Share

Modus Pricilla

Penulis: Suci Komala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Siang itu bel terdengar nyaring pertanda kegiatan belajar mengajar hari itu telah usai. Raut bahagia tampak jelas menyertai langkahnya menuju gerbang. Di sana sudah teronggok mobil mewah berwarna hitam dimana Joko sudah membuka pintu lebar-lebar untuknya.

"Ini buat Bapak." Pricilla menyerahkan beberapa lembar uang kertas berwarna merah tepat saat Joko duduk di belakang kemudi.

Joko menoleh dan tak lekas menerima. "Wah, itu uang apa, Non?"

"Ck! Bonus buat Bapak. Cepat ambil!"

Joko menerimanya walau ragu. "Terima kasih, Non. Moga rezeki Non makin bertambah."

Pricilla mengangguk. "Oh, iya, Pak

Antar aku ke bandara, ya? Tadi pagi Papa minta aku buat jemput Tante Cindy. Tapi, sebelumnya kita jemput Kak Dio dulu di sekolahnya, ya, Pak?!"

Joko terdiam. Jelas saja pria paruh baya itu bingung karena sang majikan tidak memberi instruksi demikian, melainkan agar Pricilla segera diantar pulang.

"Pak, kok, diem?! Ayok, jalan!"

"I-iya, Non." Joko pun melajukan mobilnya.

**

Setelah menempuh perja
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Rahasia Besar

    Angin bertiup semakin kencang dan terasa sangat dingin. Shreya pun memutuskan untuk kembali ke kamar. Jarum jam sudah menunjuk angka sepuluh, tetapi Felix belum juga masuk kamar. Akhirnya Shreya keluar hendak ke ruang kerja. Namun, langkahnya terhenti saat melihat pintu kamar Pricilla masih terbuka. Lekas ia menghampiri. "Sayang, udah malam, kok, belum tidur?" sapa Shreya saat melihat Pricilla masih asyik bermain ponsel. Tatapan sinis'lah yang Shreya dapatkan berikut dengan jawaban dingin Pricilla. "Ngapain ke sini? Ganggu aja!"Shreya meraih gel lidah buaya dengan kemasan tube yang sengaja ia simpan di atas meja rias Pricilla. "Sini, Tante olesin dulu jerawatnya," kata Shreya sembari duduk di samping Pricilla. Trak! Pricilla menepis tangan Shreya yang menyebabkan tube itu terlempar. Shreya mengikuti ke mana arah tube itu terlempar, kemudian tersenyum simpul. "Tadi Pak Joko sudah mengatakan semuanya sama Tante," ucap Shreya. "A-apa?" Pricilla terkejut, kemudian ia terbatuk men

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Family Time

    Siang itu mobil Shreya sudah terparkir di luar gerbang sekolah Pricilla. Sembari menunggu sang putri, Shreya menghubungi Felix melalui sambungan vidio. "Mas, Aya mau ajak Cilla ke mall. Kita makan siang bareng, yuk!""Wah, dalam rangka apa?"Shreya tersenyum. "Sebetulnya Aya mau ajak Cilla ke dokter kulit, tapi Aya bikin janjinya nanti jam dua, jadi kita mau makan siang dulu sama belanja kebutuhan Nathan. Mas mau, ya?""Siapa takut! Kamu sharelock aja, oke?""Oke, Mas." Sambungan pun terputus seiring dengan senyum yang terus menghiasi wajah Shreya. Tidak berselang lama, Shreya melihat Pricilla yang baru saja ke luar gerbang. Namun, perhatian Shreya beralih kepada seonggok motor yang diyakini milik Dio. Sebelum Pricilla pergi dengan Dio, Shreya bergegas turun. "Halo, Sayang!" sapa Shreya membuat Pricilla terkejut. "Kok, Tante, sih, yang jemput?"Shreya tersenyum sembari menarik lengan Pricilla. "Yuk, ikut Tante!""Tapi ...,"Shreya tidak memberi waktu Pricilla untuk bicara. Ia mem

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Debat

    Langit tampak gelap sore itu. Angin berembus kencang diiringi dengan kilatan petir. Shreya yang sedang menyusui Nathan segera menutup gorden. Tidak berselang lama, bayi itu pun tertidur. Ponsel Shreya berdering pertanda satu panggilan masuk. "Halo, Dek," sapa Shreya saat tahu Jody yang menelepon. "Apa kabar?""Baik. Tapi, ada kabar buruk untuk Kakak.""Apa? Ibu dah Ayah sakit? Atau apa?!" Shreya mendengar Jody tertawa. "Apanya yang lucu?! Cepat katakan!""Kakak tenang dulu. Ini perkara putri tiri Kakak."Semula Shreya yang berdiri dekat box bayi, kini beralih duduk di tepi ranjang. Jody mengatakan jika Pricilla dekat dengan Cindy. Cindy, qadik dari Alexander. "Apa?!" Shreya benar-benar terkejut. "Maaf, aku baru ngabarin ini." Jody mengatakan jika dirinya tahu karena mengikuti Pricilla sampai ke bandara kemarin. Pun mencari tahu sejak kapan dan sedekat apa Pricilla dengan Cindy dari Dio. "Dio adik angkatnya Mbak Cindy, Kak. Jadi, auto mereka dekat."Shreya memijat keningnya. Embus

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Bertemu Dengan Cindy

    Satu bulan sudah berlalu. Setelah perdebatan itu sikap Shreya masih seperti biasanya. Ramah, perhatian, dan selalu mementingkan keluarga, terlebih kepada Pricilla. Seperti pagi itu, istri pemilik sebuah perusahaan ternama itu tetap sabar mengahadapi Pricilla walau gadis itu ketus terhadapnya. "Cari apa, Sayang?" "Ck! Kepo!"Shreya tersenyum. "Kalo Tante bisa bantu, kan, kamu bisa cepet sarapan, Nak.""Iket rambut!"Tidak kurang dari satu menit, Shreya menemukan benda itu."Ini apa?" Shreya mengacungkan ikat rambut itu. "Sini!" Pricilla menyambar, tetapi secepat kilat Shreya menjauhkannya."Duduklah, biar Tante bantu.""Gak! Sana, Tante keluar aja, ah!"Shreya tidak memedulikan apa kata Pricilla. Ia menuntun putrinya untuk duduk di kursi meja rias walau gadis itu sempat berontak. Shreya memulai dengan merias wajah Pricilla, tipis saja. Memoles pelembab bibir dan mengikat rambut. "Perfect! Jerawatnya sudah hilang, jadi tambah cantik, deh! Anak Tante!"Pricilla memutar bola matanya.

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Kecewa

    Sementara di kediaman Felix, ada Lorenza datang berkunjung. "Pada ke mana, Bi, kok, sepi?""Kalo gak salah denger, tadi Nyonya bilang ke klinik spa terus pulangnya ke kantor bapak, Bu.""Kantor Felix maksudnya?"Sang ART itu terkekeh-kekeh. Karena kemiripan Felix dengan mendiang suami Lorenza'lah membuat dirinya selalu menyapa Felix dengan sebutan bapak. "Iya, Bu, maksudnya Tuan Felix.""Ya, udah, tolong bawakan koper di mobil, ya?""Baik, Bu." Sang ART melenggang pergi. Lorenza hendak ke kamar yang biasa ia tempati saat berkunjung. Namun, langkahnya terhenti saat melihat kamar dekat tangga. "Bi, tunggu, Bi! Ke marilah!""Iya, ada apa, Bu?""Apa semua barang milik Debora masih ada di sana?""Masih, Bu. Bahkan Nyonya pernah masuk."Lorenza menghela napas, kemudian meminta kunci cadangan kamar itu. Pintu sudah terbuka lebar. Lekas majikan dan pembantu itu masuk. Lorenza memijat keningnya. Sungguh ia tidak mengerti dengan jalan pikiran Felix. Entah sampai kapan putranya itu bisa melu

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Rencana Busuk

    Shreya benar-benar menjalankan komitmennya. Kemarin ia kecewa, semalam ia menangis, tetapi pagi itu Shreya harus terlihat ceria. Tidak mungkin juga jika Shreya harus menunjukkan wajah muram karena ada Lorenza di sana Namun, ada pemandangan berbeda di mata Shreya, yakni sikap Pricilla. Gadis itu tampak murung. "Sayang, kenapa gak dimakan? Apa tidak enak masakannya?" tanya Shreya kepada Pricilla. Pricilla hanya menggeleng. "Makanlah. Sarapan itu penting," timpal Lorenza yang mampu membuat Pricilla patuh. "Mas juga, kenapa hanya diaduk saja nasi gorengnya. Ayok, dimakan! Apa mau Aya suapin, hem?" Shreya menggoda Felix. Terlihat bibir Felix melengkungkan senyum. "Tidak usah. Mas bisa sendiri, kok."Dret! Suara kursi yang bergesekan dengan lantai terdengar nyaring. "Pa, aku berangkatnya diantar Pak Joko aja," ucap Pricilla, kemudian berlalu begitu saja tanpa berpamitan kepada Shreya dan Lorenza. Shreya memerhatikan Pricilla sampai gadis itu hilang di balik pintu. "Apa yang sebenar

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Hasutan Cindy

    Setelah menemui Melani, Cindy kembali ke club. Rasa penasaran yang membuncah membuat ia menepikan mobilnya. Diraihnya ponsel yang ia simpan di dasbor. Jarinya berselancar membuka situs internet mencari informasi tentang Felix, karena setahu dirinya ayah dari Pricilla itu adalah seorang pengusaha. Mata Cindy membulat sempurna saat membaca sebuah laman yang menyebutkan bahwa Felix Henry adalah seorang pengusaha sukses, memiliki dua perusahaan besar dan beberapa cabang perusahaan di luar negeri. "Waw! Amazing!" pujinya dengan bibir melengkungkan senyum. "Gila! Si Aya beruntung. Setelah jadi janda Kak Alex dia dapat yang lebih kaya!" lanjutnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Ponsel masih dalam genggaman. Cindy terdiam memikirkan apa yang dikatakan oleh Melani, 'menjadi istri Felix'. "Boleh juga ide Ibu! Kalo Mas Felix jadi suamiku, aku tinggal ongkang-ongkang kaki saja di rumah."Cindy tersenyum penuh arti karena jalannya menjadi seorang pelakor sudah terbuka lebar, yakni hati Pr

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Dikeluarkan Dari Sekolah

    "Emm ... wangi!" ucap Lorenza saat memasuki dapur. "Eh, Mama, Aya lagi coba bikin iga bakar. Tadi Mas Felix telepon minta dianterin dokumen, sekalian aja Aya bawain makan siang."Lorenza tersenyum. "Good idea! Semoga perlahan Felix luluh.""Iya, Ma, semoga."Lorenza menyarankan agar Nathan tetap di rumah bersamanya. Selain cuaca di luar panas, tanpa Nathan, Shreya akan lebih leluasa bersama Felix. "Tapi, nanti Mama repot.""Tidak usah sungkan. Sana, perah dulu ASI-nya."Shreya tersenyum senang. Lekas ia mencuci tangan dan siap untuk memerah ASI. Jarum jam sudah menunjuk pada angka sebelas. Dokumen dan menu makan siang sudah di tangan, Shreya pun berangkat menunggangi mobil kesayangannya. *Shreya sudah memarkirkan mobil di basement. Lekas, istri dari Felix itu turun. Senyum tak hentinya terukir di bibir ranum Shreya saat ke luar dari lift. Menarik napas panjang dan mengembuskan napas kasar ia lakukan terlebih dahulu sebelum mengetuk pintu ruangan Felix. Lekas ia masuk setelah ter

Bab terbaru

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Keluarga Bahagia_End

    Mendengar itu Pricilla berjalan mundur. Tak hanya Pricilla yang merasa kecewa, tetapi juga semua keluarga terlebih-lebih Shreya. "Tunggu!" titah Nathalie, membuat Pricilla menghentikan langkah. "Aku belum selesai bicara!" tukas Nathalie. Pricilla mencoba tersenyum walau bulir bening hampir saja menetes. "Ah, apa itu, Dek?""Sayangnya, tidak mungkin jika Liki tidak memaafkan Kakak.""Jadi, Adek maafin Kakak? Serius?"Nathalie mengangguk. "Iya, dua rius malah!"Nathalie memeluk Pricilla erat. Kata maaf terlontar dari mulut keduanya. "Makasih udah siapin ini untukku, Kak. Seandainya Kakak gak bikin pesta ini pun Adek pasti maafin Kakak, kok. Tapi, waktunya aja yang lama. Hehehe ...," ujar Nathalie dengan polosnya. Pricilla melerai pelukan. "Yaaah ... kalo gitu rugi, dong, Kakak bikin pesta ini!""Iiih, si Kakak, ya, gak, lah. Kan, aku seneng."Pricilla mengatakan jika semua ide datangnya dari Shreya. Mulai dari konsep, kostum dan lainnya. Sedangkan dirinya hanya pendanaan saja. Itu

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Kado Terindah

    "Ini tolong susunnya yang betul, ya?""Masakan sama kuenya udah aman, kan?""Coba yang itu, tolong kursinya tata yang rapi!"Itulah Pricilla saat dirinya disibukkan dengan acara yang ia persembahkan untuk Nathalie. "Sayang, istirahat dulu. Acaranya, kan, nanti malam. Kamu sampe lewatin makan siang, loh!" kata Jody. "Nanti saja, Kak. Aku mau mastiin acara ini bener-bener terselenggara mewah dan sempurna!""Gak, gak, bisa! Pokoknya kamu harus makan dulu. Kalo kamu sakit gimana?"Pricilla hanya diam. "Kakak gak mau, ya, gara-gara ini kamu sakit!" lanjut Jody. Akhirnya Pricilla menyerah. Ia memakan makanan yang Jody bawa. Semua tak luput dari pengawasan Jody. Pricilla yang sebenarnya sudah merasa kenyang pun mau tidak mau melahap semuanya. "Haaah, selesai. Kenyang banget, Kak."Jody tersenyum. "Bagus!""Kalo gitu, sekarang antar aku ke butik."Jody menepuk kening. "Istirahat, Yang! Malah ke butik."Pricilla hanya tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang putih dan rapi. "Sekalian

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Nathan-Cinta Pada Pandang Pertama

    Satu minggu sudah berlalu. Satu minggu juga Nathalie tidak memberi Pricilla kesempatan untuk berbicara empat mata dengannya."Ma, hari ini Lili izin menginap lagi di rumah Nela, ya?" kata Nathalie. Perkataan Nathalie mencuri perhatian Felix, Lorenza, Jody dan Pricilla yang sedang sama-sama menikmati sarapan. Shreya menggeleng. "Tidak boleh?""Loh, kenapa?"Shreya menyimpan sendoknya. "Mama mau kalau weekend kita semua kumpul. Kita gunakan waktu senggang untuk bercengkrama.""Abang gak ada, gak asyik!" ucap Nathalie cepat. "Kan, ada Kakakmu. Mumpung dia menginap di sini," balas Shreya. Nathalie hanya menunduk dan mengaduk sup yang ada di mangkuk saja. Sikap Nathalie tak luput dari pandangan Pricilla. "Ma, nanti sore kita pulang," kata Pricilla. "Loh, katanya mau seminggu lagi di sini."Pricilla tersenyum. "Maaf, semalam lupa kasih tau Mama. Kakak kasian sama Kak Jody bulak-balik kantornya jauh."Embusan napas kasar yang terkesan lega terdengar dari mulut Nathalie. Remaja itu berd

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Bentuk Protes Nathalie

    Di sekolah, mood Nathalie belum seutuhnya kembali sampai-sampai apa yang guru jelaskan di depan kelas tak sepenuhnya ia dengar. "Lili, coba jelaskan kembali apa yang Ibu terangkan barusan!"Nathalie terkesiap. "Sa-saya, Bu?""Iya, kamu!"Nathalie tersenyum canggung. "Ma-maaf, Bu. Sa-saya tadi tidak fokus.""Sekali lagi kamu tidak perhatikan, silakan ke luar kelas! Mengerti?!""Ba-baik, Bu."Guru tersebut kembali mengulang menjelaskan. Beruntung, Nathalie bisa kembali fokus dan mampu menjawab semua pertanyaan yang guru tersebut ajukan. Bel istirahat diperdengarkan. "Kenapa lu?" tanya Nela --teman Nathalie. "Tumben amat lu lemot.""Lagi bete gue, La.""Cerita di kantin, yuk! Laper, nih!" Setelah mengambil ponsel di masing-masing loker, keduanya ke kantin. Baru saja tiba di kantin, ponsel Pricilla berdering pertanda satu panggilan masuk. Kak Cilla, nama yang tertera di layar ponsel. Rasa benci yang masih menggelayut membuat Nathalie menolak panggilan. "Lu mau makan apa?" tanya Nela

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Sesal Pricilla

    Di apartemen. Ada Pricilla yang sedang sibuk menyiapkan keperluan Jody untuk bekerja. "Sayang, maaf, ya? Kakak harus kerja hari ini," ucap Jody. Pricilla yang sedang memilih dan memilah kemeja pun menjawab, "Iya, tidak apa-apa. Aku yang harus berterimakasih sama Kakak atas waktunya. Hampir satu minggu Kakak temani aku.""Iya, Sama-sama, Sayang."Sebelum berangkat ke kantor, Pricilla meminta Jody agar mengantarnya ke rumah Shreya. Setelah menikmati sarapan keduanya pergi. *"Kak, sebelum ke rumah mama, antar aku ke toko kue Nenek Melani," pinta Pricilla. "Buat oleh-oleh?"Pricilla menggeleng. "Lalu?"Rupanya Pricilla ingin meminta maaf kepada Melani atas semua kesalahan yang sudah ia perbuat. Jody tersenyum mendengar itu. Tiba di toko kue, rupanya Melani yang menyambut. "Wah, ada ka--""Nenek!" Pricilla memeluk Melani membuat wanita tua itu tercengang. "Maafin aku, ya, Nek? Maaf atas semua kesalahan yang sudah aku perbuat."Melani tersenyum dan membalas pelukan. Diusapnya rambu

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Keputusan Nathan

    Mata Jody perlahan terbuka. Senyumnya mengambang melihat Pricilla yang tidur sembari memeluknya tanpa sehelai benangpun. Dilihatnya jam yang terpasang di dinding. Ternyata jarum jam sudah menunjuk pada angka tujuh malam. Rasa lelah yang meraja rupanya membuat mereka tidur sangat pulas. Maklum saja, pergulatan siang tadi berlangsung berjam-jam.Pricilla menggeliat. Perlahan mata indahnya terbuka. Cup! Jody mengecup pucuk kepala Pricilla. Pricilla mendongak. "Eh, Kakak udah bangun?""He'em, dari tadi."Pricilla hendak bangun. Namun, ia urungkan saat menyadari tubuhnya polos. Wanita itu memilih menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Jody. "Ih, malu," cicit Pricilla. Jody tersenyum. Sembari mengeratkan pelukan, ia bertanya, "Malu kenapa, sih, Yang? Toh, Kakak udah liat semuanya."Plak! Pricilla memukul dada Jody. "Gak usah disebutin juga, Kak, ih!""Sakit, Yaaang!" Jody mengusap-usap dadanya yang dipukul. Pricilla yang tak enak hati tentu saja meminta maaf sembari turut mengusap

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Pricilla-Jody, Baikan.

    Sembari menangis Pricilla berjongkok membantu Jody berdiri. Beruntung, Jody hanya mengalami lecet di tangan saja karena mobil Dio menabrak gerobak seorang pedagang yang turut menyebrang. Jody terjatuh tertimpa gerobak. Ramai orang berkerumun, bahkan sebagian dari mereka memecahkan kaca mobil Dio. "Turun, anj*ng!""Udah tau jalanan ramai, malah ngebut!""Ganti rugi!"Banyak dari mereka yang turut menghujat. Dio pun turun. Tak ada rasa sesal darinya. Ia menatap tajam ke arah Jody dan Pricilla. Bugh!Bugh! Bogem mentah Dio dapatkan dari beberapa orang. Ia pun terkapar. "Hentikan!" seru Jody. "Dia sodara saya! Untuk kerusakan, biar saya yang ganti," lanjut Jody. Orang-orang pun membubarkan diri. "Sayang, tunggu di sini," ucap Jody kepada Pricilla. Pricilla mengangguk, Jody pun berlari menuju mobilnya. Tidak lama berselang, Jody kembali dengan membawa selembar cek. Tertulis nominal sebesar lima puluh juta. "Segini cukup untuk mengganti rugi gerobak dan dagangan Bapak?" tanya Jo

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Dio Balas Dendam?

    Jody memaksa Pricilla pergi dari rumah Dio. Meninggalkan Lira yang menangis karena tak tahu siapa mamanya. "Kenapa diam?" tanya Jody di balik kemudi. "Kakak keterlaluan!""Apanya yang keterlaluan?""Aku gak habis pikir kalo Kakak picik."Jody tersenyum samar. "Picik lawan picik. Itu!""Kak Dio gak picik, tuh!" ujar Pricilla sembari mendelik. "Bela aja terusss!""Apa Kakak gak kasihan sama Lira tadi?"Jody hanya tersenyum sarkas menanggapi pertanyaan Pricilla. Pricilla diam. Pun dengan Jody. Jody memilih fokus menyetir dan akan bicara empat mata dengan Pricilla di rumah saja.Lima menit lagi mereka akan sampai di apartemen milik Jody. Namun, tiba-tiba saja Pricilla berkata, "Aku mau pulang ke apartemenku!""Sebentar lagi kita sampe, Yang.""Kalau begitu Kakak turun dan biarkan aku pulang sendiri!"Jody menghela napas. Ia memutar balik mobil yang dikendarai. Tidak masalah memang, hanya saja ke apartemen milik Pricilla cukup jauh belum lagi jalanan yang sudah mulai macet. Kapan merek

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Dijebak

    Jody tetap menjaga jarak dengan mobil Pricilla. Ia benar-benar harus memastikan jika sang istri selamat sampai tujuan. Mobil Pricilla sudah terparkir di basement. Setelah wanita itu turun, Jody turut memarkirkan mobilnya. Pricilla sudah masuk ke dalam unit apartemennya. Jody tak lekas pulang, ia menghubungi Ronald. "Kamu tinggal di Apartemen Green Street, kan?""Iya, Pak. Ada apa, ya?""Lantai berapa dan kamar nomor berapa?"Jody tersenyum lebar. Ternyata unit apartemen milik Ronald berada di lantai yang sama. "Keluar!" titah Jody. "Maksud Bapak?""Aku ada di luar, tepat di depan kamarmu!"Tidak berselang lama, Ronald menampakan diri. Tanpa basa-basi Jody menerobos masuk. Sang tuan rumah hanya melongo melihat sikap sang bos. Jody duduk di sofa, lalu memberitahu nomor unit apartemen Pricilla. "Wah, kebetulan sekali, Pak. Tapi, apa hubungannya dengan saya, Pak?" tanya Ronald, kemudian tersenyum canggung. "Ah, pertanyaan yang bagus. Sebelumnya saya minta maaf karena sudah menggan

DMCA.com Protection Status