Share

Bab 87. Arjuna Salah Pasangan

Penulis: nanadvelyns
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-09 09:14:54

"Kenapa tidak?" tanya Naura bingung, kali ini dia tidak ada pikiran jahil atau negatif seperti sebelumnya.

Arjuna menggeleng cepat. "Tidak, kita cari wahana lain."

Naura mengerutkan keningnya. "Aku lihat di sosial media banyak orang yang mengatakan rumah hantu itu seru, Arjuna."

Arjuna masih menggeleng. "Baiklah, aku akan menunggu di luar saja, bagaimana? Oh... Aku--"

"Bagaimana jika permintaannya aku tambah satu? Jadinya aku boleh bebas meminta dua hal apa saja padaku!" tawar Naura, berusaha membujuk Arjuna.

Tetapi di luar dugaan, pria itu justru tetap menggeleng. "Maafkan aku, aku tidak bisa. Bagaimana jika aku meminta pihak Gogo Land membuka akses biang lala?"

Naura balas menggeleng. "Tidak, aku sudah tidak tertarik setelah tahu wahana itu tutup. Ayolah, Arjuna...."

Wanita itu terus membujuk Arjuna, namun yang dibujuk tetap menolak.

"Sebenarnya apa alasanmu tidak mau?" tanya Naura kesal.

Hening beberapa detik, saat Naura melihat raut wajah Arjuna yang seolah sedang kesulitan m
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 88. Terima Kasih, Arjuna

    Berhasil puas dengan kesenangan mereka hari ini, Naura dan Arjuna akhirnya memutuskan untuk kembali. Naura menyandarkan punggungnya di kursi mobil, menghela napas dengan senyum bahagia. Kedua matanya segera menatap Arjuna. "Terima kasih banyak," ucap wanita itu. Arjuna balas tersenyum, lalu mengangguk sambil mengelus kepala Naura lembut. "Beristirahat lah."Tak lama Arjuna menyalakan mesin mobilnya, kedua mata Naura terpejam tenang begitu mulai benar-benar meninggalkan kawasan Gogo Land. Arjuna sesekali melirik Naura, memastikan wanita itu bersandar nyaman di kursi mobilnya. Bahkan pria itu tak ragu untuk berhenti sekedar menyelimuti Naura dengan jacket yang ada di kursi belakang. Sampai di Mansion Tirta, Kate sudah menunggu kedatangan wanita itu di pintu masuk. Begitu menyadari mobil Arjuna datang, dia segera berjalan cepat ke dalam, lalu kembali lagi bersama Mela. Arjuna turun dari mobilnya, tersenyum tipis menatap Mela. "Ibu.""Naura?" tanya Mela bingung. "Dia tertidur," j

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 89. 21+ Jatah Yang Gagal

    Sementara itu suasana berbeda ada di Mansion Wajendra. Zafir, pria itu duduk di sofa tengah ruang kerjanya sambil menatap televisi.Mansion Wajendra masih terlihat sama seperti biasa dari luar, namun tidak ada satupun yang mengetahui bagaimana isinya sekarang. "Mantan istri Zafir Wajendra, kini resmi menjadi kepala keluarga Tirta setelah kasus Ronald Tirta terungkap.""Wartawan kami juga mendapatkan informasi jika dalam waktu beberapa bulan lagi pernikahannya dengan Arjuna Renjana akan segera digelar, berita lengkapnya akan kami tayangkan setelah yang satu ini." Zap!Zafir memencet tombol mati ke arah televisinya, lalu menyandarkan punggungnya pada kursi. "Nyonya Tirta?" gumam pria itu saat mengingat berita yang baru saja tayang. Bibir Zafir tersenyum hambar, lalu kedua matanya terpejam. "Sudah lama tidak bertemu dia telah membuat banyak sekali perubahan," ucapnya lagi. Ada perasaan yang sulit dijelaskan di dalam hati Zafir, tapi dia lebih memilih untuk menikmati perasaan bingun

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 90. Tuan Zafir Ingin Bertemu!

    "Zafir?" tanya Naura, pandangan matanya mendingin. Kate mengangguk singkat. "Tuan Stave mengirim pesan jika tuan Wajendra menginginkan pertemuan besok pagi." "Pertemuan? Dalam rangka apa?" tanya Naura lagi, dia tidak ingat telah memiliki urusan mendadak dengan Zafir sehingga harus melakukan pertemuan besok. Kate menggeleng pelan. "Pihak mereka tidak menjelaskan alasannya, Nyonya."Naura mengerutkan keningnya sulit, Naura jelas tidak bisa menolak pertemuan tersebut karena pria itu memanggilnya atas nama Wajendra. Dipikirkan seperti apa pun alasan tersembunyi pria itu tidak akan berhasil ditebak, hal ini membuat Naura cukup merasa kesal. Naura melangkah masuk ke dalam menuju ruang kerja Arjuna, sebelumnya pria itu juga sempat tiba-tiba pergi. Dia berniat memberitahu Arjuna mengenai pertemuannya, tetapi belum sempat Kate membantu Naura membuka pintu ruang kerja Arjuna, pintu sudah lebih dulu terbuka dan menampilkan Arjuna. "Kita berangkat malam ini," ucap Arjuna pada Damian yang m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 91. 'Sedikit' Merindukan Naura

    "Bagaimana kabarmu selama ini?" tanya Zafir, mengalihkan pertanyaan Naura yang bermaksud menegaskan tujuan pertemuan mereka. "Bagaimana menurut Anda, tuan Wajendra? Apa yang Anda lihat di media mengenai saya?" jawab Naura, tidak menghilangkan gaya bicara formalnya. Gaya bicara Naura sukses membuat Zafir merasa sangat asing, seolah sulit untuk kembali berbicara nyaman dengan wanita itu seperti dulu. "Kamu menikmatinya?" tanya Zafir, kedua sudut alisnya sedikit menyatu. Naura mengangguk. "Aku bersyukur menjalani hidupku yang sekarang."Zafir mengangguk tipis, ada kekecewaan yang tersirat di matanya. Naura memperhatikan wajah pria itu, Zafir seolah sedang memendam sesuatu di kepalanya, pria itu sering menatap ke bawah dengan kosong jika sedang berada di perasaan gelisah. "Jadi apa yang ingin Anda bicarakan, tuan Wajendra? Apa ada kendala di bisnis kita?" tanya Naura, memaksa Zafir untuk segera membahas topik bisnis mereka.Zafir yang menyadari Naura sengaja membelokkan topik mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 92. Antara Zafir, Naura, dan Evelyn

    Naura memejamkan kedua matanya sambil bersandar pada kursi mobil, pertemuan dengan Zafir tadi sangat menguras emosi maupun tenaganya. "Kita ke kantor, nyonya?" tanya Kate sebelum meminta supir menjalankan kendaraan. Naura mengangguk singkat. "Iya."Tak lama mobilnya melaju meninggalkan restoran tersebut, sepanjang jalan Naura hanya diam sambil memejamkan matanya. Saat kedua matanya terbuka, ia menatap kosong suasana di luar mobil. Entah karena suasana hatinya atau pemandangan di luar yang terlihat sangat hampa dan dingin. Kalimat dan nada bicara pria itu berputar lama di otak Naura, tanpa sadar kedua tangannya pun terkepal erat. Setelah hampir satu tahun dari kejadian itu, Zafir akhirnya meminta maaf. Tetapi apa permintaan maafnya dapat mengubah sesuatu? Tidak. Permintaan maaf Zafir justru membuat luka lama Naura kembali basah, setiap katanya seakan dapat mengiris bagian tubuhnya menjadi bentuk-bentuk kecil tak tersisa. Sakit. Sangat sakit. Naura memang sudah tidak memiliki p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 93. Semuanya Baik-Baik Saja?

    Seperti biasa setiap kali pulang bekerja, Naura menyempatkan diri untuk mampir ke Mansion Renjana. Kali ini dia hanya ingin mengunjungi Helena seperti biasa, sebab seharusnya Arjuna tidak ada di sana karena masih mengurus pekerjaannya di Amsterdam. "Kamu baik-baik saja, sayang?" tanya Helena khawatir saat menyadari raut wajah Naura sedikit berbeda dari biasanya. Naura menatap Helena kembali setelah sebelumnya sempat melamun. "Iya? Tentu, aku baik-baik saja. Ada apa, bu?" tanya Naura balik. Helena menggeleng, lalu mengelus lengan wanita itu. "Tapi wajahmu mengatakan sebaliknya, nak. Apa ada masalah dengan Arjuna?"Naura dengan cepat menggeleng juga. "Tentu saja tidak, kami baik-baik saja. Aku juga baik-baik saja." Helena mengerutkan keningnya, menatap Naura dengan tatapan menyelidik. "Jika Arjuna berbuat masalah katakan saja pada ibu, ibu akan membantumu," ucapnya. Naura tersenyum tipis, mengangguk. "Tentu saja." Tak lama suara gaduh terdengar dari luar Mansion, membuat Naura

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 94. Naura! Naura! Naura!

    Suasana terlihat biasa dari luar Mansion Wajendra, tetapi tidak dengan ruang kerja Evelyn. Wanita itu berkali-kali membanting pulpen atau buku yang berada di atas mejanya karena gagal membuat laporan kas Mansion. Wanita itu menghela napas frustasi, mengapa dia harus mengerjakan ini semua?!"Nyonya, apa Anda mengalami kesulitan lagi?" tanya pelayan wanita senior Mansion. Evelyn mengangguk. "Aku selalu lupa anggaran yang harus dimasukkan dalam kolom debit atau kredit. Seperti tidak ada bedanya."Pelayan itu segera berjalan mendekat, lalu membolak-balik beberapa lembar kertas laporan kas tahun lalu yang pernah dikerjakan Naura. Laporan kas yang Naura kerjakan sudah dalam bentuk tabel digital yang kemudian di print, tetapi karena Evelyn masih perlu belajar dasar menyusun kas dan anggaran rumah tangga, wanita itu harus membuatnya secara manual di buku. "Jika ada pengeluaran seperti listrik dan air Anda bisa memasukkannya ke dalam beban, baru kemudian kredit. Seperti yang ada di contoh

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 95. Mawar Merah dan Putih. Arjuna dan Zafir

    Naura tidak pergi ke kantor atau butik hari ini, dia mengerjakan seluruh pekerjaannya di Mansion. Wanita itu sejak pagi berkutat di ruang kerjanya, hanya berhenti saat jam makan atau perlu singgah ke kamar kecil. Tak lama ketukan pintu terdengar, membuat matanya melirik singkat ke pintu. "Masuk," ucapnya mempersilahkan. Tetapi meskipun sudah dipersilahkan, sosok di balik pintu itu gak kunjung masuk. Sebaliknya, dia justru kembali mengetuk. Naura mulai menatap pintu ruangannya dengan kening sedikit terlipat. "Masuk saja," ucap Naura lagi, tidak ada Kate di ruangannya saat ini jadi dia tidak bisa meminta bantuan siapapun. Seolah sengaja menguji kesabaran Naura, suara ketukan pintunya kembali terdengar. Naura memijit keningnya, ada apa sebenarnya? Sudah dipersilahkan kenapa tidak langsung masuk? Naura berdiri, lalu melangkah dengan emosi tertahan. Saat pintunya terbuka, kemeriahan konfeti segera menimpanya. "Selamat ulang tahun!" ucap seluruh penghuni Mansion. Naura masih meme

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10

Bab terbaru

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 214. Putri Mahkota

    Naura melangkah turun dari kasurnya dengan kedua kaki yang dirantai. Rantai panjang menjuntai mengikuti arah pergerakannya. Di sampingnya Daisy, anggota Phantom yang dipilih secara khusus untuk melayani Naura mendampingi seperti biasa. Naura duduk dengan tenang di meja makannya, raut wajahnya tanpa ekspresi seperti biasa. Daisy membuka penutup makanan, lalu mempersilahkan Naura untuk menyantap makanannya. Naura menatap datar makanan tersebut, lalu tangan kanannya bergerak menyendok kuah kaldu ayam yang disuguhkan. Keningnya sedikit terlipat kalau merasakan rasa yang dominan manis daripada gurih, Naura tidak begitu menyukai makanan manis jika itu bukan dessert. Melihat raut wajah Naura, Daisy pun ikut mengerutkan keningnya. "Apa ada yang salah?" tanya Daisy, nada bicaranya memang tidak begitu bersahabat sejak awal pertemuan mereka. Naura meletakkan sendoknya dengan tenang. "Terlalu manis." Lalu mendorong mangkuknya sedikit menjauh. Daisy menaikkan alis kirinya. "Kita tidak mun

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 113. Cahaya Yang Diambil

    Kate melangkah dengan raut wajah datar di Koridor besar Mansion Tirta. Kondisinya tidak terlihat begitu baik. Matanya memerah dengan kantung mata yang terlihat jelas karena jam tidur yang berantakan. Tangannya menggendong berkas dokumen terkini perusahaan, setiap langkahnya dipenuhi harapan akan melihat sosok Naura di ruang kerja seperti biasa untuk memeriksa dokumen yang ia bawa. Helaan napas lelah berulang kali keluar, pikiran wanita itu kacau. Sudah hampir seminggu Mansion Tirta terasa sangat suram dan mati, seolah cahaya telah direnggut dari mereka. Begitu sampai, matanya menatap sendu ke arah meja kerja Naura. Rasanya lebih baik lelah menasihati jam makan dan istirahat atasannya daripada tidak melihat sosoknya sama sekali. Kate melangkah dengan hati yang gelisah, semakin dekat, maka semakin dalam pula genangan air mata di dalam kelopak matanya. Dengan hati-hati ia meletakkan dokumen tersebut, lalu menyentuh cincin kepala keluarga Tirta milik Naura. Dari semua barang, Naur

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 212. Menyusun Rencana

    Ruang kerja Arjuna penuh dengan manusia-manusia berkepala panas. Damian, Aimee, Helena, dan pria misterius dari Phantom.Tak ada satupun dari mereka yang menduga bahwa Althaf berani muncul ke permukaan dengan cara yang sangat kasar seperti itu. Tetapi di antara semuanya, Helena lah yang memiliki raut wajah paling buruk. Bagaimana tidak? Ternyata suami 'bodohnya' tidak hanya berulah sampai kabur dari tanggungjawab saja, tetapi juga membuat anak haram tanpa sepengetahuannya. Entah beban seperti apa yang ingin pria itu tinggalkan untuk anak mereka, Helena benar-benar murka sekarang. "Cepat atau lambat Althaf akan merangsek ke posisi yang tidak bisa digantikan," ucap Aimee sambil terus menatap kosong ke arah lantai, kedua sudut alisnya menyatu erat. "Phantom selalu bergerak tanpa diduga, kita harus menemukan celah lain," timpal Damian yang juga menatap kosong ke lantai dengan lipatan kening serius. Pria misterius yang dipanggil 'Bee' itu pun menatap Arjuna datar. "Apa yang ingin An

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 211. Keputusan Renjana

    Keputusan resmi terbaru dari Renjana cukup kuat untuk mengguncang media lokal maupun internasional. Althaf dinyatakan resmi sebagai adik berbeda ibu Arjuna, namanya pun kini memiliki 'Renjana' di belakangnya. Setelah ketuk palu dengan para tetua serta jajaran tinggi Renjana lainnya, Althaf mutlak menjadi 'pemimpin sementara' menggantikan Arjuna yang dianggap mulai 'melemah'. Begitu seluruh peserta rapat meninggalkan ruangan, tersisa Althaf dan Arjuna yang duduk saling berhadapan dengan raut wajah berbeda. Arjuna menatap Althaf dengan datar dan keras, sementara Althaf hanya tersenyum seolah meledek nasib yang menimpa pria itu. "Tuan--"Kamu bisa keluar lebih dulu." Potong Arjuna pada Damian tanpa menoleh atau melirik. Damian mengepalkan kedua tangannya, menurutnya meninggalkan Arjuna di ruangan yang sama dengan Althaf sangat berbahaya. Tidak ada yang tahu ide gila apa yang pria itu miliki untuk menghapus Arjuna. Tetapi dari nadanya, perintah Arjuna tidak bisa dibantah. Damian m

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 210. Cinta Atau Kebebasan

    Naura berbaring di ranjang besarnya dengan kaki dan tangan yang dirantai. Matanya menatap kosong ke arah jendela kamar, dia benar-benar seperti setengah mati. Tak lama pintu kamarnya dibuka, Naura tetap tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dia tetap berbaring memunggungi pintu. Suara langkah kaki pria terdengar, tanpa menoleh pun Naura tahu siapa yang datang. Althaf. Hanya pria itu yang dapat dengan mudah masuk dan keluar tanpa mengetuk pintu. "Kamu belum bangun?" Pria itu berbisik di telinga Naura, tangannya mengusap lembut bahu Naura. Naura memejamkan matanya erat, tidak berkenan menjawab. Napas lembut pria itu menabrak telinga serta kulit leher Naura, membuat lipatan ringan terbentuk di dahinya. "Sudah dua hari kamu tidak bicara, mau sampai kapan seperti ini?" tanya Althaf sambil mencium helaian rambut Naura. "Kamu tahu, aku tidak akan menyakitimu, tetapi justru melindungimu. Apa yang kamu pikirkan, Naura? Mengapa kamu tidak mau menerima kemuliaan ini dengan patuh?" sambung

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 209. Pergeseran Kursi

    Dua hari setelah kejadian besar, yaitu hilangnya sang nyonya besar Tirta secara misterius, kini gelombang baru kembali muncul. Saham perusahaan raksasa Renjana, hari ini resmi menurun dengan sangat tajam. Total kerugian mereka tak terhitung jumlahnya, membuat jajaran dan investor besar kepalang gila. Rapat besar diadakan secara mendadak, tidak ada yang tahu hari sial seperti ini akan menimpa Renjana. Tidak hanya dalam satu jenis bisnis, tetapi hampir seluruh bisnis yang dinaungi Renjana mengalami kerugian besar.Semua berdiri begitu Arjuna memasuki ruang rapat, tidak ada yang berani duduk sebelum sang pemimpin besar itu duduk. Rapat dimulai begitu Arjuna melirik Damian untuk membuka topik yang akan mereka bahas. Damian mengangguk cepat, lalu tangannya gesit menggerakkan kursor laptop untuk menjelaskan data yang baru saja ia buat. "Sesuai angka saham hari ini, titik terendah perusahaan dipegang oleh 'Renjana Oil', ia berada di angka lima ribu rupiah per lot dari lima belas ribu r

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 208. Obsesi dan Penjara

    Naura menatap tajam Althaf, meskipun raut wajahnya nampak tenang, kini kedua tangannya diam-diam gemetar. Althaf menyadari ketakutan Naura. Matanya berubah menjadi sangat berbeda, seperti hewan buas, tak jauh berbeda dengan apa yang dia rasakan dari orang-orang sekitar sebelumnya. Pria itu menatap tangan Naura yang gemetar, lalu semakin menyeringai tipis. "Kamu takut?" tanya Althaf. "Bajingan," balas Naura tajam, membuat Althaf mengerutkan keningnya. "Harus aku akui, kamu hebat karena hampir membuatku tertipu," ucap Althaf lalu melirik pecahan tajam vas bunga, dia masih berada di atas tubuh Naura untuk menahan gerakan wanita itu. "Menjijikkan," ucap Naura, matanya memerah penuh kebencian. Althaf terkekeh, lalu melepaskan pecahan vas itu dengan sangat hati-hati dari genggaman tangan Naura. "Apa ada yang terluka karena ini?" tanya Althaf sambil terus memastikan tidak ada luka di tangan Naura meskipun tangannya sendiri telah berdarah-darah. Naura menarik tangannya cepat, napasny

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 207. Cerdik Atau Licik?

    "Nyonya sempat keluar berkeliling, tetapi kemudian ia kembali ke dalam kamar dengan patuh." Dua pria penjaga di depan pintu melaporkan kegiatan Naura begitu Althaf kembali. Althaf hanya mengangguk singkat, lalu membuka pintu bilik Naura. Bibirnya kembali tersenyum lembut, tatapan mati dan dinginnya berubah menjadi hangat. "Naura?" Suaranya lembut seperti malaikat. Sosok Naura yang tengah berdiri di dekat jendela besar menatap pemandangan kosong di luar pun segera menoleh. "Kamu sudah kembali?" tanya Naura, lalu tersenyum tipis ke arah Althaf. Althaf mengangguk. "Maaf jika aku terlalu lama, pihak dapur tidak menyiapkannya dengan baik tadi." Kemudian dia memberi kode di belakangnya untuk segera masuk. Pelayan datang dengan troli makanan, lalu meletakkan satu persatu piring dan gelas di atas meja. Sepergian pelayan, Althaf pun melangkah menghampiri Naura. "Ada apa? Kamu tidak nyaman?" tanya Althaf. Naura menggeleng. "Tidak, aku hanya merindukan ibu dan Kate. Kapan mereka akan m

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 206. Tatapan Buas

    Naura melangkah menuju pintu kamarnya, ia kemudian menempelkan kupingnya untuk memeriksa suara di luar sana. Sepi. Tidak ada suara kegiatan atau percakapan apa pun kecuali langkah kaki yang berat dan sibuk. Tempat apa ini? Mengapa Althaf membawanya ke tempat seperti ini?Penjualan manusia? Memilih seorang nyonya keluarga berkuasa adalah pilihan ceroboh, Althaf tidak mungkin sebodoh itu. Saat tangan Naura iseng menarik gagang pintu, dia sedikit terkejut karena ternyata pintunya tidak terkunci. Meskipun ragu, Naura memberanikan dirinya untuk membuka pintu tersebut dan langsung mendapati dua sosok pria asing yang berjaga di depannya. Mata Naura menatap dingin ke arah keduanya, dua pria itu memperhatikannya sangat intens. Tetapi hal yang lebih mengejutkan terjadi begitu keduanya tiba-tiba membungkuk ke arah Naura. Naura menatap mereka heran, kenapa mereka membungkuk ke arahnya? Ada apa?"Siapa kalian?" tanya Naura, nada bicaranya penuh dengan kewaspadaan. "Apa ada sesuatu yang And

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status