Ethan memegang tangan Aleena kemudian berkata, "Jangan habiskan energimu sekarang!"Aleena mengerutkan kening, tanda kebingungan. Tetapi sesaat kemudian Ethan langsung berkata pada pelayan, "Panggilkan Ivander sekarang."Pelayan menyipitkan kedua mata, dua lelaki yang datang bersama dengan Aleena, dia merasa tidak pernah bertemu dengannya. Tetapi pria yang berbicara dengannya, seperti memiliki sesuatu yang menarik perhatiannya. Gayanya berbicara, seakan mampu menghipnotis pelayan dan langsung melakukan perintahnya tanpa membantah."Baik, saya akan segera memanggil Tuan Ivander." Pelayan itu langsung mengambil ponselnya dan menekan nomor sang tuan. Saat ini tentu saja Ivander sedang berada di perusahaan. Meski tahu hal itu, Ethan tetap menyuruh pelayan untuk memanggilnya ke rumah."Panggilkan juga dua wanita itu kemari!" perintah Ethan lagi.Tanpa bertanya pun, pelayan langsung paham maksud Ethan. Dia segera membungku sebagai tanda hormat lalu naik ke lantai dua untuk memanggil istri
Mendengar kalimat menyakitkan yang keluar dari bibir sang ayah tidak membuat Aleena terkejut. Dia menatap Ivander dengan sinis, seorang ayah yang seharusnya berperan sebagai cinta pertama putrinya, malah menjadi orang yang menjerumuskan Aleena ke dasar Palung Mariana. "Di mana putri kebanggaanmu itu? Suruh dia untuk segera mengembalikan putraku!" Aleena tanpa ragu berteriak di depan wajah ayahnya.Melihat Aleena yang begitu berani terhadapnya, seketika membuat Ivander naik pitam. Dia langsung mengangkat tangan, hendak memberikan tamparan keras di wajah Aleena. Namun, belum sempat telapak tangannya yang besar menyentuh pipi Aleena, pergelangan tangan yang langsung ditahan oleh Ethan. Dia menoleh dan melihat pria itu yang menatapnya dengan tajam. "Siapa kamu? Beraninya mencampuri urusanku!" Ivander semakin marah saat Ethan menghempaskan tangannya dengan kasar. "Saya adalah suami Aleena, tidak peduli bahwa Anda adalah ayah kandungnya, jika berani menyentuh dia, jangan harap bisa beru
Mendengar kalimat ancaman yang dilayangkan Ethan untuknya, seketika tubuh Ivander bergetar. Dia seakan tidak memiliki kuasa untuk membalikkan keadaan. Ivander melihat ke arah sang istri, tetapi istrinya itu malah menggelengkan kepala. Bahkan memberikan isyarat untuk tidak mencari masalah dengannya.Entah benar atau tidak kata-kata yang diucapkan Ethan, bahwa dia adalah CEO Shailendra grup, tetapi caranya berbicara dan juga pakaian yang dikenakan, membuat Helena berpikir bahwa Ethan bukanlah orang sembarangan. Lebih baik jangan berurusan dengan orang sepertinya jika ingin berumur panjang.Sementara Ivander, dia dipaksa untuk mundur, itu telah melukai harga dirinya. Dia merasa bahwa tidak ada satu orangpun yang dapat menjatuhkannya. Jadi, masih memandang remeh ke arah Ethan. "Berani sekali kamu mengancamku!" Ivander menunju wajah Ethan dengan kesal.Ethan hanya menatap balik dengan wajah datar tetapi langsung membuat nyali Ivander yang tadi sempat naik, menjadi kembali menciut. Dia tid
Mendengar putranya sudah ditemukan, Aleena langsung berggeas pergi dari sana. Dia dengan ditemani Ethan, secara tidak sadar melupakan Harry yang sampai saat ini juga menemaninya. Sebab ketika mereka berada di depan kediaman Anderson, sudah ada sebuah mobil yang menunggu. Tentu saja mobil itu adalah milik Ethan.Sementara Harry, dia sama sekali tidak memasukan ke dalam hati tindakan Aleena yang melupakan kehadirannya. Dia langsung saja mengekor di belakang dan mengikuti kemanapun Aleena pergi. Meski dirinya di lupakan, tetapi melihat Aleena dalam keadaan tenang, merupakan hal yang sangat dia inginkan.Di dalam kediaman Anderson, seketika Eloise langsung diliputi perasaan cemas. Tubuhnya bergetar ketakutan. "Tidak bisa! Bagaimana bisa ketahuan secepat ini?" Eloise bergumam.Melihat tingkah aneh putrinya, seketika membuat Ivander curiga. Dia berjalan mendekati Eloise lalu berkata, "Apakah yang dikatakan oleh Aleena tadi benar? Bahwa kamu sudah menculik anaknya?"Eloise membelalak, dia m
Tidak terdapat tugas serius di tubuh Ansel sehingga membuatnya harus dirawat di rumah sakit. Tetapi, karena Ethan dan Aleena merasa tidak yakin, mereka meminta dokter untuk tetap merawat Ansel. Kejadian penculikan tersebut telah menimbulkan trauma yang sangat dalam bagi Ansel sehingga membutuhkan penanganan serius dari psikolog anak. Berapa hari setelah kejadian penculikan tersebut, Ansel terlihat kesulitan untuk tidur dan juga makan. Setiap kali bocah itu sudah akan tertidur puas, selalu saja dihantui dengan mimpi buruk yang membuatnya akan langsung terbangun dalam kondisi tubuh yang ketakutan. Ansel juga sempat kenal aku untuk makan sehingga membuat Aleena dan Ethan semakin cemas.Namun, setelah hampir datang bulan mereka berada di rumah sakit, mereka merasa Ansel lebih membutuhkan situasi yang tenang untuk bisa mendukung kesembuhannya. "Apa kita bawa saja dia ke rumah? Mungkin dengan suasana di rumah, akan membuatnya lupa dengan kejadian itu," Aleena berkata pada Ethan saat baru
Aleena bisa merasakan telinganya yang berdenging. Kata-kata setelahnya yang diucapkan Ethan, sudah tidak bisa lagi dia dengar. Selama ini Aleena berpikir bahwa sang Ibu tidak sengaja terjatuh dari lantai tiga kamarnya. Fakta baru yang mencengangkan, dia mana pernah mengira bahwa ibunya meninggal dengan cara dan tidak wajar. "Aleena," panggil Ethan, tetapi tidak mendapatkan jawaban sehingga pria itu memegang bahu Aleena dan sedikit menggoyangkannya. Aleena seperti tersadarkan, dia menoleh dan di saat itulah Ethan melihat tatapannya yang kosong. "Aleena, aku berjanji akan membantumu menuntut keadilan untuk ibumu. Kamu tenang saja, ya?" Aleena melihat kesungguhan di kedua mata Ethan. Pria ini padahal orang asing dalam hidupnya. Alasan mereka bersama hanya supaya bisa memberikan kebahagiaan untuk Ansel. Tetapi, kenapa Aleena bisa melihat kesedihan yang dipancarkan matanya saat memberikan bukti tentang kematian mendiang ibunya? Apakah Ethan memiliki perasaan lain untuknya?Aleena menu
Melihat Ansel yang dengan mudah langsung mengikuti Nancy, seketika membuat Aleena merasa sangat senang. Dia tahu bahwa orang-orang yang dipekerjakan oleh Ethan adalah orang yang bisa dipercaya. Jadi, saat Ansel langsung mengikuti langkah Nancy naik ke lantai dua dan masuk ke kamarnya, seketika hati Aleena menghangat. Penculikan yang dialami oleh putranya, telah meninggalkan trauma yang lumayan dahsyat dalam pikirannya. Sejak kejadian itu, sulit sekali untuk mendekati Ansel. Bahkan Ethan sempat tidak diterima dengan baik oleh anaknya sendiri. Sehingga membutuhkan pendekatan yang lumayan menguras hati dan pikiran untuk bisa berbicara dengannya. Lalu, saat mereka akhirnya memutuskan untuk merawat Ansel di rumah, ketika pelayan Nancy mendekati Ansel dan langsung diterima dengan tangan terbuka, merupakan kebahagiaan yang tidak bisa dideskripsikan oleh Aleena. Putranya yang sulit didekati, akhirnya secara perlahan bisa kembali seperti sebelumnya. Walaupun tentu saja perubahan itu belum me
Aleena menyeruput kopi hitamnya dengan penuh nikmat sembari melihat pemandangan pagi hari dari atap rumah yang semalam diberitahukan oleh Ethan. Hari ini suasana hatinya dalam kondisi baik sebab Ansel yang juga sudah mulai membaik. Meskipun belum sepenuhnya keceriaan itu hadir, tetapi Aleena sudah merasa sangat bahagia setelah melihat beberapa hari ini kedapatan melihat Ansel yang tertawa saat sedang bermain dengan Nancy. Saat sedang memikirkan betapa hatinya merasa senang, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahunya. Otomatis dia langsung menoleh dan seketika itu juga Aleena bisa bernapas dengan lega. "Ethan! Kamu mengejutkanku!" Aleena berseru dengan kedua tangan yang menyentuh dadanya. Beruntung dia tidak sedang memegang secangkir kopi panas. Jika iya, sudah pasti tangannya akan menjadi korban. "Apa yang kamu pikirkan, Aleena? Serius sekali sampai tidak menyadari kedatanganku." Ethan langsung mengambil posisi di samping Aleena. Aleena menggelengkan kepalanya, dia mengambil