Aleena mendesis, dia segera masuk ke posisinya dan mulai bermain ice skating. Namun, baru beberapa kali bergerak saja sudah membuatnya kehilangan keseimbangan. Hingga akhirnya Aleena terjatuh sebab kali ini Ethan hanya diam saja tanpa berniat untuk menolongnya. "Aww! Shhh ...." Aleena hanya mengaduh kesakitan, dia mengangkat kepala dan melirik Ethan dengan sinis. Tetapi pria itu hanya diam sembari terus tertawa melihatnya. Ethan bagai mendapatkan tontonan yang menghibur hatinya. Sementara Ansel, melihat pemandangan ibunya yang sedang kesakitan dengan ditertawakan oleh sang ayah, dia langsung saja menghampiri Aleena dan kemudian membantunya bangun. "Mama tidak apa-apa? Apakah ada yang sakit?" Ansel bertanya dengan khawatir. Mendapatkan perhatian dari putranya, seketika membuat Aleena merasa tersentuh. Meskipun bagian belakang tubuhnya masih terasa sakit, dia memaksakan untuk tersenyum. "Mama tidak apa-apa, hanya jatuh seperti itu tidak akan membuat mama terluka parah," ucap Aleena
Aleena menolehkan kepala dan saat itulah senyuman di wajahnya langsung menghilang. Dia berusaha untuk tidak menghiraukan wanita itu hingga akhirnya hal yang dikhawatirkan olehnya menjadi kenyataan. "Ternyata kakak bisa di sini," ucap Eloise dengan nada suara mengejek. Eloise melihat sekeliling kemudian kembali berkata, "Kakak sepertinya datang sendirian, aku akan temani Kakak di sini." Eloise beralih pada anak dan juga suaminya, Darius, "Kak, aku kasihan melihat Kak Aleena sendirian. Tidak apa-apa 'kan jika kita menemaninya di sini?" Darius menganggukkan kepala, "Tentu saja! Lagi pula sudah lama sekali kita tidak bertemu. Pasti akan sangat menyenangkan jika kita makan malam bersama seperti dulu." Aleena menatap kedua orang itu dengan kesal, "Sepertinya kalian berdua salah paham. Aku tidak datang sendirian. Aku bersama dengan suami dan juga anakku." "Apa?" Eloise memasang ekspresi wajah tidak percaya, tetapi di mata Aleena malah terlihat seperti wanita itu yang mengejeknya. "Kena
Mereka langsung menolehkan kepala dan melihat Ansel yang menatap tajam. Bocah kecil itu, langsung berjalan ke arah sang ibu kemudian berdiri di sampingnya. Tanpa rasa takut, Ansel menunjuk Darius yang saat itu memandang rendah dirinya. "Hei, bocah! Siapa kamu? Berani sekali kamu memarahi putriku seperti itu!" Darius membentak, tidak terima. Suara Darius yang kencang menarik perhatian para pengunjung. Hingga kini mereka telah menjadi tontonan. Melihatnya, Aleena langsung bangun dan berbalik marah, "Hei! Kamu siapa berani membentak putraku?" Jika sejak tadi dia sama sekali tidak peduli ketika Eloise dan Darius mengolok-oloknya, ditambah dengan perkataan aneh yang diucapkan oleh anak mereka, tetapi ketika pria itu membentak putranya, tentu saja Aleena langsung tidak terima. Siapa dia berani sekali terhadap putranya? Aleena sudah membesarkan Ansel dengan susah payah dan dia tidak akan membuat satu orang pun menghancurkan hati anaknya.Aleena tidak peduli dengan mereka yang saat ini me
Aleena merasa tertohok, dia dipermalukan di depan banyak orang oleh adik tirinya. Untuk kesekian kalinya, Aleena merasa dirinya kalah. Namun, saat ini dia bersama dengan Ansel, Aleena tidak akan membiarkan siapapun menyeret putranya masuk ke dalam masalah orang dewasa. "Jika aku memang berdua saja dengan putraku, lantas apa masalahnya denganmu? Pasangan anak dan ibu juga adalah keluarga," ucap Aleena membela dirinya. Eloise menatap Aleena kemudian tersenyum mengejeknya, "Memang tidak salah. Tapi, jika Aku jadi kakak tentu saja aku akan malu menganggap bahwa dua anggota keluarga, bisa disebut sebagai keluarga yang harmonis." Aleena menahan napas, dia berusaha keras untuk meredam emosinya, "Memang siapa yang berkata bahwa kami adalah keluarga yang harmonis? Aku hanya mengatakan bahwa aku dan putraku sedang melakukan makan malam keluarga. Lalu, apakah perlu aku jelaskan detailnya seperti apa?" "Tidak perlu. Aku sudah tahu dan bisa menduga," pandangan Eloise semakin sinis pada mereka
Eloise melihat pakaian ada aksesoris yang dikenakan oleh Ethan, semua yang menempel pada tubuhnya adalah barang-barang bermerk yang sangat terkenal. Bahkan jam tangannya saja cukup untuk membeli Lamborgini keluaran terbaru sebanyak lima buah. Hal itulah yang membuat Eloise tidak percaya bahwa Ethan adalah suami Aleena. "Kakak, aku tidak menyangka hidup Kakak begitu menyedihkan hingga sengaja membayar orang untuk mengaku sebagai suami kakak." Eloise melihat Ethan dari atas ke bawah kemudian melanjutkan, "Semua barang-barang yang kamu pakai itu pasti adalah barang sewaan, bukan? Mengakulah padaku karena aku sangat tahu kualitas dari barang-barang bermerk dunia." Ethan berkerut, dia sama sekali tidak mempedulikan kata-kata Eloise yang menghinanya. Tetapi dia tidak terima wanita itu merendahkan istrinya. Ethan menolehkan kepala dan melihat Aleena dari atas ke bawah. Setelah itu dia juga memandangi putranya dan memastikan bahwa tidak ada satupun luka di tubuh Ansel. Setelah memastikan k
Aleena tidak terlalu terkejut dengan sikap yang dimiliki oleh adik tiri serta mantan tunangannya. Pasangan itu memang cocok, begitu angkuh pada orang yang lebih rendah dari mereka. Aleena saja sampai bingung kenapa dulu dia bisa terpincut pada pria seperti Darius. Seakan mata dan hatinya dibutakan oleh cinta palsu. Namun, sekarang semuanya telah berbeda. Aleena jauh lebih pintar untuk bisa menilai orang-orang yang tidak layak untuk disayang dan dihormati seperti mereka. "Ternyata kalian berdua sama saja. Tidak pernah ada perubahan sejak dulu," Aleena tersenyum mengejeknya. "Apa maksud, Kakak? Kakak mengejekku?" Melihat tatapan Aleena, seketika membuat Eloise merasa tidak terima. Dia seperti merasa direndahkan oleh Aleena yang selalu lebih unggul telinga. Aleena menatapnya tanpa ekspresi, kemudian berkata, "Aku tidak mau lagi berdebat dengan kalian. Tapi, aku dan suamiku lebih dulu datang ke sini jadi kamu tidak berhak untuk mengusir kami." Meskipun sebenarnya Aleena tidak tahu se
Aleena memutar kepalanya, menatap Ethan yang menatap balik dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia tahu bahwa suaminya Finn Stuart Wilson. Sama sekali tidak memiliki hubungan dengan keluarga Shailendra. Kenapa manager berkata dia memiliki hubungan dengan keluarga terkaya itu?Aleena membuka mulutnya hendak bertanya, tetapi langsung dipotong oleh Darius, "Ja-jadi, ka-kamu adalah putra pertama keluarga Shailendra? Ethan Delwyn Shailendra?" Manajer melihat Darius seperti orang bodoh. Dalam hatinya mencibir, segera berkata pada keamanan, "Usir mereka dan jangan pernah biarkan untuk menginjakkan kaki di restoran ini lagi!" "Baik." Keamanan langsung memegang lengan Darius dan menyeretnya keluar dari restoran. Terjadi perlawanan dari Eloise tetapi dengan sigap berhasil diatasi oleh keamanan restoran. "Tuan, maafkan atas ketidaknyamanan ini. Silakan kembali ke meja Anda dan kami akan memberikan menu terbaik yang kami miliki," ucap manager kemudian memberikan perintah pada pelayan
Aleena menolehkan kepala dan saat itulah kedua matanya dikejutkan dengan pemandangan Ethan yang keluar dari kamar Ansel dengan diikuti oleh putranya. Beberapa saat Aleena tidak dapat menanggapi hingga akhirnya dia tersadar. Aleena berdeham, dia segera mengubah ekspresi wajahnya menjadi hangat, "Ansel, Kamu sudah bangun, Sayang?" Ansel dengan wajah yang sudah segar, berjalan menuju meja makan dengan menganggukkan kepala. Sifatnya yang dewasa, membuat bocah itu dengan pintar duduk dan menghabiskan sarapan yang dibuat Aleena. Aleena tersenyum, dia mempersiapkan putranya dengan sangat baik. Meskipun dalam hatinya merasa risih sebab Ethan yang seringkali tertangkap mata sedang memperhatikannya. Seperti sekarang, ketika dia baru saja hendak memasukkan sepotong roti ke dalam mulutnya, sudut matanya menangkap sosok Ethan yang hanya diam sembari terus memperhatikannya. Aleena meminum segelas air miliknya kemudian memandang sang suami dengan marah. "Apa?" "Apa?" Aleena memejamkan kedua m