“A—apa yang a—akan kau lakukan?” Suara Lu Wan Wan bergetar.“Kau ingin tahu apa yang bisa kulakukan padamu?”’ Sembari mengayunkan langkahnya mendekati Lu Wan Wan, Li Na menatap sinis keponakannya itu. “Kau datang padaku dengan tidak membawa apa-apa dan sekarang, aku yang akan membuatmu KELUAR tanpa memakai apa-apa. Li Man! Akai! Sobek pakaian Wan Wan sekarang!" Seruan itu bukan hanya membuat wajah Lu Wan Wan memucat, tetapi juga membuat semua orang yang ada di halaman terperangah. Belum pernah mereka mendengar hukuman seperti itu dilakukan dalam rumah besar tersebut.Lu Wan Wan langsung memundurkan langkahnya untuk menjauhi Li Man dan Akai. Namun sayang, cekalan kedua pria itu membuatnya tak mampu bergerak lebih dari selangkah.“Wan Wan, jangan pergi. Kami hanya diperintah untuk melepas pakaianmu, bukan menyentuhmu," ucap Akai menyeringai. “Dia sudah terbiasa disentuh! Bukan oleh suaminya saja, tapi mungkin juga telah menyerahkan dirinya kepada Tuan Yumin!” cemooh Lu Shen Shen dari a
Mantan jenderal besar Dinasti Qing itu sungguh tidak percaya, kalau wanita paruh baya yang seharusnya menjadi bibi mertua dari si pemilik tubuh justru ingin menukar kebebasan Lu Wan Wan dengan ancaman dan permintaannya yang keji.Di sisi lain, apa yang diminta Li Na malah membuat Lu Fen Fen, Lu Shen Shen dan juga Lu Dong tersenyum lebar. Pria paruh baya itu tidak menyangka, kalau malam ini istrinya itu benar-benar cerdik. Jika Yin menyanggupi, maka Group Lushang masih tetap menjadi miliknya dan dia tidak perlu lagi melihat keponakan serta menantunya itu di dalam rumah ini.“Aku memberimu waktu sepuluh detik untuk berpikir, jika kau menolak … katakan saja selamat tinggal kepada Wan Wan,” ancam Li Na, yang mulai menghitung mundur. “Yin ….” Lu Wan Wan merengek sembari menggelengkan kepala. Raut wajah Yin tampak menegang. Dia tidak bisa membiarkan Lu Wan Wan terluka, apalagi sampai terbunuh. Namun, melepas rumah besar ini serta Group Lushang yang telah diperoleh Lu Wan Wan juga tidak mu
Seperti yang dikatakan Yin. Memang benar selepas perseteruan yang panjang, tidak ada satu pun anggota Keluarga Lu Dong serta anak buahnya yang menghalangi langkah Yin memasuki rumah besar tersebut. Bahkan saat Lu Wan Wan mengambil kembali sepasang sepatu barunya yang dilempar Lu Fen Fen ke dalam kolam ikan, putri tertua Lu Dong itu tak menggubrisnya. Di pertengahan anak tangga yang ada di antara lantai satu dan dua, Yin berdiri menunggu kedatangan Lu Wan Wan. Istri sang pemilik tubuh itu tadi berkata, kalau dia ingin mengambil barang-barangnya yang tertinggal di halaman.Kening Yin langsung mengerut dalam, begitu melihat kedatangan Lu Wan Wan. Wanita muda itu memang membawa barang-barangnya, berupa sekotak kardus bekas di tangan kiri dan sepasang sepatu di tangan kanan. “Apa itu sepatumu? Seperti sepatu pria,” katanya kemudian.“Ini memang sepatu pria. Aku baru membelinya tadi di online shop.” Lu Wan Wan menjawab.Sambil mengatupkan kedua bibirnya, Yin mengangguk. Dia tidak ingin be
Keesokan harinya di tempat kediaman Keluarga Lu.Perkataan Lu Dong semalam telah membuat kehidupan anggota Keluarga Lu berubah seratus delapan puluh derajat. Untuk pertama kalinya selama delapan belas tahun ini, Li Na membangunkan kedua putri kandungnya sepagi mungkin, lalu menyuruh mereka untuk membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan sendiri.Wanita paruh baya itu tidak memanggil Lu Wan Wan dan Yin untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dia justru membiarkan menantu dan keponakannya itu tidur terlelap hingga senja mulai merangkak naik.“Ibu, sampai kapan kita akan seperti ini?” omel Lu Shen Shen sembari menarik salah satu kursi makan dengan kasar. “Ibu membangunkanku terlalu pagi. Bisa-bisa sebelum sore, aku sudah mengantuk di kantor.”“Sabarlah sedikit. Nanti Ibu akan membujuk ayahmu, agar keadaan ini segera berubah,” kata Li Na sembari mendudukkan dirinya di samping putri keduanya. Lu Fen Fen yang baru saja selesai memanggang roti menghampiri mereka. “Ibu, bagaimana kalau kita mem
Seperti halnya sinar mentari yang belum berakhir bersinar di musim semi, begitu juga dengan huru hara yang baru saja dibuat oleh Yin untuk memporak-porandakan kehidupan Keluarga Lu Dong.Dia yang saat itu masih belum benar-benar pergi meninggalkan rumah dan yang sedang berdiri di bawah pohon besar di luar bersama Lu Wan Wan tampak tersenyum lebar, tatkala melihat Lu Shen Shen keluar dengan raut wajah yang gelisah dan terburu-buru.Lu Wan Wan yang tidak mengerti jelas tentang keonaran yang baru saja dibuat oleh suaminya lantas bertanya, “Yin, sebenarnya pesan apa yang kau kirimkan kepada Kak Shen Shen hingga dia semarah itu?”“Hanya sebuah video dan beberapa foto,” jelas Yin.“Video dan foto? Punya Ma Jia Wei?” Lu Wan Wan menautkan kedua alisnya. “Dari mana kau mendapatkannya?”“Aku bukan mencuri atau sedang memfitnah mantan atasanmu itu,” pungkas Yin. Mendengar kata “mencuri” yang keluar dari mulut Yin, membuat Lu Wan Wan menarik kedua sudut bibirnya rapat. Entah apa maksud suaminya
Selepas menghubungi Pengacara Bo dan mengantar Lu Wan Wan pergi ke Group Lushang, Yin memarkirkan mobil listriknya agak jauh dari lingkungan tempat tinggal Keluarga Ma. Sepasang kakinya yang telah terbungkus dengan sepatu baru pemberian istri sang pemilik tubuh itu mengayun santai menyusuri jalan raya berpaving. Jalanan khas tatanan kediaman keluarga-keluarga kaya yang berpengaruh di Shanghai. Dia lantas teringat akan pertemuan rahasianya dengan Arthur dan tiga orang yang berada di lingkungan Keluarga Ma dan Group Ma beberapa hari yang lalu. “Tuan Muda, dahulu rumah itu adalah rumah mendiang ayah dan ibumu. Tapi sekarang, rumah tersebut telah ditempati oleh Ma Zimo dan keluarganya. Hari di mana ketika Tuan Muda akan datang, aku akan mempersiapkan segala sesuatunya. Aku akan membantu dengan mengirim lokasi serta menyambut kedatanganmu,” ucap M2 kala itu. Hari yang telah mereka nantikan pun tiba. Yin yang telah mendapatkan lokasi tempat tinggal Ma Zimo, kini berdiri di depan sebuah
M2 mengangguk. “Jika Arthur tidak memberitahuku lebih dulu, mungkin aku telah menganggap pemuda itu adalah dirimu. Tuan Muda Kedua yang telah lama hilang.” “Tapi kenapa Ma Zimo berniat membebaskannya dan tidak membunuhnya? Padahal jelas-jelas pemuda itu adalah seorang penipu!” “Kalau soal itu aku tidak tahu. Kata Asun, semua kartu identitas milik pemuda itu bernama Ma Yin Fei. Jadi Ma Zimo langsung mengangap pemuda itu adalah dirimu—anak saudaranya yang hilang. Mungkin saja dia berniat memelihara kemenakannya itu dengan memberikan sebuah pekerjaan padanya,” papar M2. “Tapi aku dan Arthur tak percaya, kalau masalah ini terkait dengan penyesalan Ma Zimo di masa lalu,” lanjut M2. “Pria seperti Ma Zimo itu tidak akan pernah menyesali perbuatannya!” “Taktik Ma Zimo boleh juga,” ujar Yin dengan bibirnya yang menyeringai. "Memelihara anak musuh dalam istananya. Seperti seorang pangeran yang menjadi sandera perang di negeri asing.. Dengan begitu, Ma Zimo akan mampu mengawasi gerak-gerik
Ma Jia Wei mengayunkan langkahnya dengan tergesa-gesa. Sepasang sepatu pantofelnya yang berwarna coklat gelap itu berjalan menyusuri setiap lantai, ruangan, dan koridor yang ada di dalam rumahnya yang besar bak bangunan istana Dinasti Qing. Pria muda itu berpikir, mencari seorang Ma Yin Fei itu mudah! Namun, ternyata dia salah! Mencari seseorang di rumahnya itu seperti mencari sebuah jarum di tengah tumpukan jerami. Tidak seorang pun dari penghuni rumah besar itu yang sudi membuka mulutnya untuk Ma Jia Wei. Bukan karena dia tidak memiliki kekuasaan di rumah itu, melainkan semua ini karena ancaman dari Ma Zimo. Tuan Besar Keluarga Ma itu telah melarang seluruh anak buah dan pekerjanya untuk membocorkan informasi kepada Ma Jia Wei. Kalau beberapa hari yang lalu, mereka telah menangkap dan mengurung seorang pemuda di ruangan bawah tanah. "Apa kau sedang bercanda denganku?!" Ma Jia Wei menghardik Mok melalui panggilan ponselnya. "Bercanda apa, Tuan Muda?" tanya Mok yang
Suara dobrakan pintu yang disertai teriakan itu langsung direspon oleh sepuluh orang pria yang berada di dalam ruangan. Mereka yang sedang berdiri mengitari meja bilyard itu sekonyong-konyong menegakkan kepala lalu membusungkan dada.BRAKKK!Dua tongkat bilyard terlempar mendarat di atas meja dengan sempurna, membuyarkan beberapa barisan bola biru yang semula terdiam. Beberapa kaki itu pun mengayun santai, seakan tanpa beban begitu mendapati kehadiran seorang pemuda berpostur yang tak lebih dari 170 sentimeter.Feng Siyu mengenal seorang pria yang berada di barisan paling depan. Pria itu mengenakan setelan jas kemeja warna hitam. Dengan tiga barisan kancing teratas yang dibiarkan tetap terbuka, memperlihatkan otot-otot dadanya yang bergelombang.Pria itu mendapat julukan Black Dragon di lingkungan sekitar. Tidak, mungkin sepak terjangnya yang mengerikan dan tidak mengenal belas kasihan itu sudah terdengar seantero Shanghai. Tidak ada seorang pun yang tahu, siapa nama asli pria tersebu
Pada saat itu juga mundurlah Lu Wan Wan dari hadapan Yin alias Shun Yuan. Kegamangan segera menghampirinya seiring dengan mulutnya yang tertutup oleh telapak tangannya sendiri.Ingin rasanya dia tidak mempercayai perkataan pria yang telah mengambil kendali atas tubuh suaminya, tapi apa yang pria ini katakan tidak sepenuhnya salah. Karena dia sendiri juga telah membaca buku harian tersebut.“Siapa? Siapa yang telah mencelakainya?” tanya Lu Wan Wan dengan suaranya yang bergetar.Shun Yuan bisa saja langsung menyebutkan satu nama yang dicurigainya saat ini, tetapi dirinya belum yakin karena kurangnya bukti-bukti yang dimiliki. “Aku masih belum yakin, siapa saja yang telah terlibat. Tapi aku mulai mencurigai beberapa orang.”Tatapan mata Lu Wan Wan memicing. “Apa katamu? Beberapa? Itu artinya ….”“Lebih dari satu orang yang menginginkan kematiannya,” sambung Shun Yuan. “Entah mereka memiliki tujuan yang berbeda atau saling bekerja sama.”Kepala Lu Wan Wan menggeleng. “Aku sungguh tidak per
Tiga jam. Itulah waktu yang diperlukan Yin untuk diam termenung di atas Jembatan Sungai Yangtze. Menatap derasnya arus sungai yang tampak kelam dan pekat di waktu malam. Sepercik pertanyaan mendadak terbersit dalam sanubari sang mantan jenderal besar Dinasti Qing tersebut.Mungkinkah selama ratusan tahun, tubuhku tersimpan di dalam sana?Tiga ratus lima puluh empat tahun itu bukan waktu yang singkat. Pantas, keadaan sungai ini juga sudah sangat jauh berbeda dari zaman Dinasti Qing.Dan di dalam sungai inilah, kisah antara dirinya dan si pemilik tubuh terjadi.Mendadak sebuah suara ketukan tumit sepatu yang mengayun di atas trotoar membuat daun telinga Yin bergerak-gerak. Seperti biasa indera pendengaran yang tajam pemberian dari Dewa Kematian, mampu membuat mantan jenderal besar Dinasti Qing itu mampu mendengar suara semut yang berjalan hingga mampu memilah-milah jenis suara meskipun di belakang punggungnya terdengar hiruk pikuk kendaraan roda empat berlalu lalang. Kehad
“Denise, halo …. Halo …!” seru Feng Siyu.Selama beberapa saat pria muda berusia 27 tahun itu tampak tertegun menatap layar ponselnya yang masih menyala. Baru beberapa menit yang lalu, dia menerima panggilan dari adik tirinya yang bernama Denise Allard.Saudara perempuan namun berbeda ayah itu kerap menghubunginya di jam-jam malam. Selepas makan malam lebih tepatnya, karena pada saat itulah segala aktivitasnya di dunia kerja telah terhenti.Namun, apa yang baru saja terjadi?Feng Siyu justru tidak mendengar suara Denise. Bulu kuduknya mendadak dikejutkan dengan suara teriakan minta tolong, suara seorang atau beberapa orang pria dan suara gedebuk-gedubuk yang tak jelas.Jangan-jangan ….Pikiran Feng Siyu lantas tertuju pada panggilan ponsel yang diterimanya sore tadi di Gedung Madox Colour. Kedua tangannya langsung mengepal, mengingat ancaman si penelepon. Padahal mereka telah bersepakat, bahwa si penelepon akan memberinya sedikit waktu dan tidak akan mengganggu adiknya yang saat ini t
Begitu Mey Mey mendengar suara bariton itu berkata, jantungnya seakan hendak melompat keluar dari tubuhnya. Suara yang disertai dengan seringai dan langkah tegap itu benar-benar mengintimidasi dirinya.Menyihir gadis blasteran itu untuk berhenti, lalu bergerak mundur hingga akhirnya punggungnya yang terbungkus dengan selembar pakaian tidur tipis itu menempel di depan dinding ruang tamu.BUGH!Rasa dingin langsung menjalari telapak tangan Mey Mey begitu Lu Dong berhasil mengunci tubuhnya dengan kedua lengannya yang kekar. Manik mata birunya itu tampak bergerak-gerak.“Ma—mau apa kau … kemari?”Mendengar suara intonasi yang terbata-bata itu lantas membuat Lu Dong terkekeh. Puncak hidung kekasih kecilnya itu masih sama seperti dulu. Seperti sebuah papan luncur yang turun ke bawah, lalu menukik tajam ke atas. Dia tidak menyangkal, bahwa dia sangat menyukai hidung Mey Mey, selain dari apa yang tersembunyi di balik pakaian tidur gadis itu.Sembari memberi sedikit kecupan pada puncak hidung
Malam ini mobil listrik yang dikemudikan Lu Dong langsung meluncur membelah lalu lintas Kota Shanghai. Kendaraan roda empat itu bergerak menuju ke arah utara. Di mana terdapat tiga pulau aluvial dataran rendah yang berpenghuni di muara Sungai Yangtze. Salah satu dari ketiga pulau itu adalah Chongming.Lu Dong meninggalkan mobil listriknya di pelabuhan dan memilih menggunakan feri, agar lebih cepat tiba di tempat tujuan. Dia tidak ingin memberi kesempatan Mey Mey untuk kabur lagi dari hadapannya. Malam ini juga, dia harus menuntaskan masalahnya dengan tikus kecil itu.“Berapa lama kapal ini menuju Chongming?” tanyanya kepada nahkoda.“Jika cuaca bagus, dua puluh menit lagi kita akan tiba di sana. Apa Tuan akan berhenti di Desa Terapung Chu Zhang?”“Tidak. Turunkan aku di Chongming!”“Naiklah!” Nahkoda itu berseru kepada Lu Dong.Layar dibentangkan. Suara mesin menderu-deru di bawah alas kaki, diikuti dengan gumaman para penumpang yang sudah mulai berdesakan memasuki kapal. Jumlah mereka
Kegelapan baru saja muncul menyapa Shanghai. Meskipun Li Na tidak menyukai kedatangan Lu Dong, tetapi berkat Lu Shen Shenlah, pria paruh baya itu akhirnya memiliki tempat tinggal untuk meletakkan kepalanya malam ini.Lu Dong sudah tidak perlu repot-repot lagi memikirkan menu makan malamnya hari ini dan hari-hari selanjutnya. Dia juga tidak perlu risau akan angin malam yang kerap menusuk-nusuk persendiannya yang sudah tidak muda lagi.Tak masalah jika Li Na tidak mengizinkannya untuk tidur dalam kamar. Dia tahu, kalau kemarahan istrinya itu hanya sementara. Esok hari, wanita itu pasti akan kembali merajuk dan malam berikutnya, dia akan kembali menikmati empuknya busa kasur yang ada di apartemen ini, pikirnya. “Ayah, kami hanya punya ini.” Lu Shen Shen berkata sembari memberikan potongan selimut tipis kepada Lu Dong.“Tak masalah.” Lu Dong menarik kedua sudut bibirnya lebar ketika menerima pemberian putri keduanya itu. “Kau memang putri Ayah yang paling berbakti. Ngomong-ngomong … di
Yin tersenyum dingin, karena dia memiliki jawaban atas pertanyaan Arthur. Namun, dia tidak langsung memberitahu pria tua tersebut. Dia justru menanyakan topik utama mengenai kedatangannya kali ini."Lalu bagaimana dengan Denise Allard dan kakak laki-lakinya?"“Aku telah menemukan tempat tinggal Denise. Gadis itu sekarang tinggal di rumah Keluarga Feng.” Arthur menunjuk ke sebuah titik koordinat yang berkedip pada layar laptopnya.Yin menatap titik koordinat yang letaknya agak jauh dari tempat Kediaman Keluarga Lu. “Kau mendatanginya?”“Tentu saja! Aku membantumu sekaligus mengerjakan tugas yang diberikan Lu Dong. Untuk menemuinya, aku menyamar menjadi seorang nenek tua. Salah seorang tetangganya yang sedang kehabisan gula."Yin tergelak. Membayangkan bagaimana wajah maskulin yang keriput itu berubah menjadi seorang nenek tua dengan rambut putihnya yang tergelung ke belakang lengkap dengan selembar daster bermotif bunga yang menutupi tubuh atletis Arthur. "Melihat nenek-nenek jadian y
DEG!Kali ini bukan hanya wajahnya saja yang membeku, melainkan juga detak jantungnya serasa hampir berhenti mendadak tatkala mendengar suara bisikan tersebut. Perlu waktu beberapa detik untuk membuat Ma Yin Fei palsu menyadari bahwa ada seseorang yang mengetahui dosa masa lalunya.“Siapa kau?” teriak Ma Yin Fei palsu sembari mengarahkan pandangannya ke sekitar koridor.Pria yang memiliki tinggi tidak lebih dari 170 sentimeter itu memutar tumitnya beberapa kali, lalu bergerak ke sana kemari. Namun, apa yang dilakukannya itu tak kunjung mendapat jawaban. Koridor panjang itu terlihat kosong, dingin dan lengang. Dari kejauhan dia hanya mampu menangkap pintu ruang kerja Ma Zimo yang masih tertutup.Berarti mantan pustakawan itu masih berada di dalam, lalu siapa yang bicara tadi? Pikiran Ma Yin Fei palsu mulai berkecamuk. Embusan angin yang membelai tengkuk lehernya serta kebisuan yang tejadi di sekitar koridor, membuat sekujur tubuh Ma Yin Fei palsu meremang. Tatapan matanya mendadak beru