Mendapatkan telpon dari Harry, Aleena langsung bergegas kembali ke apartemennya. Langsung saja masuk ke dalam dan seketika itu juga dia melihat Ansel yang sedang duduk di sofa dengan beberapa mainan mobil yang sedang dimainkannya. "Ansel!" Aleena setengah berlari mendekati putranya, dia langsung menarik Ansel ke dalam pelukannya. Pikiran Aleena langsung tertuju pada putranya, dia sama sekali tidak memperhatikan sekeliling cinta tidak menyadari bahwa ada dua pria dewasa lainnya yang berada di sana. Aleena sedikit melonggarkan pelukannya, melihat wajah Ansel yang tersenyum ke arahnya. Senyuman yang selalu menenangkan hatinya. "Ansel, kamu darimana saja, Sayang? Mama sangat mengkhawatirkanmu." Untuk pertama kalinya, Aleena menangis di depan anaknya. Selama ini Aleena selalu menjaga wibawanya sehingga tidak pernah memperlihatkan kelemahan di depan Ansel. Aleena hanya ingin Ansel menjadi kuat meski dibesarkan hanya oleh ibu saja. Selama enam tahun ini, Aleena sudah menggugurkan dalam
Aleena tidur dengan memeluk tubuh putra semata wayangnya. Malam ini, akhirnya dia membiarkan Ansel untuk tidur bersama dengannya. Aleena masih merasa ketakutan jika putranya tiba-tiba menghilang. Jadi, dia berpikir untuk memeluk Ansel sampai pagi menjelang. "Mama," panggilan Ansel membuat Aleena membuka kedua matanya.Dia tersenyum menatap sang anak kemudian berkata, "Iya, Sayang. Ada apa?" Ansel tidak langsung menjawab, di wajah bocah kecil itu nampak sebuah keraguan. Seketika Aleena lang6merasa cemas, dia mengubah posisi menjadi menghadap Ansel. "Sayang, ada apa? Katakan saja pada mama," Aleena berusaha meyakinkan Ansel. "Ma, sebenarnya Ansel—" Ansel menghentikan kata-katanya. Hal yang ingin dia bahas tentu saja berhubungan dengan ayah kandungnya. Aleena langsung bisa menebaknya karena sudah hafal dengan kebiasaan putranya. Ansel selalu mempertanyakan dimana keberadaan sang ayah. Dan setiap mereka membahasnya, Aleena hanya bisa diam dan mengalihkan perhatiannya. Sampai saat i
"Tidak mau!"Ekspresi wajah Ethan langsung berubah, sesaat tidak ada yang berkata-kata di antara mereka hingga akhirnya, "Kalau gitu, jangan salahkan aku mengambil hak asuh Ansel." Ethan segera berbalik dan pergi menuju pintu kamar Ansel. Dengan cepat Aleena menahan gerakannya, dia menarik tangan pria itu dan berposisi di hadapannya. "Jangan bicara sembarangan! Aku tidak akan membiarkanmu mengambil Ansel dariku!" Aleena segera menariknya ke pintu keluar tetapi tenaganya tidak sebanding. Kekuatan Ethan begitu besar hingga Aleena malah kembali tertarik dan membuat tubuhnya menabrak dada bidang Ethan. "Jika kamu tidak mau aku mengambil hak asuh Ansel, maka terima saja pernikahan ini!"Aleena menatap kedua mata Ethan dan terlihat keseriusan di sana. Aleena tidak tahu latar belakang Ethan tetapi dari penampilan dan auranya, dia menebak bahwa pria ini berasal dari keluarga yang tidak biasa. "Siapa kamu sebenarnya?" Aleena bertanya dengan lirih. Tujuannya datang ke Indonesia adalah unt
Ethan berkerut bingung, dia melihat Ansel yang masih terlelap dalam pelukannya kemudian berkata pada Aleena dengan nada suara rendah, "Terserah dengan apapun yang kamu tuduhkan." Melihat Ethan yang sama sekali tidak mempedulikan keresahannya, seketika membuat Aleena semakin naik pitam. Tetapi belum sempat dia berkata-kata, Ethan langsung menginterupsi dengan tatapan matanya. Pria itu seakan berkata bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara sebab ada putra mereka yang sedang terlelap. Aleena hanya bisa pasrah, siang itu akhirnya mereka pulang lebih awal sebab Ansel yang memang sudah kelelahan. Di dalam mobil, Aleena juga hanya diam saja sembari terus melihat ke arah jalanan. Bahkan ketika akhirnya mereka sampai, Ethan tidak memperbolehkannya untuk menggendong Ansel. "Aku saja yang membawanya," ucap Ethan, menggendong Ansel dengan tangan kiri kemudian tangan kanannya digunakan untuk menekan tombol lift. Sekilas, Ethan lebih mirip seperti seorang suami yang penyayang.
Aleena merasa sangat terkejut, sesaat dia tidak bisa berkata-kata bahkan tidak bisa bergerak, hingga akhirnya Aleena berusaha untuk menarik kembali kesadarannya. "Kamu memata-mataiku," Aleena langsung menuduh. Ethan tidak langsung menjawab perkataan Aleena hingga beberapa saat kemudian, "Kamu adalah ibu dari anakku, tentu saja aku harus tahu siapa kamu. Jadi, hal yang kulakukan tentu saja sangat wajar." Mulut Aleena terbuka lebar saking terkejut dengan jawaban Ethan. Pria ini bahkan tidak merasa bersalah setelah mencari tahu latar belakangnya. Aleena bangkit kemudian menatapnya dengan marah, dia menuju ke arah pintu kemudian berkata, "Pergi dari rumahku sekarang juga!" Ethan bangun dengan perasaan bingung, "Kenapa kamu tiba-tiba mengusirku? Dan kenapa kamu menatapku dengan marah seperti ini?" Aleena tidak mau menjawab, dia segera berjalan menuju pintu kemudian membukanya. Sikap Ethan yang melanggar privasinya membuat harga diri Aleena terluka. "Keluar dari rumahku! Saat ini, ak
Akhirnya Aleena berangkat ke kantor bersama dengan Ethan. Dia berpikir jika pergi bersama mungkin akan mengetahui di bagian mana pria itu bekerja. Aleena tidak perlu repot-repot untuk mencari tahu secara diam-diam. Cukup ikuti saja kemanapun pria itu pergi maka dia akan temukan jawabannya. Sekitar 15 menit kemudian akhirnya mereka telah sampai di perusahaan. Jarak sekolah yang memang dipilih tidak terlalu jauh dari perusahaan dan rumah membuat mereka lebih cepat sampai. "Kamu tidak turun?" Aleena menoleh dan saat itulah dia menyadari bahwa mereka telah sampai di basement kantor. Sesaat tidak ada yang berkata-kata di antara mereka, Aleena berusaha untuk mengetahui isi hati pria itu tetapi hanya ditemui jalan buntu. Akhirnya Aleena menyerah, dia membuka sabuk pengaman kemudian keluar dari mobil. Mereka berjalan menuju lift, di sana terdapat dua lift, satu untuk karyawan biasa sepertinya, dan satu lagi khusus untuk eksekutif. Aleena tentu saja langsung mengarah ke lift yang memang di
Aleena tidak tahu bahwa Ethan menganggap serius perkataannya tadi pagi. Ketika dia keluar dari perusahaan, sudah ada Ethan yang menunggunya, pria itu berdiri bersandar di depan mobil. Aleena melihat sekeliling, dia langsung berjalan mendekat kemudian berkata, "Kenapa kamu di sini? Bagaimana jika ada yang melihat dan menganggap kita memiliki sebuah hubungan?" "Memang kenapa?" Ethan bertanya dengan polos."Kamu lupa dengan peraturan perusahaan? Dilarang menjalin hubungan dengan sesama karyawan Shailendra grup," ucap Aleena menjelaskan. "Memang ada peraturan seperti itu?" Ethan lupa bahwa sebenarnya peraturan itu diusulkan sendiri olehnya setelah melihat dua orang karyawan malah bermesraan ketika sedang bekerja. Aleena memutar kedua bola matanya malas, dia mendekati Ethan kemudian memberikan sentilan di dahi pria itu, "Iya, harusnya kamu membaca buku panduan karyawan!" Ethan sangat terkejut, wanita ini sangat kurang ajar terhadapnya. Berani sekali melakukan tindakan yang sangat tida
"Jangan bicara sembarangan! Aku tidak mau membicarakan sesuatu mengenai hal seperti itu denganmu!" Aleena membuka sabuk pengaman kemudian kembali melihat Ethan, "Baiklah, Tuan Finn. Sekarang kita memang sudah menjadi suami istri tapi aku harap kamu tidak melanggar batasan yang sudah kutentukan." Ethan tidak menjawab apapun, diamnya pria itu diartikan oleh Aleena sebagai sebuah persetujuan. "Terima kasih sudah mengantarku, aku pergi sekarang."Aleena berjalan menuju unit apartemennya dengan pikiran berkecamuk. Dia sama sekali tidak menoleh ke belakang hanya untuk sekedar melihat apakah Ethan masih ada di sana atau tidak. Aleena sangat lurus dengan tujuannya, dia berusaha keras atau tidak terpengaruh. Saat ini yang berbeda dengannya hanyalah status, Aleena tidak akan berharap lebih dari pernikahannya. Malam harinya, setelah selesai makan malam, Aleena mengajak putranya untuk berbaring di atas ranjang. Aleena menidurkan Ansel, sebelah tangannya menepuk punggung Ansel dengan hangat seme