Ethan menarik tangan Aleena untuk masuk ke dalam mobilnya. Tetapi baru saja mereka sampai di depan mobil Ethan, Aleena langsung menghempaskan tangan pria itu dengan kasar. "Tunggu dulu! Bagaimana bisa anakku ada di rumah orang tuamu?" Aleena seperti tersadar suatu hal, "Apakah kamu yang membawanya? Diam-diam kamu menjemput Ansel dan mempertemukannya dengan mereka?" "Aku tidak melakukannya." "Lalu bagaimana bisa Ansel berada di rumah orang tuamu?!" Aleena sama sekali tidak berniat untuk mempertemukan Ansel dengan kakek ataupun neneknya. Setidaknya untuk saat ini dia ingin fokus dulu sampai posisinya membaik. Ethan menghela napas panjang, menatap sabar ke arah Aleena yang menatap balik dirinya dengan penuh amarah. "Ibuku yang sudah menjemputnya di sekolah. Aku juga baru tahu dari pesan yang dikirimkan oleh ibuku barusan." Aleena menundukkan kepalanya, sekarang dirinya sudah ketahuan ada Ansel di antara dia dan Ethan. Dia tidak tahu bagaimana karakter mertuanya tetapi posisinya deng
"Tunggu dulu!" Aleena menghentikan langkahnya saat mereka baru saja akan menaiki anak tangga kediaman keluarga Shailendra. Dia meneguk saliva, entah kenapa kini dia semakin takut saat terbayang reaksi orang tua Ethan bertemu dengannya. "Ada apa?" "Aku perlu waktu." "Untuk apa?" Aleena menghela napas, dia menatap Ethan dengan kesal lalu berkata, "Bagaimana riasanku? Apakah masih ada?" Ethan terdiam beberapa saat, menatap Aleena dalam-dalam lalu menjawab, "Cantik." Aleena merasa tubuhnya membeku, seperti ada sesuatu yang berterbangan dalam perut. Dia bisa melihat ketulusan dari tatapan pria itu. Seakan kata-kata yang diucapkannya tadi, bukanlah sebuah kebohongan. Namun, Aleena segera menyadarkan dirinya. Di dunia ini, hanya Ansel yang peduli dan tulus sayang terhadapnya. Sangat tidak mungkin ada orang yang baru dia temui langsung memiliki perasaan cinta untuknya. Aleena berdeham, dia mengalihkan pandangan ke arah pintu masuk dan tepat pada saat itu pintu terbuka. Dua orang wani
Wajah ibu mertua Aleena langsung berubah masam. Dia berdiri dan menghampiri mereka, mendekati Ethan lalu berkata, "Kamu sudah tidak pernah pulang ke rumah dan sekalinya pulang malah berkata seperti ini?" Aleena langsung merasa tidak enak hati, Dia memegang lengan Ethan kemudian beralih pada ibu mertuanya. "Kami akan makan malam di sini, Ma." "Aleena—"Aleena menolehkan kepala dan menatap Ethan dengan tajam, "Ethan, lagi pula kita sudah sampai di sini. Mama kamu pasti sudah menyiapkan makan malam yang spesial untuk putranya."Ethan tidak langsung menjawab perkataan Aleena. Dia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menyetujui permintaan ibunya. Malam itu, Ethan terpaksa untuk makan malam di rumah bersama ibunya. Pelayan juga langsung menyiapkan makan malam untuk Aleena dan Ethan. Mereka mulai makan malam dalam keheningan. Sebenarnya Aleena merasa sedikit tidak nyaman karena ini adalah kali pertama dirinya makan malam bersama dengan keluarga orang lain. Terlebih suasana sekarang ter
"Tante, saya tidak—" kata-kata Aleena langsung dihentikan oleh Ethan yang memegang pergelangan tangannya. Aleena menolehkan kepala dan melihat pria itu menggeleng pelan. Kemudian Ethan berdiri menghampiri sang ibu lalu berkata, "Ma, tolong, jangan berpikiran seperti itu. Aleena bukan orang seperti yang Mama pikirkan." "Ethan," panggil Anna, menginterupsi pria itu supaya diam saja karena bicaranya sama sekali tidak membantu. Kemudian dia beralih pada sang ibu mertua, "Aku hanya khawatir bahwa Ansel akan mengganggu jam istirahat Anda. Sama sekali tidak terpikir aku seperti yang Anda katakan. Jika Ansel ingin tidur dengan neneknya, maka saya tidak akan mempermasalahkannya." Anna menyipitkan kedua matanya, tetapi dia hanya diam saja. Memandang Anna dengan selidik lalu beralih pada cucunya. "Ansel, apakah malam ini mau tidur bersama dengan nenek?" Anna dengan penuh harap. Ansel langsung menganggukkan kepalanya tanpa ragu, "Mau! Ansel ingin tidur dengan Nenek!""Hahaha, bagus! Ayo, kit
Aleena menarik selimut sampai kepala, menyembunyikan dirinya dari rasa malu sebab adegan sebelumnya di kamar mandi. Rasanya ingin marah tetapi perasaan Aleena saat ini lebih kepada tidak punya muka untuk menghadapi sang suami. Di saat dirinya tidak memakai sehelai benang pun untuk menutupi tubuh, Ethan malah melihat keseluruhan dirinya. "Kamu marah?" Aleena mendengar pertanyaan Ethan tetapi dia memilih untuk tetap diam. Dalam hati berharap bahwa pagi akan cepat datang. "Aleena," panggil Ethan lagi, "Aku sudah meminta maaf atas kejadian tadi tapi kenapa kamu tetap diam saja? Apakah kamu tidak memaafkanku?" "Aku mengantuk! Pergilah." Aleena tidak peduli, dia berusaha untuk memejamkan kedua mata. Namun, sepertinya Ethan tidak membiarkannya lolos dengan mudah. Tiba-tiba selimut yang menutupi tubuh Aleena terangkat seluruhnya, dia langsung saja bangkit dan menatap pria itu dengan tajam. "Apa yang kamu lakukan? Aku sudah bilang bahwa aku mengantuk!" Aleena berseru dengan amarah. Etha
Aleena tidak langsung menjawab pertanyaan Ethan, dia terdiam dengan pikiran yang dalam. Sesaat kemudian, tanpa berkata-kata, Aleena langsung berbalik dan pergi dari sana."Aleena, kamu mau kemana?" Ethan berteriak memanggilnya. Dia memegang pergelangan tangan Aleena dan menahan pergerakannya."Lepaskan aku!" Aleena berusaha untuk melepaskan dirinya tetapi tenaga Ethan begitu kuat sehingga dia memilih untuk berpasrah. "Apa yang kamu inginkan?"Ethan tidak menjawab, bertepatan dengan itu, dua buah mobil datang menghampiri mereka. Dua orang pria juga keluar dari kursi kemudi dan langsung membuka pintu belakang."Masuklah, jarak dari rumah ini ke pusat kota lumayan jauh, kamu tidak akan sanggup berjalan kaki sejauh itu.""Aku bisa naik—""Tidak ada taksi yang akan lewat ke daerah ini, halte bus juga sangat jauh," Ethan memotong perkataan Aleena. "Masuklah," perintahnya lagi.Aleena terdiam beberapa saat sebelum akhirnya dia berjalan menuju mobil yang ditunjuk Ethan. Dia melihat pria itu s
Aleena menatap Harry dengan perasaan tidak enak. Padahal Harry datang karena urusan Aleena. Pria itu bukan pria genit seperti yang dipikirkan Ethan. Aleena kemudian menoleh ke sebelah, tempat dimana Ethan memberikan tatapan tajam pada Harry. Aleena memegang lengan Ethan kemudian berkata, "Ayo, kita pergi saja!"Ethan tidak menghiraukan Aleena, dia masih menatap Harry lalu berkata, "Tuan Harry, bisa jelaskan apa maksud Anda mengajak istri saya bertemu di tempat seperti ini?"Tempat yang dimaksud oleh Ethan adalah sebuah cafe dengan nuansa yang romantis. Kebanyakan pengunjung yang datang berasal dari kalangan anak muda yang sedang bersama dengan mpasangannya masing-masing.Sebenarnya tidak ada alasan khusus mengenai cafe ini, hanya saja mereka memang mencari tempat di pertengahan supaya Aleena juga tidak terlalu jauh menjumpai Harry mengingat Aleena datang dari pinggiran kota."Saya rasa, meskipun Anda adalah suami Aleena, bukan berarti Anda boleh melarangnya untuk berteman dengan siap
Aleena tetap berusaha untuk menghubungi Ethan meskipun sambungan telepon pria itu selalu sibuk. Aleena sangat yakin bahwa Ansel bersama dengan ayah kandungnya. Dia akan berusaha untuk membawa kembali putranya meskipun Ethan memiliki kekuasaan yang sulit sekali untuk dilawan."Sebenarnya dia itu sedang bicara dengan siapa, sih?" Aleena mencengkram ponselnya dengan erat. Rasanya seperti ingin mencakar wajah Ethan. Tetapi saat ini tidak ada hal yang bisa dilakukannya selain menunggu kabar dari orang suruhan Harry dan berharap bahwa sang suami akan segera mengangkat panggilannya."Bagaimana? Apakah ada kabar?" tanya Aleena pada Harry yang baru saja menyelesaikan panggilan dengan orang suruhannya."Belum, mereka masih mencari tapi katanya Ansel dibawa pergi oleh seorang wanita ke taman bermain. Di sanalah Ansel menghilang," jelas Harry.Mendengarnya, Aleena langsung bisa menebak bahwa wanita yang dimaksud kemungkinan adalah ibu Ethan. Tapi, kenapa bisa menghilang di sana?Belum sempat Alee