Share

DI MANA KITA BERCINTA?

Author: Ema Ryosa
last update Last Updated: 2025-01-10 00:21:54

"Karena...." Samantha sedang menimbang bagaimana penyampaian yang tepat, yang bisa meminimalisir kerusakan.

"Karena dia hanya bualanmu saja?"

"Anakmu itu nyata."

"Bagaimana mungkin kita bisa bikin anak kalau kita bertemu di alam maya? Di mana kita bercinta? Market place?"

Samantha mengabaikan ejekan sinis si pria, ia tidak tahu harus mengatakan apa, pria ini salah mengira bahwa Samantha adalah ibu bayi itu, akan tetapi kalau Samantha membantah sekarang sepertinya makin membuat dia mengira ini telepon iseng!

Yah sudah salah dari awal, nanti dia akan memikirkan cara untuk mengklarifikasi seandainya bisa, kalau pria ini menolak tanggung jawab toh mereka hanya hidup bertiga, untuk apa harus repot-repot membenarkan semuanya? Bodo amat dengan pria ini.

Mungkin karena tidak mendengar jawaban atau tanggapan dari pihak Samantha, maka si pria mengulangi pertanyaannya dengan nada lebih mendesak.

"Jawab aku! Dimana kita bercinta?"

"Grand Hyatt Melbourne," jawab Samantha mengutip cerita Tina.

Hening....

"Kapan?"

"Sembilan bulan yang lalu."

Kembali terjadi jeda...waktu berjalan tanpa percakapan.

"Kapan kita bisa bertemu?"

"Untuk apa?"

"Untuk membuktikan bahwa dia bukan anakku! Hanya dengan melihatnya aku akan tahu dia 'navarell' atau bukan."

"TIDAK BISA!"

"Maksudmu?"

"Maksudku kau belum bisa menemuinya."

"Dari tadi kau bersusah payah untuk meyakinkan aku bahwa aku menelantarkan anakku di luar sana, sekarang giliran aku mau melihat dia, kau bilang tidak bisa. KAU MEMBINGUNGKAN! Pernah ada yang bilang itu padamu?"

"Aku sudah menghentikan usahaku yang kau bilang bersusah payah itu, malah kau yang terus meneleponku, Sir. Makanya hentikan sekarang. Stop!"

"Sudah terlanjur! Kita selesaikan sampai tuntas, katakan dimana aku bisa menemukan kalian dan jangan lagi menjawab TIDAK BISA, TIDAK PENTING."

"Memang benar bahwa kau tidak bisa menemui kami sekarang karena_"

"Karena apa?"

"Karena anakmu belum lahir."

Kembali pria itu tertawa lepas.

Setelah selesai dia berkata dengan suara begitu ringan.

"Thank you again."

" Jangan meneleponku lagi, aku akan menghubungimu selesai persalinan."

"Kapan dia lahir?"

"Coming soon."

Lalu Samantha menutup teleponnya.

Di ujung yang lain, Chase Navarell memandang ponselnya masih dengan senyum samar yang tersisa di sudut bibirnya.

Baru saja dia tertawa lepas, benar-benar lepas hingga sekretarisnya melongokkan kepala di pintu.

Chase Navarell yang sekretarisnya tahu adalah Chase si pengusaha Midas yang luar biasa dingin dan tak tersentuh.

Awalnya Chase Navarell sangat terganggu dengan ponselnya yang terus-menerus berdering, akhirnya dia memutuskan untuk mengangkat nomor asing yang terus muncul di ponsel pribadi yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh keluarga saja, bahkan para teman wanitanya tak satu pun yang memiliki nomor itu, jadi saat ada nomor asing masuk di sana Chase Navarell sangat heran.

Apalagi kemudian dia tahu bahwa itu bukan telepon nyasar, wanita itu memang mencarinya.

Wanita berlidah tajam.

Chase Navarell berusaha mengabaikan bayangan wanita berlidah tajam tapi cerdas itu dan memusatkan perhatian pada setumpuk dokumen yang ada di hadapannya.

Banyak sekali wanita yang datang dan mengklaimnya sebagai ayah dari anak mereka, hanya saja biasanya mereka datang dengan wajah sedih, dengan tampilan sengsara, dengan kalimat menghiba-hiba memohon belas kasihan dari dirinya.

Wanita ini berbeda.

Bukannya memohon dia malah mencaci, bukannya memelas dia malah berteriak dan menyuruh Chase Navarell melupakan!

Chase Navarell menekan nomor sekretarisnya

"Yes, Sir?"

"Tolong kau lihat catatanmu, sembilan bulan yang lalu aku sedang berada dimana, cek sekarang lalu beritahu aku."

"Persis sembilan bulan, Mr Navarell?"

"Satu minggu sebelum dan satu minggu sesudahnya, didalam rentang itu adakah aku melakukan perjalanan ke luar negeri."

"Yes, Sir."

Hanya 2 menit kemudian telepon di meja Chase Navarell sudah kembali berdering.

"Sembilan bulan yang lalu ada jadwal pembukaan cabang perusahaan support tambang di Melbourne, Mr Navarell."

"Jadi memang aku ada di Melbourne?" Chase seperti bergumam sendiri, karena kenapa tidak ada dalam memorinya?

"Tidak Sir, rencananya memang Anda yang meresmikannya hanya saja Anda batal menghadirinya, Mr Navarell!"

"Siapa yang kita utus berangkat? Orang kita dari kantor pusat Brisbane?"

"Sepertinya tidak, karena di kantor pusat sendiri ada acara gathering, Mr Navarell. Jadi kemungkinan besar kirim orang dari Indonesia! Lalu, karena tidak ada dalam catatan saya maka saya berpikir ini pasti pihak keluarga, Sir. Kalau karyawan dan bukan keluarga, pasti saya catat untuk keperluan klaim biaya pesawat ."

"Baiklah!"

Chase bersandar di kursi, dengan tangan di dagu. Pihak keluarga? Jadi bisa jadi yang berangkat salah seorang dari adik-adiknya atau bisa siapa saja kan(?)

"Ada lagi yang bisa saya bantu, Sir?"

"Panggil Salim ke sini!"

"Baik, Sir."

Chase menerawang, fokus dan rutinitasnya yang biasa seputar pekerjaan jadi teralihkan, dibanding masalah 'anak' yang di bawa wanita bermulut tajam ada masalah yang jauh lebih mendesak : dia terpaksa harus menikah!

Itu sangat mengganggunya, lebih baik punya anak daripada punya istri!

Tak lama kemudian nampak Salim membuka pintu ruangan Chase.

"Ada apa, Bos?"

"Salim, masuklah. Ceritakan perkembangan penyelidikanmu dan tim legal sudah sampai mana?" Chase ingin tahu sampai di mana upaya mereka menggagalkan klausul tidak masuk akal di akta pendirian perusahaan milik kakeknya.

"Cukup sulit, kami bahkan sudah minta tolong orang-orang dari KEMENKUMHAM akan tetapi mereka bilang klausul itu tidak bisa di ubah."

Chase memandang Salim, sahabat sekaligus wakilnya, dengan pandangan gusar.

"Apa tidak sebaiknya kau menemui kakekmu tersayang? Grandpa favorit?"

"Sudah ku lakukan dan jawabannya, para pendiri perusahaan itu adalah orang-orang yang bahagia hidup berkeluarga, jadi klausula para pengendali haruslah berstatus menikah itu WAJIB dan tidak bisa di ganggu gugat!"

"Jadi opsinya adalah merelakan perusahaan kakekmu atau kau menikah!"

Kalimat Salim membuat Chase termenung.

"Kakek pasti merana jika perusahaan itu jatuh ke tangan orang lain," gumamnya.

"Off course, kalau begitu satu-satunya jalan jika ingin menyelamatkan kerajaan kakekmu, kau harus menikah!"

"Pasti ada jalan lain, aku akan menemui kakekku begitu dia pulang dari perjalanan panjang bulan madunya yang entah ke berapa."

Salim tertawa.

"Aku heran, kau sangat menyayangi kakekmu yang begitu berbahagia hanya dengan satu wanita, tapi kau tidak tertarik mengikuti jejaknya, aneh!"

"Karena lingkungan ku orang-orang kawin cerai seperti domba, salah satunya kau!"

Tawa Salim kembali terdengar.

"Sorry Bro, aku 'turun naik' tapi bukan kawin cerai."

"Oleng kau!"

Related chapters

  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   WANITA DARI ALAM MAYA

    Daun yang berguguran mengiringi langkah Samantha memasuki rumah sakit. Hari ini dia akan membawa pulang Tristan Navarell, dia menamai si baby persis sesuai permintaan terakhir Tina. Karena persalinan yang sulit Tina akhirnya meninggal dunia dan dua bulan lamanya Tristan harus dirawat intensif di rumah sakit. Samantha menghampiri ruang pembayaran dan administrasi."Bu, saya akan membayar biaya perawatan pasien VViP 901." "Bik Bu, silahkan duduk saya cek terlebih dahulu." Samantha hanya mengangguk sambil berharap secepatnya dapat diselesaikan, karena sejak dia kehilangan Tina, Samantha selalu merasa susah bernafas jika sudah masuk area rumah sakit. Dia tahu itu psikis, karena kenangan akan Tina, akan tetapi sesaknya nyata hingga dia harus sering-sering mengirup nafas panjang."Bu, tagihannya sudah nol.""Nggak mungkin, karena Tina tidak punya siapa-siapa." "Ok, saya cek kembali." Sambil menunggu, Samantha mengirim pesan kepada Bianca y

    Last Updated : 2025-01-10
  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   MENGEJAR SANG PENGUASA

    "Silahkan duduk." Dengan setengah hati wanita itu mempersilahkan Samantha duduk.Melihat penampilan Samantha yang sederhana dan tidak mengikuti mode mungkin dia berpikir Samantha akan kikuk dengan sekeliling yang meneriakkan kemewahan.Samantha tidak pernah gentar dengan kekayaan, semewah apa pun, semegah apa pun, akan tetapi siang hari ini memang dia tidak terlalu percaya diri karena dia tidak sepenuhnya jujur dan itu tidak pernah terjadi dalam hidupnya. Jadi dia gugup dan nervous, akan tetapi jika dia tidak melanjutkan rencananya dia takut Tristan akan diambil darinya.Dia tahu Tristan bukan haknya tapi dia ingin memastikan Tristan mendapat perawatan dan mendapat kasih sayang yang baik sebelum dia melepaskannya. Samantha pun mengambil majalah yang kebetulan memasang wajah Tina, sang super model sebagai covernya. Tampilan Tina di cover itu begitu ceria karena foto itu diambil jauh sebelum Tina masuk rumah sakit. Samantha merasa matanya basah.

    Last Updated : 2025-01-10
  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   PLAKKK!

    Chase menunggu di kantornya dengan gelisah, dia tahu begitu melihat bayi yang akan di bawa wanita bermulut tajam itu, dia bisa langsung pastikan itu anaknya atau bukan, itu keturunan Navarell atau bukan!Tak lama pintu terbuka. Chase mengerutkan keningnya. Wanita yang berdiri di pintu segera masuk dan menutup pintu di belakangnya. Mereka saling memandang, kerutan di kening Chase makin dalam. Chase masih belum bersuara hingga suara lembut memecah kesunyian. "Kau memang pria plin plan." Chase terkejut dan seketika mengangkat keningnya. "Kau memang bermulut tajam," balas Chase. "Tadi..kau menyuruhku kembali, tapi sekarang..hanya melihat wajahmu aku tahu bahwa kau menginginkanku pergi, apa namanya kalau bukan tidak berpendirian?" "Aku mengira kau membawa bayimu, untuk apa kau sudah payah menemuiku tanpa membawa bayimu? Aku bermaksud memastikan bahwa itu memang keturunan Navarell, tapi sekarang aku tahu pasti dia bukan anakku." "Dari

    Last Updated : 2025-01-10
  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   TERNYATA....SANG PENGUASA!

    Samantha baru tahu bahwa dia bisa membenci seorang pria dengan begitu dahsyat walau belum pernah bertemu! "Tunggu sampai aku menemukanmu!" Samantha terus mengumpati pria tanpa wajah yang sudah meninggalkan sahabat karibnya yang kini sedang menunggu persalinan dalam kondisi patah hati. Samantha sedang mondar mandir mencari cara untuk menyeret pria yang konon kabarnya seorang penguasa, playboy bilioner.Tidak gampang membuat sahabatnya mau memberi tahu nama pria sialan itu, walau akhirnya dia mendapatkannya.'Ngapain juga si Tina pakai main rahasia segala, coba tahu namanya dari dulu, emang siapa pria itu? Syekh? Teroris? Presiden?' Hal itu masih mendominasi pikirannya saat dia sudah duduk di kursi first class sebuah maskapai penerbangan.Ketenangan di sekelilingnya tak mampu menepis kegelisahan akan keadaan sahabatnya. Ingat Tina, Samantha ingat pula dengan pria yang seenaknya pergi setelah mendapat kesenangan. Seperti apa sih tampangnya?

    Last Updated : 2025-01-10
  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   PRIA SULTAN SIALAN!

    Astagaaa....Indikator waktu terus bertambah...26, 27, 28...itu tandanya sudah 26 detik pria itu menerima teleponnya, bukan(?)"Kalau hanya mau ngomong sendiri tidak usah telepon, ribet amat hidupnya!" Suara maskulin terdengar mencela dengan mengulang kalimat Samantha.Otak Samantha kosong saking terkejutnya, dia berusaha mengingat apa saja yang sudah dikatakannya lalu aura pertahanan diri pun mengambil alih."Makanya hargai yang menelepon, masa sampai puluhan kali didiemin, buang aja ponselnya." Saat kalimatnya sudah meluncur, Samantha sadar itu keterlaluan. Arghh...jadi sudah dua kesalahan yang dia buat padahal mereka baru terhubung kurang dari satu menit. Ingin rasamya mengumpat dalam hati. Tapi sudahlah toh ini pria yang tidak bertanggung jawab itu! "Aku mengenalmu?" Kembali suara maskulin itu terdengar, datar dan dingin."Ti...dak." "Dari mana kau dapat nomorku?" "Itu tidak penting." Terdengar tawa maskulin, bukan tawa

    Last Updated : 2025-01-10

Latest chapter

  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   PLAKKK!

    Chase menunggu di kantornya dengan gelisah, dia tahu begitu melihat bayi yang akan di bawa wanita bermulut tajam itu, dia bisa langsung pastikan itu anaknya atau bukan, itu keturunan Navarell atau bukan!Tak lama pintu terbuka. Chase mengerutkan keningnya. Wanita yang berdiri di pintu segera masuk dan menutup pintu di belakangnya. Mereka saling memandang, kerutan di kening Chase makin dalam. Chase masih belum bersuara hingga suara lembut memecah kesunyian. "Kau memang pria plin plan." Chase terkejut dan seketika mengangkat keningnya. "Kau memang bermulut tajam," balas Chase. "Tadi..kau menyuruhku kembali, tapi sekarang..hanya melihat wajahmu aku tahu bahwa kau menginginkanku pergi, apa namanya kalau bukan tidak berpendirian?" "Aku mengira kau membawa bayimu, untuk apa kau sudah payah menemuiku tanpa membawa bayimu? Aku bermaksud memastikan bahwa itu memang keturunan Navarell, tapi sekarang aku tahu pasti dia bukan anakku." "Dari

  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   MENGEJAR SANG PENGUASA

    "Silahkan duduk." Dengan setengah hati wanita itu mempersilahkan Samantha duduk.Melihat penampilan Samantha yang sederhana dan tidak mengikuti mode mungkin dia berpikir Samantha akan kikuk dengan sekeliling yang meneriakkan kemewahan.Samantha tidak pernah gentar dengan kekayaan, semewah apa pun, semegah apa pun, akan tetapi siang hari ini memang dia tidak terlalu percaya diri karena dia tidak sepenuhnya jujur dan itu tidak pernah terjadi dalam hidupnya. Jadi dia gugup dan nervous, akan tetapi jika dia tidak melanjutkan rencananya dia takut Tristan akan diambil darinya.Dia tahu Tristan bukan haknya tapi dia ingin memastikan Tristan mendapat perawatan dan mendapat kasih sayang yang baik sebelum dia melepaskannya. Samantha pun mengambil majalah yang kebetulan memasang wajah Tina, sang super model sebagai covernya. Tampilan Tina di cover itu begitu ceria karena foto itu diambil jauh sebelum Tina masuk rumah sakit. Samantha merasa matanya basah.

  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   WANITA DARI ALAM MAYA

    Daun yang berguguran mengiringi langkah Samantha memasuki rumah sakit. Hari ini dia akan membawa pulang Tristan Navarell, dia menamai si baby persis sesuai permintaan terakhir Tina. Karena persalinan yang sulit Tina akhirnya meninggal dunia dan dua bulan lamanya Tristan harus dirawat intensif di rumah sakit. Samantha menghampiri ruang pembayaran dan administrasi."Bu, saya akan membayar biaya perawatan pasien VViP 901." "Bik Bu, silahkan duduk saya cek terlebih dahulu." Samantha hanya mengangguk sambil berharap secepatnya dapat diselesaikan, karena sejak dia kehilangan Tina, Samantha selalu merasa susah bernafas jika sudah masuk area rumah sakit. Dia tahu itu psikis, karena kenangan akan Tina, akan tetapi sesaknya nyata hingga dia harus sering-sering mengirup nafas panjang."Bu, tagihannya sudah nol.""Nggak mungkin, karena Tina tidak punya siapa-siapa." "Ok, saya cek kembali." Sambil menunggu, Samantha mengirim pesan kepada Bianca y

  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   DI MANA KITA BERCINTA?

    "Karena...." Samantha sedang menimbang bagaimana penyampaian yang tepat, yang bisa meminimalisir kerusakan."Karena dia hanya bualanmu saja?""Anakmu itu nyata." "Bagaimana mungkin kita bisa bikin anak kalau kita bertemu di alam maya? Di mana kita bercinta? Market place?" Samantha mengabaikan ejekan sinis si pria, ia tidak tahu harus mengatakan apa, pria ini salah mengira bahwa Samantha adalah ibu bayi itu, akan tetapi kalau Samantha membantah sekarang sepertinya makin membuat dia mengira ini telepon iseng! Yah sudah salah dari awal, nanti dia akan memikirkan cara untuk mengklarifikasi seandainya bisa, kalau pria ini menolak tanggung jawab toh mereka hanya hidup bertiga, untuk apa harus repot-repot membenarkan semuanya? Bodo amat dengan pria ini.Mungkin karena tidak mendengar jawaban atau tanggapan dari pihak Samantha, maka si pria mengulangi pertanyaannya dengan nada lebih mendesak."Jawab aku! Dimana kita bercinta?" "Grand Hyatt Melbourne," j

  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   PRIA SULTAN SIALAN!

    Astagaaa....Indikator waktu terus bertambah...26, 27, 28...itu tandanya sudah 26 detik pria itu menerima teleponnya, bukan(?)"Kalau hanya mau ngomong sendiri tidak usah telepon, ribet amat hidupnya!" Suara maskulin terdengar mencela dengan mengulang kalimat Samantha.Otak Samantha kosong saking terkejutnya, dia berusaha mengingat apa saja yang sudah dikatakannya lalu aura pertahanan diri pun mengambil alih."Makanya hargai yang menelepon, masa sampai puluhan kali didiemin, buang aja ponselnya." Saat kalimatnya sudah meluncur, Samantha sadar itu keterlaluan. Arghh...jadi sudah dua kesalahan yang dia buat padahal mereka baru terhubung kurang dari satu menit. Ingin rasamya mengumpat dalam hati. Tapi sudahlah toh ini pria yang tidak bertanggung jawab itu! "Aku mengenalmu?" Kembali suara maskulin itu terdengar, datar dan dingin."Ti...dak." "Dari mana kau dapat nomorku?" "Itu tidak penting." Terdengar tawa maskulin, bukan tawa

  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   TERNYATA....SANG PENGUASA!

    Samantha baru tahu bahwa dia bisa membenci seorang pria dengan begitu dahsyat walau belum pernah bertemu! "Tunggu sampai aku menemukanmu!" Samantha terus mengumpati pria tanpa wajah yang sudah meninggalkan sahabat karibnya yang kini sedang menunggu persalinan dalam kondisi patah hati. Samantha sedang mondar mandir mencari cara untuk menyeret pria yang konon kabarnya seorang penguasa, playboy bilioner.Tidak gampang membuat sahabatnya mau memberi tahu nama pria sialan itu, walau akhirnya dia mendapatkannya.'Ngapain juga si Tina pakai main rahasia segala, coba tahu namanya dari dulu, emang siapa pria itu? Syekh? Teroris? Presiden?' Hal itu masih mendominasi pikirannya saat dia sudah duduk di kursi first class sebuah maskapai penerbangan.Ketenangan di sekelilingnya tak mampu menepis kegelisahan akan keadaan sahabatnya. Ingat Tina, Samantha ingat pula dengan pria yang seenaknya pergi setelah mendapat kesenangan. Seperti apa sih tampangnya?

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status