliki banyak bekas jerawat di wajah itu masih mengingat kejadian musim gugur tahun lalu. Di atas motor balap yang dikendarainya, dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana mobil listrik itu menabrak pagar jembatan lalu terjun bebas ke dalam sungai. Kebungkaman itu lantas membuat Yin menghampiri. Dengan sorot mata menyalang tajam serta kedua rahang yang mengeras, dia mencengkeram jaket hitam yang dikenakan Feng Siyu. Membuat pria itu bangkit sedikit menjauhi kursinya.“Jawab pertanyaanku! Apa kau yang melakukannya?!” Yin melotot dengan penekanan suara.Namun, itu tak membuat nyali Feng Siyu ciut. Pria itu justru memalingkan wajahnya ke arah lain. Sambil mencebikkan bibirnya, dia pun berkata, “Kau saja tidak tahu, lalu untuk apa aku menjawab.”“Kau!?” Yin langsung menunjukkan kepalan tangannya.“Tak perlu marah. Aku akan memberitahumu, tapi dengan satu syarat.”“Kau tak perlu
“Tapi kenapa aku harus—”“Karena dialah yang menyebabkan kakakmu mengakhiri hidupnya!” potong Arthur cepat.Begitu penjelasan itu telah diterima oleh Yin, detik itu juga mengayunlah sepasang kakinya yang terbungkus dengan pantofel untuk mengejar pria tersebut. Dia sempat melihat kalau pria itu telah berbelok dan meninggalkan kafe.Meskipun beberapa kelebihan yang dimilikinya telah diambil, namun Yin masih memiliki kemampuan seorang Jenderal Besar Shun Yuan, yaitu ilmu bela diri dan kemampuan untuk memetakan lingkungan sekitar.Pengejaran itu tak berlangsung lama. Dengan mengandalkan tendangannya yang mengayun di atas angin, maka salah satu kaki Yin itu mampu membuat pria tersebut jatuh tersungkur sebelum mencapai bahu jalan.BUGH! BRUAK!Yin langsung menarik bagian belakang jaket kulit yang dikenakan pria tersebut. Membuat tubuh pemiliknya terangkat hingga berdiri tegak. Kali ini sebuah benturan kembali terjadi.BRUAK!Yin membenturkan tubuh pria itu ke permukaan dinding batako yang m
Jarum jam belum berada tepat di angka tujuh. Nasi tim ayam yang baru saja di pesan juga belum sempat di santap. Namun, sebuah postingan yang mendadak dia temukan di sebuah laman internet membuat selera makan Arthur Chen lenyap seketika.“Akun ini …,” gumamnya dengan kelopak mata melebar menatap layar laptop. Dia nyaris tak percaya.Setelah sekian lama mencari akun yang tiba-tiba menghilang setelah menjungkir balikkan nama baik Ma Shin Fei di seluruh jagat dunia maya, kini tiada hujan maupun badai, atau bencana dahsyat lainnya, akun yang bernama Prosecutor itu mendadak muncul kembali ke permukaan. Siapa yang menduga di saat dirinya juga sedang mencari kepingan-kepingan informasi tentang kejahatan Ma Zimo dan Feng Siyu, akun berhantu itu tiba-tiba muncul.Mungkinkah ini adalah bantuan dari alam semesta?Lelaki tua itu tak mampu menjawab. Apa mungkin ada yang kebetulan di dunia kejahatan?Postingan yang ditulis oleh Prosecutor rupanya menggelitik hati Arthur. Bukan hanya satu, tetapi
Dari semua rencana yang ada di dalam kepala Feng Siyu untuk mencelakai Yin, nyatanya pria muda itu justru lebih tertarik untuk menyelesaikan dendam pribadinya terhadap Lu Dong.Malam hari selepas mengantar kepulangan Ma Zimo ke tempat kediaman Keluarga Ma, Feng Siyu diam-diam menyelinap keluar. Beberapa kali dia berusaha untuk menghindari dan mengecoh para penjaga rumah. Hingga akhirnya di halaman belakang yang sepi, pria itu pun berhasil melompati pagar tinggi, lalu mendarat di sebuah trotoar.“Stasiun 4!” pinta Feng Siyu kepada pengemudi taksi yang baru saja dihentikan olehnya.“Baik, Tuan.”Beberapa kali Feng Siyu sempat menoleh ke belakang untuk melihat, apakah ada anak buah Ma Zimo yang mengejarnya.Namun, hasilnya nihil. Yang dia lihat di balik jendela kaca itu hanyalah kegelapan malam yang dihiasi dengan siraman cahaya kuning dari lampu-lampu jalan yang menerangi kelamnya malam.Lima menit sebelum satu jam meninggalkan tempat kediaman Keluarga Ma, pengemudi taksi akhirnya menga