Aleena menarik selimut sampai kepala, menyembunyikan dirinya dari rasa malu sebab adegan sebelumnya di kamar mandi. Rasanya ingin marah tetapi perasaan Aleena saat ini lebih kepada tidak punya muka untuk menghadapi sang suami. Di saat dirinya tidak memakai sehelai benang pun untuk menutupi tubuh, Ethan malah melihat keseluruhan dirinya. "Kamu marah?" Aleena mendengar pertanyaan Ethan tetapi dia memilih untuk tetap diam. Dalam hati berharap bahwa pagi akan cepat datang. "Aleena," panggil Ethan lagi, "Aku sudah meminta maaf atas kejadian tadi tapi kenapa kamu tetap diam saja? Apakah kamu tidak memaafkanku?" "Aku mengantuk! Pergilah." Aleena tidak peduli, dia berusaha untuk memejamkan kedua mata. Namun, sepertinya Ethan tidak membiarkannya lolos dengan mudah. Tiba-tiba selimut yang menutupi tubuh Aleena terangkat seluruhnya, dia langsung saja bangkit dan menatap pria itu dengan tajam. "Apa yang kamu lakukan? Aku sudah bilang bahwa aku mengantuk!" Aleena berseru dengan amarah. Etha
Aleena tidak langsung menjawab pertanyaan Ethan, dia terdiam dengan pikiran yang dalam. Sesaat kemudian, tanpa berkata-kata, Aleena langsung berbalik dan pergi dari sana."Aleena, kamu mau kemana?" Ethan berteriak memanggilnya. Dia memegang pergelangan tangan Aleena dan menahan pergerakannya."Lepaskan aku!" Aleena berusaha untuk melepaskan dirinya tetapi tenaga Ethan begitu kuat sehingga dia memilih untuk berpasrah. "Apa yang kamu inginkan?"Ethan tidak menjawab, bertepatan dengan itu, dua buah mobil datang menghampiri mereka. Dua orang pria juga keluar dari kursi kemudi dan langsung membuka pintu belakang."Masuklah, jarak dari rumah ini ke pusat kota lumayan jauh, kamu tidak akan sanggup berjalan kaki sejauh itu.""Aku bisa naik—""Tidak ada taksi yang akan lewat ke daerah ini, halte bus juga sangat jauh," Ethan memotong perkataan Aleena. "Masuklah," perintahnya lagi.Aleena terdiam beberapa saat sebelum akhirnya dia berjalan menuju mobil yang ditunjuk Ethan. Dia melihat pria itu s
Aleena menatap Harry dengan perasaan tidak enak. Padahal Harry datang karena urusan Aleena. Pria itu bukan pria genit seperti yang dipikirkan Ethan. Aleena kemudian menoleh ke sebelah, tempat dimana Ethan memberikan tatapan tajam pada Harry. Aleena memegang lengan Ethan kemudian berkata, "Ayo, kita pergi saja!"Ethan tidak menghiraukan Aleena, dia masih menatap Harry lalu berkata, "Tuan Harry, bisa jelaskan apa maksud Anda mengajak istri saya bertemu di tempat seperti ini?"Tempat yang dimaksud oleh Ethan adalah sebuah cafe dengan nuansa yang romantis. Kebanyakan pengunjung yang datang berasal dari kalangan anak muda yang sedang bersama dengan mpasangannya masing-masing.Sebenarnya tidak ada alasan khusus mengenai cafe ini, hanya saja mereka memang mencari tempat di pertengahan supaya Aleena juga tidak terlalu jauh menjumpai Harry mengingat Aleena datang dari pinggiran kota."Saya rasa, meskipun Anda adalah suami Aleena, bukan berarti Anda boleh melarangnya untuk berteman dengan siap
Aleena tetap berusaha untuk menghubungi Ethan meskipun sambungan telepon pria itu selalu sibuk. Aleena sangat yakin bahwa Ansel bersama dengan ayah kandungnya. Dia akan berusaha untuk membawa kembali putranya meskipun Ethan memiliki kekuasaan yang sulit sekali untuk dilawan."Sebenarnya dia itu sedang bicara dengan siapa, sih?" Aleena mencengkram ponselnya dengan erat. Rasanya seperti ingin mencakar wajah Ethan. Tetapi saat ini tidak ada hal yang bisa dilakukannya selain menunggu kabar dari orang suruhan Harry dan berharap bahwa sang suami akan segera mengangkat panggilannya."Bagaimana? Apakah ada kabar?" tanya Aleena pada Harry yang baru saja menyelesaikan panggilan dengan orang suruhannya."Belum, mereka masih mencari tapi katanya Ansel dibawa pergi oleh seorang wanita ke taman bermain. Di sanalah Ansel menghilang," jelas Harry.Mendengarnya, Aleena langsung bisa menebak bahwa wanita yang dimaksud kemungkinan adalah ibu Ethan. Tapi, kenapa bisa menghilang di sana?Belum sempat Alee
Ethan memegang tangan Aleena kemudian berkata, "Jangan habiskan energimu sekarang!"Aleena mengerutkan kening, tanda kebingungan. Tetapi sesaat kemudian Ethan langsung berkata pada pelayan, "Panggilkan Ivander sekarang."Pelayan menyipitkan kedua mata, dua lelaki yang datang bersama dengan Aleena, dia merasa tidak pernah bertemu dengannya. Tetapi pria yang berbicara dengannya, seperti memiliki sesuatu yang menarik perhatiannya. Gayanya berbicara, seakan mampu menghipnotis pelayan dan langsung melakukan perintahnya tanpa membantah."Baik, saya akan segera memanggil Tuan Ivander." Pelayan itu langsung mengambil ponselnya dan menekan nomor sang tuan. Saat ini tentu saja Ivander sedang berada di perusahaan. Meski tahu hal itu, Ethan tetap menyuruh pelayan untuk memanggilnya ke rumah."Panggilkan juga dua wanita itu kemari!" perintah Ethan lagi.Tanpa bertanya pun, pelayan langsung paham maksud Ethan. Dia segera membungku sebagai tanda hormat lalu naik ke lantai dua untuk memanggil istri
Mendengar kalimat menyakitkan yang keluar dari bibir sang ayah tidak membuat Aleena terkejut. Dia menatap Ivander dengan sinis, seorang ayah yang seharusnya berperan sebagai cinta pertama putrinya, malah menjadi orang yang menjerumuskan Aleena ke dasar Palung Mariana. "Di mana putri kebanggaanmu itu? Suruh dia untuk segera mengembalikan putraku!" Aleena tanpa ragu berteriak di depan wajah ayahnya.Melihat Aleena yang begitu berani terhadapnya, seketika membuat Ivander naik pitam. Dia langsung mengangkat tangan, hendak memberikan tamparan keras di wajah Aleena. Namun, belum sempat telapak tangannya yang besar menyentuh pipi Aleena, pergelangan tangan yang langsung ditahan oleh Ethan. Dia menoleh dan melihat pria itu yang menatapnya dengan tajam. "Siapa kamu? Beraninya mencampuri urusanku!" Ivander semakin marah saat Ethan menghempaskan tangannya dengan kasar. "Saya adalah suami Aleena, tidak peduli bahwa Anda adalah ayah kandungnya, jika berani menyentuh dia, jangan harap bisa beru
Mendengar kalimat ancaman yang dilayangkan Ethan untuknya, seketika tubuh Ivander bergetar. Dia seakan tidak memiliki kuasa untuk membalikkan keadaan. Ivander melihat ke arah sang istri, tetapi istrinya itu malah menggelengkan kepala. Bahkan memberikan isyarat untuk tidak mencari masalah dengannya.Entah benar atau tidak kata-kata yang diucapkan Ethan, bahwa dia adalah CEO Shailendra grup, tetapi caranya berbicara dan juga pakaian yang dikenakan, membuat Helena berpikir bahwa Ethan bukanlah orang sembarangan. Lebih baik jangan berurusan dengan orang sepertinya jika ingin berumur panjang.Sementara Ivander, dia dipaksa untuk mundur, itu telah melukai harga dirinya. Dia merasa bahwa tidak ada satu orangpun yang dapat menjatuhkannya. Jadi, masih memandang remeh ke arah Ethan. "Berani sekali kamu mengancamku!" Ivander menunju wajah Ethan dengan kesal.Ethan hanya menatap balik dengan wajah datar tetapi langsung membuat nyali Ivander yang tadi sempat naik, menjadi kembali menciut. Dia tid
Mendengar putranya sudah ditemukan, Aleena langsung berggeas pergi dari sana. Dia dengan ditemani Ethan, secara tidak sadar melupakan Harry yang sampai saat ini juga menemaninya. Sebab ketika mereka berada di depan kediaman Anderson, sudah ada sebuah mobil yang menunggu. Tentu saja mobil itu adalah milik Ethan.Sementara Harry, dia sama sekali tidak memasukan ke dalam hati tindakan Aleena yang melupakan kehadirannya. Dia langsung saja mengekor di belakang dan mengikuti kemanapun Aleena pergi. Meski dirinya di lupakan, tetapi melihat Aleena dalam keadaan tenang, merupakan hal yang sangat dia inginkan.Di dalam kediaman Anderson, seketika Eloise langsung diliputi perasaan cemas. Tubuhnya bergetar ketakutan. "Tidak bisa! Bagaimana bisa ketahuan secepat ini?" Eloise bergumam.Melihat tingkah aneh putrinya, seketika membuat Ivander curiga. Dia berjalan mendekati Eloise lalu berkata, "Apakah yang dikatakan oleh Aleena tadi benar? Bahwa kamu sudah menculik anaknya?"Eloise membelalak, dia m