"Aleena, sebaiknya kita bicara di mobil saja." Ethan segera menarik tangan Aleena dan membawanya pergi dari sana. Aleena hanya menuruti perkataan suaminya, tepat ketika mereka sudah berada di dalam mobil, Aleena tidak lagi berbasa-basi, "Jadi, apakah kamu tahu apa maksud perkataan Eloise? Kenapa dia mengatakan bahwa pria yang seharusnya tidur denganku adalah pria berusia 51 tahun?" Aleena sama sekali tidak ingat kejadian enam tahun lalu karena saat itu dirinya sedang mabuk. Aleena sangat kalut sehingga tidak bisa berpikir tentang hal apapun. Dalam pandangannya malam itu, dia hanya melihat seorang pria tampan dan seketika gairahnya naik. Aleena tidak berpikir panjang dan langsung saja meniduri pria ini. Aleena berusaha untuk mengingat kembali kejadian pada malam itu tetapi dia tidak bisa menemukan kenangan selain kenangan menyakitkan saat Darius dan Eloise menghianatinya. Hingga kemudian dia teringat memasuki sebuah klub malam dengan perasaan kalut. Aleena langsung memesan minuman b
"Aku sudah menjadi istrimu, Tuan Finn. Apalagi yang kamu inginkan?" Ethan semakin menatap kedua mata Aleena dalam-dalam kemudian berkata, "Kamu memang adalah istriku, tapi istriku di atas kertas. Hal yang ku maksudkan adalah, kamu benar-benar menunaikan tugasmu bagaimana istri pada umumnya." Tepat pada saat itu, Aleena rasa jantungnya berhenti berdetak. Dia pun merasa sulit sekali untuk bernafas. Maksud dari perkataan suaminya, sangat jelas. Pria itu ingin Aleena untuk melayani dan bercampur dengannya dalam satu ranjang yang sama. Kata-kata yang diucapkan oleh Ethan terdengar sama seperti kalimat yang diucapkan ketika pria itu mengajaknya menikah. Saya itu Aleena merasa Ethan bergurau padanya tetapi melihat keseriusannya sekarang, Aleena jadi berpikir bahwa pria itu serius dengan perkataannya. Cukup lama sekali Aleena terdiam hingga akhirnya dia berkata, "Tidak bisa. Maaf, tapi aku tidak bisa melakukannya jika tidak dengan pria yang kucintai. Dan aku, tidak pernah mencintaimu. Hal
Ethan tidak langsung menjawab pertanyaan Aleena. Perlahan dia menolehkan kepala dan mereka saling bertatapan. Sesaat tidak ada yang berkata-kata di antara mereka hingga kemudian Ethan yang lebih dulu membuka suara. "Apakah itu penting untukmu?"Aleena menghela napas, ditatapnya Ethan dengan malas, "Tidak penting! Hanya ingin tau saja!""Oh." "Oh?" Ethan menatapnya dengan bingung, kemudian mengulangi katanya dengan bernada, "Oh." Aleena berdecak kesal, tepat pada saat itu pintu lift terbuka di lantai dasar. Ethan segera mengajak Aleena untuk masuk ke dalam mobilnya. Tepat ketika pria itu menyalakan mesin mobil, Aleena berkata, "Jadi, apakah kamu adalah asisten CEO kita?" Ethan tidak bisa berkata-kata, dia berpikir bahwa Aleena sudah menyerah dengan pertanyaannya. Tetapi wanita itu tidak lelah dan masih saja bertanya. Sementara Aleena, dalam pikirannya saat ini, karena Ethan hanya diam saja, membuat dia berpikir bahwa perkiraannya benar. "Wahhh, tidak disangka bahwa kamu adalah
Aleena dengan terpaksa menuruti keinginan putranya. Mereka pergi menuju sebuah mall yang berada di pusat kota dan langsung pergi ke lantai atas, tempat dimana seluruh wahana permainan tersedia. Aleena hanya berpikirlah bahwa hari ini adalah hari untuk menyenangkan Ansel. Jadi apapun keinginan putranya, sebisa mungkin dia lakukan sebenarnya permintaan Ansel sangat tidak disukai olehnya. Seperti yang terjadi sekarang, tiba-tiba Ansel meminta Aleena untuk bermain ice skating. Aleena sudah menerapkan alasan dia tidak jago, tetapi Ansel sama sekali tidak mau memahami posisinya. "Mama bisa diajari oleh Papa." Ansel langsung menatap Ethan dengan sangat antusias kemudian bertanya, "Apa Papa bisa mengajarkan Mama?" Ethan melihat Aleena sejenak, saat itulah Aleena langsung menggelengkan kepala. Tanda bahwa wanita itu berharap mereka akan bekerja sama. Meskipun paham maksud dari perkataan suaminya, Ethan berpura-pura tidak memahaminya. Pria itu malah menatap balik Ansel kemudian menganggukk
Aleena mendesis, dia segera masuk ke posisinya dan mulai bermain ice skating. Namun, baru beberapa kali bergerak saja sudah membuatnya kehilangan keseimbangan. Hingga akhirnya Aleena terjatuh sebab kali ini Ethan hanya diam saja tanpa berniat untuk menolongnya. "Aww! Shhh ...." Aleena hanya mengaduh kesakitan, dia mengangkat kepala dan melirik Ethan dengan sinis. Tetapi pria itu hanya diam sembari terus tertawa melihatnya. Ethan bagai mendapatkan tontonan yang menghibur hatinya. Sementara Ansel, melihat pemandangan ibunya yang sedang kesakitan dengan ditertawakan oleh sang ayah, dia langsung saja menghampiri Aleena dan kemudian membantunya bangun. "Mama tidak apa-apa? Apakah ada yang sakit?" Ansel bertanya dengan khawatir. Mendapatkan perhatian dari putranya, seketika membuat Aleena merasa tersentuh. Meskipun bagian belakang tubuhnya masih terasa sakit, dia memaksakan untuk tersenyum. "Mama tidak apa-apa, hanya jatuh seperti itu tidak akan membuat mama terluka parah," ucap Aleena
Aleena menolehkan kepala dan saat itulah senyuman di wajahnya langsung menghilang. Dia berusaha untuk tidak menghiraukan wanita itu hingga akhirnya hal yang dikhawatirkan olehnya menjadi kenyataan. "Ternyata kakak bisa di sini," ucap Eloise dengan nada suara mengejek. Eloise melihat sekeliling kemudian kembali berkata, "Kakak sepertinya datang sendirian, aku akan temani Kakak di sini." Eloise beralih pada anak dan juga suaminya, Darius, "Kak, aku kasihan melihat Kak Aleena sendirian. Tidak apa-apa 'kan jika kita menemaninya di sini?" Darius menganggukkan kepala, "Tentu saja! Lagi pula sudah lama sekali kita tidak bertemu. Pasti akan sangat menyenangkan jika kita makan malam bersama seperti dulu." Aleena menatap kedua orang itu dengan kesal, "Sepertinya kalian berdua salah paham. Aku tidak datang sendirian. Aku bersama dengan suami dan juga anakku." "Apa?" Eloise memasang ekspresi wajah tidak percaya, tetapi di mata Aleena malah terlihat seperti wanita itu yang mengejeknya. "Kena
Mereka langsung menolehkan kepala dan melihat Ansel yang menatap tajam. Bocah kecil itu, langsung berjalan ke arah sang ibu kemudian berdiri di sampingnya. Tanpa rasa takut, Ansel menunjuk Darius yang saat itu memandang rendah dirinya. "Hei, bocah! Siapa kamu? Berani sekali kamu memarahi putriku seperti itu!" Darius membentak, tidak terima. Suara Darius yang kencang menarik perhatian para pengunjung. Hingga kini mereka telah menjadi tontonan. Melihatnya, Aleena langsung bangun dan berbalik marah, "Hei! Kamu siapa berani membentak putraku?" Jika sejak tadi dia sama sekali tidak peduli ketika Eloise dan Darius mengolok-oloknya, ditambah dengan perkataan aneh yang diucapkan oleh anak mereka, tetapi ketika pria itu membentak putranya, tentu saja Aleena langsung tidak terima. Siapa dia berani sekali terhadap putranya? Aleena sudah membesarkan Ansel dengan susah payah dan dia tidak akan membuat satu orang pun menghancurkan hati anaknya.Aleena tidak peduli dengan mereka yang saat ini me
Aleena merasa tertohok, dia dipermalukan di depan banyak orang oleh adik tirinya. Untuk kesekian kalinya, Aleena merasa dirinya kalah. Namun, saat ini dia bersama dengan Ansel, Aleena tidak akan membiarkan siapapun menyeret putranya masuk ke dalam masalah orang dewasa. "Jika aku memang berdua saja dengan putraku, lantas apa masalahnya denganmu? Pasangan anak dan ibu juga adalah keluarga," ucap Aleena membela dirinya. Eloise menatap Aleena kemudian tersenyum mengejeknya, "Memang tidak salah. Tapi, jika Aku jadi kakak tentu saja aku akan malu menganggap bahwa dua anggota keluarga, bisa disebut sebagai keluarga yang harmonis." Aleena menahan napas, dia berusaha keras untuk meredam emosinya, "Memang siapa yang berkata bahwa kami adalah keluarga yang harmonis? Aku hanya mengatakan bahwa aku dan putraku sedang melakukan makan malam keluarga. Lalu, apakah perlu aku jelaskan detailnya seperti apa?" "Tidak perlu. Aku sudah tahu dan bisa menduga," pandangan Eloise semakin sinis pada mereka