Aleena tidak langsung menjawab pertanyaan Ethan, dia terdiam dengan pikiran yang dalam. Sesaat kemudian, tanpa berkata-kata, Aleena langsung berbalik dan pergi dari sana."Aleena, kamu mau kemana?" Ethan berteriak memanggilnya. Dia memegang pergelangan tangan Aleena dan menahan pergerakannya."Lepaskan aku!" Aleena berusaha untuk melepaskan dirinya tetapi tenaga Ethan begitu kuat sehingga dia memilih untuk berpasrah. "Apa yang kamu inginkan?"Ethan tidak menjawab, bertepatan dengan itu, dua buah mobil datang menghampiri mereka. Dua orang pria juga keluar dari kursi kemudi dan langsung membuka pintu belakang."Masuklah, jarak dari rumah ini ke pusat kota lumayan jauh, kamu tidak akan sanggup berjalan kaki sejauh itu.""Aku bisa naik—""Tidak ada taksi yang akan lewat ke daerah ini, halte bus juga sangat jauh," Ethan memotong perkataan Aleena. "Masuklah," perintahnya lagi.Aleena terdiam beberapa saat sebelum akhirnya dia berjalan menuju mobil yang ditunjuk Ethan. Dia melihat pria itu s
Aleena menatap Harry dengan perasaan tidak enak. Padahal Harry datang karena urusan Aleena. Pria itu bukan pria genit seperti yang dipikirkan Ethan. Aleena kemudian menoleh ke sebelah, tempat dimana Ethan memberikan tatapan tajam pada Harry. Aleena memegang lengan Ethan kemudian berkata, "Ayo, kita pergi saja!"Ethan tidak menghiraukan Aleena, dia masih menatap Harry lalu berkata, "Tuan Harry, bisa jelaskan apa maksud Anda mengajak istri saya bertemu di tempat seperti ini?"Tempat yang dimaksud oleh Ethan adalah sebuah cafe dengan nuansa yang romantis. Kebanyakan pengunjung yang datang berasal dari kalangan anak muda yang sedang bersama dengan mpasangannya masing-masing.Sebenarnya tidak ada alasan khusus mengenai cafe ini, hanya saja mereka memang mencari tempat di pertengahan supaya Aleena juga tidak terlalu jauh menjumpai Harry mengingat Aleena datang dari pinggiran kota."Saya rasa, meskipun Anda adalah suami Aleena, bukan berarti Anda boleh melarangnya untuk berteman dengan siap
Aleena tetap berusaha untuk menghubungi Ethan meskipun sambungan telepon pria itu selalu sibuk. Aleena sangat yakin bahwa Ansel bersama dengan ayah kandungnya. Dia akan berusaha untuk membawa kembali putranya meskipun Ethan memiliki kekuasaan yang sulit sekali untuk dilawan."Sebenarnya dia itu sedang bicara dengan siapa, sih?" Aleena mencengkram ponselnya dengan erat. Rasanya seperti ingin mencakar wajah Ethan. Tetapi saat ini tidak ada hal yang bisa dilakukannya selain menunggu kabar dari orang suruhan Harry dan berharap bahwa sang suami akan segera mengangkat panggilannya."Bagaimana? Apakah ada kabar?" tanya Aleena pada Harry yang baru saja menyelesaikan panggilan dengan orang suruhannya."Belum, mereka masih mencari tapi katanya Ansel dibawa pergi oleh seorang wanita ke taman bermain. Di sanalah Ansel menghilang," jelas Harry.Mendengarnya, Aleena langsung bisa menebak bahwa wanita yang dimaksud kemungkinan adalah ibu Ethan. Tapi, kenapa bisa menghilang di sana?Belum sempat Alee
Ethan memegang tangan Aleena kemudian berkata, "Jangan habiskan energimu sekarang!"Aleena mengerutkan kening, tanda kebingungan. Tetapi sesaat kemudian Ethan langsung berkata pada pelayan, "Panggilkan Ivander sekarang."Pelayan menyipitkan kedua mata, dua lelaki yang datang bersama dengan Aleena, dia merasa tidak pernah bertemu dengannya. Tetapi pria yang berbicara dengannya, seperti memiliki sesuatu yang menarik perhatiannya. Gayanya berbicara, seakan mampu menghipnotis pelayan dan langsung melakukan perintahnya tanpa membantah."Baik, saya akan segera memanggil Tuan Ivander." Pelayan itu langsung mengambil ponselnya dan menekan nomor sang tuan. Saat ini tentu saja Ivander sedang berada di perusahaan. Meski tahu hal itu, Ethan tetap menyuruh pelayan untuk memanggilnya ke rumah."Panggilkan juga dua wanita itu kemari!" perintah Ethan lagi.Tanpa bertanya pun, pelayan langsung paham maksud Ethan. Dia segera membungku sebagai tanda hormat lalu naik ke lantai dua untuk memanggil istri
Mendengar kalimat menyakitkan yang keluar dari bibir sang ayah tidak membuat Aleena terkejut. Dia menatap Ivander dengan sinis, seorang ayah yang seharusnya berperan sebagai cinta pertama putrinya, malah menjadi orang yang menjerumuskan Aleena ke dasar Palung Mariana. "Di mana putri kebanggaanmu itu? Suruh dia untuk segera mengembalikan putraku!" Aleena tanpa ragu berteriak di depan wajah ayahnya.Melihat Aleena yang begitu berani terhadapnya, seketika membuat Ivander naik pitam. Dia langsung mengangkat tangan, hendak memberikan tamparan keras di wajah Aleena. Namun, belum sempat telapak tangannya yang besar menyentuh pipi Aleena, pergelangan tangan yang langsung ditahan oleh Ethan. Dia menoleh dan melihat pria itu yang menatapnya dengan tajam. "Siapa kamu? Beraninya mencampuri urusanku!" Ivander semakin marah saat Ethan menghempaskan tangannya dengan kasar. "Saya adalah suami Aleena, tidak peduli bahwa Anda adalah ayah kandungnya, jika berani menyentuh dia, jangan harap bisa beru
Mendengar kalimat ancaman yang dilayangkan Ethan untuknya, seketika tubuh Ivander bergetar. Dia seakan tidak memiliki kuasa untuk membalikkan keadaan. Ivander melihat ke arah sang istri, tetapi istrinya itu malah menggelengkan kepala. Bahkan memberikan isyarat untuk tidak mencari masalah dengannya.Entah benar atau tidak kata-kata yang diucapkan Ethan, bahwa dia adalah CEO Shailendra grup, tetapi caranya berbicara dan juga pakaian yang dikenakan, membuat Helena berpikir bahwa Ethan bukanlah orang sembarangan. Lebih baik jangan berurusan dengan orang sepertinya jika ingin berumur panjang.Sementara Ivander, dia dipaksa untuk mundur, itu telah melukai harga dirinya. Dia merasa bahwa tidak ada satu orangpun yang dapat menjatuhkannya. Jadi, masih memandang remeh ke arah Ethan. "Berani sekali kamu mengancamku!" Ivander menunju wajah Ethan dengan kesal.Ethan hanya menatap balik dengan wajah datar tetapi langsung membuat nyali Ivander yang tadi sempat naik, menjadi kembali menciut. Dia tid
Mendengar putranya sudah ditemukan, Aleena langsung berggeas pergi dari sana. Dia dengan ditemani Ethan, secara tidak sadar melupakan Harry yang sampai saat ini juga menemaninya. Sebab ketika mereka berada di depan kediaman Anderson, sudah ada sebuah mobil yang menunggu. Tentu saja mobil itu adalah milik Ethan.Sementara Harry, dia sama sekali tidak memasukan ke dalam hati tindakan Aleena yang melupakan kehadirannya. Dia langsung saja mengekor di belakang dan mengikuti kemanapun Aleena pergi. Meski dirinya di lupakan, tetapi melihat Aleena dalam keadaan tenang, merupakan hal yang sangat dia inginkan.Di dalam kediaman Anderson, seketika Eloise langsung diliputi perasaan cemas. Tubuhnya bergetar ketakutan. "Tidak bisa! Bagaimana bisa ketahuan secepat ini?" Eloise bergumam.Melihat tingkah aneh putrinya, seketika membuat Ivander curiga. Dia berjalan mendekati Eloise lalu berkata, "Apakah yang dikatakan oleh Aleena tadi benar? Bahwa kamu sudah menculik anaknya?"Eloise membelalak, dia m
Tidak terdapat tugas serius di tubuh Ansel sehingga membuatnya harus dirawat di rumah sakit. Tetapi, karena Ethan dan Aleena merasa tidak yakin, mereka meminta dokter untuk tetap merawat Ansel. Kejadian penculikan tersebut telah menimbulkan trauma yang sangat dalam bagi Ansel sehingga membutuhkan penanganan serius dari psikolog anak. Berapa hari setelah kejadian penculikan tersebut, Ansel terlihat kesulitan untuk tidur dan juga makan. Setiap kali bocah itu sudah akan tertidur puas, selalu saja dihantui dengan mimpi buruk yang membuatnya akan langsung terbangun dalam kondisi tubuh yang ketakutan. Ansel juga sempat kenal aku untuk makan sehingga membuat Aleena dan Ethan semakin cemas.Namun, setelah hampir datang bulan mereka berada di rumah sakit, mereka merasa Ansel lebih membutuhkan situasi yang tenang untuk bisa mendukung kesembuhannya. "Apa kita bawa saja dia ke rumah? Mungkin dengan suasana di rumah, akan membuatnya lupa dengan kejadian itu," Aleena berkata pada Ethan saat baru
Dua minggu sebelum Aleena dan Harry bertemu. Sebelum artikel-artikel yang memunculkan berita miring mengenai Eloise, tiba-tiba Harry mendapatkan sebuah panggilan dari nomor tanpa nama, dia mengangkat panggilan tersebut tanpa curiga."Halo, dengan siapa saya bicara?" Harry diam saat orang itu berbicara, dan setelahnya, ekspresi wajah Harry berubah serius. "Baik, saya akan ke sana dalam satu jam."Harry berjalan menuju ruang private yang berada di sebuah restoran mewah di mall terbesar yang ada di pusat kota. Sepanjang perjalanan, dia tidak henti bertanya-tanya alasan pria itu memintanya untuk datang. Padahal mereka sama sekali tidak dekat, mereka pun sama-sama bersaing untuk mendapatkan hati Aleena. Dia sudah bersiap dengan kata-kata penolakan jika seandanya nanti Ethan menyuruhnya untuk pergi menjauhi Aleena. Namun, yang terjadi saat ini sangat berbanding terbalik dengan yang dia pikirkan sepanjang perjalanan menuju kemari. Ethan malah memberikan sebuah flashdisk berisi beberapa inf
"Tidak ada!" Aleena melihat Ansel lalu kembali berkata, "Jangan dengarkan kata-katanya! Terkadang anak-anak memiiki imajinasi di luar dugaan orang dewasa."Aleena langsung buru-buru mengambil mainan dari tangan putranya kemudian menuntunnya duduk di kursi makan. Dia mengambilkan makanan untuk Ansel dan tidak menyadari melakukan hal yang sama untuk Ethan. Melihat sikap Aleena yang tiba-tiba gugup, seketika membuat Ethan merasa lucu. Dia segera bergabung dengan keduanya. "Ansel, makanlah dengan baik. Usahakan jangan berantakan, mengerti?"Merasa dirinya diperhatikan, Aleena mengangkat wajah dan saat itu dia bertemu tatap dengan Ethan. "Ada apa?" Aleena bertanya tanpa sadar nada suaranya menjadi ketus."Kenapa marah padaku? Apakah karena sebenarnya ada hadiah untukku tapi kamu terlalu malu untuk mengatakan yang sejujurnya?" ucap Ethan sebelum memasukkan sepotong steak ke dalam mulutnya.Aleena hendak membantah tetapi langsung diurungkan. Melihat ada Ansel di antara mereka, tidak baik u
"Sayang, aku mohon dengarkan aku dulu. Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Eloise pasti memiliki alasan kenapa dia melakukannya," Helena berusaha untuk membujuk Ivander supaya mempercayai perkataannya. Dia tidak bisa membiarkan suaminya mencoret nama Eloise dari daftar pewaris keluarga Anderson. "Aku sudah memberikan waktu pada kalian membuktikan bahwa Eloise tidak bersalah. Kuperintahkan untuk segera membereskan kekacauan yang sudah kalian buat. Tapi, apa ini? Eloise dipenjara dan membuat keadaan perusahaan semakin kacau! Kalian mau membuatku hancur, ya?!" Wajah Ivander sudah sangat merah saking besar amarah yang dirasakannya. Pria itu nampak seperti bisa menghancurkan apapun yang ada di depannya. Baru kali ini dia melihat kemarahan Ivander yang tidak biasa. Sampai-sampai dia merasa khawatir dengan keselamatannya di masa depan.Namun, Helena penuh dengan rasa percaya diri yang tinggi. Dia berusaha untuk tetap tersenyum di depan sang suami. Helena mencoba memegang lengan Ivan
Aleena buru-buru melepaskan diri dari Ethan sehingga membuat Ansel yang berada di tengah-tengah mereka menjadi kebingungan. Dia berusaha untuk mengubah ekspresi wajahnya seperti biasa. "Ansel, karena Papa sudah ada di sini, sebaiknya Ansel tidur. Hari sudah malam, sudah waktunya untuk kita beristirahat," ucap Aleena seraya merebahkan diri di samping Ansel. "Mama, kenapa wajah Mama merah? Apakah Mama sakit?" Mendengar kalimat Ansel, seketika Aleena mengangkat wajah dan menatap Ethan. Buru-buru dia mengalihkan pandangan, dia tidak berani untuk menatap suaminya. Rasanya seperti jantung akan meledak jika bertemu pandang dengannya. "Tidak, mama hanya lelah dan ingin istirahat saja. Lebih baik sekarang kita tidur, ya?" Aleena benar-benar menghindari kontak mata dengan Ethan. Dia langsung menarik selimut, menutupi tubuhnya dan Ansel. Dalam hati berharap bahwa tidak akan ada lagi pertanyaan serta hari langsung berganti menjadi pagi. Baru saja Aleena mendengarkan embusan napas Ansel yang
Aleena tersenyum saat pandangan matanya bertemu dengan Ansel. Dia baru saja menemani putranya konsultasi dengan psikolog. Hasilnya pun sudah sesuai dengan dugaan bahwa Ansel mengalami gangguan trauma pasca penculikan. Namun, melihat bocah itu yang sudah mau berinteraksi dengan orang lain, meski belum sembuh benar sudah merupakan hal yang baik. Mereka diminta untuk terus menemaninya kemanapun bocah itu pergi.Aleena berpikir bahwa masih belum terlambat, dia pasti akan mengusahakan yang terbaik untuk putranya. Berharap ke depannya juga akan ada beberapa terapi ataupun pengobatan supaya bisa mengembalikan keceriaan di wajah Ansel. Melihat suasana sekitar dan ternyata dirinya masih tidak mendapati Ethan berada di sana, seketika Aleena diliputi perasaan kecewa. Pria itu sudah berjanji untuk menyusul mereka di rumah sakit tetapi sekarang nyatanya janji itu hanya omong kosong belaka."Ma, ayo, kita pulang!" ajak Ansel setelah dia menghabiskan ice cream di tangannya.Aleena langsung memasan
Setelah mengatakannya, Aleena langsung berdiri dan meninggalkan Ethan yang masih termenung memikirkan kata-katanya. Dalam hatinya ada sedikit rasa malu karena secara tidak langsung, dia telah mengungkapkan perasaannya. Saat sampai di depan pintu lift, Aleena terdiam sejenak dan melihat tempat dimana Ethan masih duduk tanpa bergerak sedikitpun. Seketika itu juga hatinya diliputi perasaan kecewa sebab berharap bahwa pria itu akan mengejarnya dan menanyakan lebih jelas tentang perasaannya. Tetapi, yang terjadi adalah Ethan masih duduk di kursi taman tanpa berniat untuk mengejarnya.Aleena tersenyum merutuki kebodohannya. Mana mungkin Ethan melihatnya sebagai seorang wanita ketika tembok yang menghalangi mereka begitu tinggi dan sulit untuk dihancurkan. Pada akhirnya dia memilih untuk masuk ke dalam lift meninggalkan Ethan sendirian.Tanpa diketahui oleh Aleena, Ethan terdiam sebab memikirkan kata-katanya. Dia tidak mau menjadi salah paham dan mengira Aleena sudah mulai bisa membuka hati
Eloise membelalak, lelaki mana yang dimaksud suaminya? Dia langsung mengambil kotak hadiah tersebut kemudian membukanya. Benar saja, bahwa di dalam kotak itu terdapat beberapa foto dirinya dengan pria lain sedang masuk ke dalam hotel berbintang. Semua detail sangat jelas sehingga dia tidak akan bisa mengelak.Namun, Eloise mana mau mengakuinya, dia merobek kumpulan foto itu kemudian memeluk lengan Darius. Dia menggelengkan kepalanya dengan dan saat itulah air matanya mengalir keluar. "Kakak, semua foto-foto ini tidak seperti yang kamu kira. Aku tidak pernah mengenalnya. Foto-foto ini pasti sudah direkayasa oleh orang yang tidak menyukaiku. Aku tidak pernah berselingkuh darimu, Kak," Eloise membela dirinya.Darius menatap Eloise dan masih terlihat ketidakpercayaan dari sorot matanya. Segera Eloise mengusap dada bidangnya kemudian bersandar di sana. "Kakak tahu betapa aku mencintai Kakak. Aku sampai merelakan hubungan persaudaraanku rusak hanya demi bisa hidup bahagia bersama dengan K
Aleena menyeruput kopi hitamnya dengan penuh nikmat sembari melihat pemandangan pagi hari dari atap rumah yang semalam diberitahukan oleh Ethan. Hari ini suasana hatinya dalam kondisi baik sebab Ansel yang juga sudah mulai membaik. Meskipun belum sepenuhnya keceriaan itu hadir, tetapi Aleena sudah merasa sangat bahagia setelah melihat beberapa hari ini kedapatan melihat Ansel yang tertawa saat sedang bermain dengan Nancy. Saat sedang memikirkan betapa hatinya merasa senang, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahunya. Otomatis dia langsung menoleh dan seketika itu juga Aleena bisa bernapas dengan lega. "Ethan! Kamu mengejutkanku!" Aleena berseru dengan kedua tangan yang menyentuh dadanya. Beruntung dia tidak sedang memegang secangkir kopi panas. Jika iya, sudah pasti tangannya akan menjadi korban. "Apa yang kamu pikirkan, Aleena? Serius sekali sampai tidak menyadari kedatanganku." Ethan langsung mengambil posisi di samping Aleena. Aleena menggelengkan kepalanya, dia mengambil
Melihat Ansel yang dengan mudah langsung mengikuti Nancy, seketika membuat Aleena merasa sangat senang. Dia tahu bahwa orang-orang yang dipekerjakan oleh Ethan adalah orang yang bisa dipercaya. Jadi, saat Ansel langsung mengikuti langkah Nancy naik ke lantai dua dan masuk ke kamarnya, seketika hati Aleena menghangat. Penculikan yang dialami oleh putranya, telah meninggalkan trauma yang lumayan dahsyat dalam pikirannya. Sejak kejadian itu, sulit sekali untuk mendekati Ansel. Bahkan Ethan sempat tidak diterima dengan baik oleh anaknya sendiri. Sehingga membutuhkan pendekatan yang lumayan menguras hati dan pikiran untuk bisa berbicara dengannya. Lalu, saat mereka akhirnya memutuskan untuk merawat Ansel di rumah, ketika pelayan Nancy mendekati Ansel dan langsung diterima dengan tangan terbuka, merupakan kebahagiaan yang tidak bisa dideskripsikan oleh Aleena. Putranya yang sulit didekati, akhirnya secara perlahan bisa kembali seperti sebelumnya. Walaupun tentu saja perubahan itu belum me