Share

Bab 246. Makan Siang

Penulis: nanadvelyns
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-10 02:01:54

Naura mengerjapkan matanya pelan saat alarm bawaan di ponselnya berdering.

Wanita itu perlahan mengambil posisi duduk dan mematikan alarm.

Pada halaman lock screen muncul beberapa pesan dari Arjuna yang mengabarkan bahwa pria itu baru saja selesai rapat bersama pamannya setengah jam yang lalu.

Arjuna baru dapat beristirahat untuk tidur, di Amsterdam sana pasti langit sudah menggelap. Mereka memiliki perbedaan waktu yang cukup signifikan.

Menaruh kembali ponselnya, Naura beranjak turun untuk bersiap pergi ke kantor seperti biasa.

Begitu selesai, ia bergegas keluar dari kamar dan turun menuju halaman depan Mansion.

Mela yang sedang menikmati teh paginya menegur putrinya yang terlihat sangat terburu-buru.

"Sayang, kamu tidak sarapan dulu?"

Naura menoleh sekilas, lalu kemudian memutar kembali langkahnya untuk menghampiri Mela.

"Maaf, ibu. Aku sangat buru-buru sekarang, ada rapat penting hari ini, beberapa hari lalu sempat tertunda," jawab Naura jujur.

Mela mengerutkan keningnya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 247. Menjadi Ibu Zevan Wajendra?

    Naura terbatuk pelan, lalu balik bertanya. "Kenapa Zevan terus memanggil tante dengan 'mama'?" Zevan menatap Naura bingung. "Bukankah mama adalah mama Zevan?" Naura menggeleng pelan, saat dia hendak bicara, anak itu kembali membuka mulutnya. "Kenapa mama memilih pergi dan meninggalkan Zevan? Zevan sangat kesepian..." ucap anak itu sambil kembali memeluk erat Naura. Pandangan mata Naura mendingin, namun dia tidak mencegah Zevan memeluknya. "Apa saja yang sudah papa ceritakan?" tanya Naura, ingin mengusut alasan tingkah Zevan secara langsung. "Papa bilang kita adalah keluarga, namun mama harus pergi sebentar sehingga kita tidak bisa bersama-sama dulu." Lalu ia kembali mendongak. "Kenapa kita harus berpisah, ma? Zevan sedih...."Naura menghela napas tipis. Zafir gila, bagaimana caranya dia memberitahu hal yang sebenarnya pada anak sekecil ini?"Zevan, dengar. Hidup kamu sudah lebih dari cukup. Bahkan sebenarnya, cukup atau tidaknya itu ditentukan oleh dirimu sendiri. Kehidupan seb

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 248. Tiara Bara

    Naura berjalan keluar dari restoran dengan langkah yang cepat, dia bahkan lupa berpamitan dengan Zevan saking kesalnya dengan Zafir. Di tengah ribut pikirannya, dengan tidak sengaja bahunya menabrak seseorang. Naura dengan cepat berhenti dan menatap cemas ke orang tersebut. "Maaf, saya tidak bermaksud. Apa Anda baik-baik saja?" tanya Naura. Orang yang ditabrak itu mengenakan pakaian mantel tebal padahal sekarang musim panas, terlebih dia juga mengenakan kacamata hitam, membuat wajahnya tidak terlalu jelas. Namun saat orang itu mengangkat pandangannya, Naura tertegun. "Nyonya Bara?" ucapnya bingung. Tiara Bara yang ketahuan pun dengan cepat berusaha menutup wajahnya mengenakan lengan mantel yang tebal, namun tak ada gunanya, Naura telah mengenali wanita itu. "Apa yang sedang terjadi? Anda baik-baik saja?" tanya Naura lagi, lalu matanya melirik ke koper yang Tiara Bara bawa. Tiara Bara menunduk lebih dalam, Naura yang merasa ada yang tidak beres pun berusaha untuk bertanya kemb

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 249. Zafir Masih Di Sini

    Zafir turun dari mobil sambil menggendong Zevan yang tertidur. Pria itu segera menyerahkan anaknya pada pelayan untuk dibawa ke kamar. Sebelum berpisah, Zafir menyempatkan diriuntuk mengecup singkat dahi Zevan. "Kabari aku jika dia terbangun tiba-tiba lagi," ucap Zafir, lalu melangkah pergi meninggalkan anaknya dengan seorang pelayan menuju ruang kerja. "Bagaimana hasilnya?" tanya Zafir pada Stave yang mengikutinya dari belakang. Stave dengan cepat membuka ponselnya untuk mencari sesuatu. "Ah... Respon masyarakat terkait mega grand opening kemarin sangat baik. Banyak request pesanan dalam jumlah besar pada pabrik, tidak ada--""Bukan itu." Potong Zafir, hingga akhirnya mereka tiba di ruang kerjanya. Stave menatap Zafir bingung, sedangkan yang ditatap dengan santai duduk di kursi kerjanya. "Makan siang Zevan dan Naura," ucap Zafir, membuat Stave ber-oh ria di dalam hati. Stave terbatuk singkat. "Mereka yang mengawasi melaporkan bahwa nyonya Tirta hampir saja membahas nyo-- ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 250. Wanita dan Perjudian

    Saat Naura dan Tiara telah tiba di Mansion Tirta, Naura segera memerintahkan pelayan untuk membawa Tiara ke kamar tamu. Mereka berpisah untuk membersihkan diri, Naura kembali ke kamarnya dan melakukan aktivitas seperti biasa. Selesai membersihkan diri, dia bergegas menuju ruang kerja dan memilih menunggu Tiara sambil tetap mengurus pekerjannya. Setengah jam... Satu jam... Dua jam.... Naura sudah menunggu cukup lama, tapi kenapa wanita itu belum muncul juga?"Di mana nyonya Bara?" tanya Naura pada Kate. Kate yang sedang sibuk memilah-milah dokumen di sofa tengah ruangan pun menggeleng pelan. "Saya akan segera memeriksanya," ucap Kate, lalu berdiri dan melangkah keluar. Tak lama ia kembali, raut wajahnya nampak bingung. "Tidak ada jawaban apa pun dari dalam kamarnya, nyonya."Naura tertegun, mendadak hatinya mulai merasa cemas. Dengan cepat ia berdiri dan melangkah menuju kamar tamu yang ditempati Tiara. Naura mengetuk pintu itu sebanyak tujuh kali, namun tetap tidak ada jawaba

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 251. Kerjasama Kembali Wajendra-Tirta

    "Terima kasih banyak, nyonya Tirta. Maaf... Aku merepotkanmu. Sejujurnya aku merasa sangat malu." Tiara tersenyum lemah ke arah Naura, mereka berdua berdiri di halaman depan Mansion Tirta. Setelah diskusi serta diiringi dorongan semangat dari Naura, Tiara pun berani melangkah kembali ke Mansion Bara. Meskipun rasa takut dan gugup menggerogotinya, pada akhirnya dia tidak bisa menghindar dari takdirnya sebagai kepala keluarga. "Bukan masalah besar, terkadang perempuan memang tidak memiliki tempat untuk kembali di situasi seperti ini," jawab Naura, sekali lagi dia mulai mengingat kepingan masa sulitnya. "Saya tidak tahu harus bagaimana berterima kasih pada Anda, jika--""Berjanjilah pada saya untuk menjadi pemenang di masalah ini. Setelah selesai, Anda baru bisa memikirkan bagaimana caranya berterima kasih pada saya." Potong Naura, kembali memberikan dorongan pada Tiara. Tiara tertegun, lalu ia mengangguk mantap. "Tentu." Setelahnya, Tiara masuk ke dalam mobil yang diperintahkan N

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 252. Tidak. Tidak Pernah Berubah

    Naura duduk berhadapan dengan Zafir di ruang tengah Tirta. Zafir benar-benar terlihat santai, pria itu selalu tersenyum setiap kali mata mereka bertemu. Naura hanya diam dan memasang raut wajah tidak bersahabat, dia tidak mengerti mengapa Zafir bergerak lebih agresif dibandingkan sebelumnya. "Apa kamu sudah menerima email yang pihak kami kirim?" tanya Zafir, membuka pembicaraan. Naura tanpa ekspresi menjawab. "Ya, tapi aku tidak bisa menyetujuinya.""Kenapa?" tanya Zafir. Naura mengerutkan keningnya. "Anda lah yang kenapa, bukankah dulu yang membatalkan semuanya adalah Anda?"Zafir mengangguk ringan. "Itu benar, tetapi aku akui itu adalah sebuah kesalahan. Tidak seharusnya aku memutuskan hubungan dua keluarga begitu saja. Wajendra dan Tirta sudah berhubungan sangat lama, namun kemarin emosiku sedang sangat tidak stabil, aku minta maaf. Tujuanku kemari hanya ingin mengembalikan semuanya seperti semula, aku tidak ingin mengecewakan upaya para senior keluarga di masa lalu."Naura me

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 253. Rumah Tangga Keluarga Bara

    "Pergi lalu datang tiba-tiba, memalukan! Kini kamu menampar Sela hanya karena masalah ringan? Tidak puaskah kamu bertingkah hingga membuat masalah internal kita tersebar?!" Jovan menatap muak ke arah istrinya, lalu menarik Sela ke dalam pelukannya. "Sudah marahnya?" tanya Tiara tenang, menatap datar suami serta orang ketiga di pernikahannya. Melihat respon Tiara yang cukup berbeda dari sebelumnya, keduanya pun sempat tertegun. Tiara tidak mempedulikan ekspresi mereka, dia segera melirik Sela sekilas dan kembali menatap Jovan. "Ajari kekasihmu untuk tidak menyentuh sesuatu yang bukan miliknya. Kedepannya aku tidak akan mentoleransi kesalahan seperti ini lagi, bahkan aku tidak ragu mengusir kalian dari sini." Tegas Tiara, lalu melangkah melewati Jovan dan Sela. Diam-diam hatinya kembali berdenyut sambil berdarah, tetapi dia mengingat pesan Naura dan kembali membulatkan keberanian. Jovan dan Sela menatap heran ke arah Tiara, kenapa wanita itu tidak mengamuk dan pecah seperti sebel

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 254. Bouquet Bunga

    Naura baru saja selesai mengurus pekerjaannya, dia kini duduk di hadapan meja rias setelah usai membersihkan diri. Di tengah ini, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Naura menoleh sekilas, itu pasti bukan Kate karena wanita itu sudah berpamitan saat dirinya mandi. "Masuk," jawab Naura. Tak lama pintu terbuka, sesuai dugaannya, yang mengetuk adalah pelayan Mansion. "Ada apa?" tanya Naura sambil menyisir rambutnya. "Ada kiriman bouquet bunga, nyonya. Saya sudah memerintahkan mereka untuk meletakkannya di ruang tengah." Naura menaikkan alis kirinya sekilas, lalu dia segera berdiri dan melangkah menuju ruang tengah.Bibirnya tersenyum samar, Naura menebak bunga itu adalah pemberian Arjuna. Sampai di ruang tengah, Naura tersenyum tipis. Bouquet mawar putih besar bersandar jelas di sofa ruangannya. Tak lama ponselnya berdering, panggilan dari Arjuna masuk. "Bagaimana, apa kau suka?" tanya Arjuna begitu sambungan mereka terhubung. Naura menyentuh lembut kelopak bunga mawar t

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11

Bab terbaru

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 267. Ada Yang Tidak Mengerti

    Setelah menolak permintaan Tiara untuk bercerai, sang presiden pun meninggalkan kediaman Bara. Asisten pribadi Tiara, Vivi, dengan cepat berlarian ke arah atasannya dan membantu wanita itu berdiri. Vivi menangis deras, sejak awal dia dilarang masuk oleh penjaga pintu dan langsung syok begitu pintu terbuka melihat Tiara yang terkapar lemas penuh darah di lantai. "Nyonya, hati-hati..." Vivi berusaha menahan air matanya agar tidak menangis lagi. Tiara tersenyum tipis ke arah Vivi, saat menyadari bawahannya itu menangis, Tiara dengan cepat berkata,"Aku belum mati."Vivi tidak menjawab, dia tahu hal itu. Tetapi melihat sosok Tiara yang terkapar lemas dengan darah tentu saja dia sangat cemas. Ketika hendak melangkah keluar, tiba-tiba saja Sela mendekat ke arahnya. "Nyonya, Anda baik-baik saja?" tanya Sela dengan raut wajah polos. "Sela, kemari. Tidak perlu mempedulikan wanita itu, dia sudah berbuat jahat padamu," ujar Jovan yang berdiri tak jauh dari mereka. Sela menggeleng cepat. "

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 266. Sang Bapak Presiden

    Keringat dingin menetes di lantai kediaman keluarga Bara.Tiara berlutut denga kepala tertunduk dalam, di depannya duduk seorang pria paruh baya dengan badan gempal yang memegang cambuk. Di sebelahnya terdapat Jovan yang duduk di sofa, Sela ikut duduk di sana sambil memeluk erat lengan suaminya dengan wajah ketakutan. Jovan tersenyum puas melihat Tiara yang berlutut tak berkutik, inilah akibat dari melawan kata-katanya. "Aku sudah pernah memberi peringatan padamu sebelumnya, bukan? Mengapa kamu melanggar perintah ku?" ucap presiden dengan nada bicara yang dingin. Tak pernah ada yang tahu sosok mengerikan kepala negara yang satu ini. Dia selalu tersenyum ramah di hadapan para rakyat, bahkan jika Tiara berteriak lari keluar untuk meminta pertolongan tak akan ada yang percaya. "Saya tidak mengerti maksud Anda, bapak Presiden." CTAK!Presiden mengayuhkan kasar cambuk itu ke lantai, membuat Tiara mengepalkan kedua tangannya dengan mata terpejam. "Tidak tahu malu!" ucap presiden sam

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 265. Hadiah Dari Bapak Presiden

    "Ada apa, nyonya?" tanya Kate penasaran saat mereka telah berada di dalam mobil menuju Mansion Tirta. "Nyonya Bara menitipkan pesan pada pelayan tadi menggunakan kertas ini," ucapnya sambil menunjukkan kertas yang sudah dia remas kuat tadi. "Dia hanya mengatakan ada sesuatu yang berada di luar perkiraan serta memintaku untuk terus percaya serta dan tidak khawatir," lanjut Naura. Kate mengerutkan keningnya. "Jadi 'beliau' yang dimaksud pelayan tadi adalah nyonya Bara?" tanyanya syok dan menambahkan,"Lalu bagaimana dengan luka memar dan cambuknya? Itu juga nyonya Bara?"Naura mengangguk singkat, hatinya semakin merasa khawatir. "Nyonya, bukankah ini sudah masuk ke dalam tindakan kekerasan?" tanya Kate khawatir. Naura tidak menjawab, dia juga tahu hal itu.Melihat Naura yang tidak merespon, Kate yang sudah kalut khawatir pun kembali bicara. "Sepertinya masalah ini memang sangat berbahaya, nyonya. Mengingat Presiden bahkan mampu membungkam keluarga Bara yang berada diurutan kelima,

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 264. Surat Dari Tiara

    Naura melangkah masuk ke dalam Mansion Tirta begitu tiba. Malam ini otaknya tidak bersahabat untuk diajak beristirahat, kepalanya masih penuh dengan Tiara. Meskipun masalah itu bukan urusannya, Naura tetap merasa tidak tenang untuk Tiara. Dia pernah berada di posisi rumit seperti itu seorang diri, tidak ada yang membantunya hingga rasanya seperti tercekik ingin mati. Menghela napas tipis, Naura duduk di kursi kerjanya. Malam ini terasa jauh lebih hening dibanding biasanya. Kate sudah pamit pergi sebelum Naura masuk ke dalam ruang kerja, kini dirinya benar-benar sendirian mengurus pekerjaan. Naura memeriksa ponselnya terlebih dahulu sebelum memulai fokusnya pada layar komputer. Tidak ada pesan atau panggilan apa pun dari Arjuna, sepertinya pria itu mulai kembali sibuk.Meletakkan ponselnya kembali ke atas meja, Naura meregangkan tubuhnya sebelum bekerja. Tiga jam lebih, wanita itu bahkan tidak menggeser pandangannya dari layar komputer selain untuk menyeruput teh yang sempat di

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 263. Percaya Pada Diri Sendiri

    Naura melangkah masuk ke sebuah gedung restoran bintang lima tak jauh dari lokasi pertemuan sembilan pilar negara sebelumnya. Saat hampir tiba di area Mansion Tirta, Naura tiba-tiba menerima panggilan dari Tiara. Wanita itu meminta pertemuan secara mendadak malam ini juga. Sampai di dalam restoran, Naura dibawa oleh seorang pelayan wanita menuju ruang VIP tempat Tiara berada. Mereka saling melempar senyum setelah saling melihat. "Selamat datang, nyonya Tirta. Maaf karena saya meminta waktu Anda secara tiba-tiba seperti ini," ucap Tiara dengan raut wajah dan nada bicara tak enak. Naura mengangguk singkat. "Bukan masalah besar, kebetulan sejujurnya saya juga khawatir dengan kondisi Anda."Mendengar Naura yang selalu memperlakukannya dengan baik, senyum dan tatapan mata Tiara berubah sedikit mengabu. Kepalanya tertunduk lemah. "Saya... Merasa malu karena Anda dapat melihat sosok tidak berdaya saya. Saya seorang kepala keluarga wanita, seperti Anda. Tetapi saya lemah dan tidak--""A

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 262. Nyonya Bara Meminta Cerai

    "Nyonya Bara." Beberapa penjaga yang bertugas di depan pintu ruang rumah sakit Jovan membungkuk menyapa Tiara. Tiara masuk tanpa menjawab sapaan mereka, raut wajahnya suram menahan amarah. Di dalam dia melihat Jovan tengah mengunyah buah pisang, mata pria itu melirik kedatangan Tiara dengan malas. Mata Tiara menelusuri ruangan itu dengan dingin, sosok Sela entah berada di mana. Wanita itu sepertinya ditahan petugas agar tidak mendekat pada Jovan untuk sementara waktu. "Nyonya Bara yang terhormat mengunjungiku?" ucap Jovan dengan nada sarkas. Tiara tidak membalas dan memilih duduk dengan tenang di sofa. "Bagaimana kondisimu?""Apa itu penting? Bukankah ini yang kau mau?" balas Jovan, menatap penuh kebencian pada Tiara. Tiara mengepalkan kedua tangannya. "Kamulah yang memancing emosi tuan Wajendra, semua orang tahu bahwa pria itu masih memiliki perasaan pada nyonya Tirta.""Tidak, bukan salahku. Jika sejak awal kamu tidak mengizinkan nyonya Tirta ikut campur, maka kejadian ini ti

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 261. Mau Direbut Lagi?

    "Aku baru saja selesai menghadiri acara pertemuan sembilan pilar negara, sekarang hendak kembali ke Mansion," ucap Naura di telefon untuk Arjuna sambil terus melangkah menjauh dari ruangan Zafir."Pasti lelah. Pastikan segera beristirahat begitu tiba di Mansion, jika membutuhkan sesuatu aku akan segera--""Tidak perlu khawatir." Potong Naura dengan senyum tipis. "Kamu bisa tenang dan fokus mengurus pekerjaanmu." Hatinya menghangat saat Arjuna masih berusaha selalu ada untuknya meskipun jarak dan waktu mereka yang sangat berbeda. Belum lagi dengan urusan penting pria itu. "Tidak ada pekerjaan yang jauh lebih penting dari dirimu. Tetap hubungi aku jika kamu merasa kesulitan." Arjuna tetap kekeuh pada kalimatnya. Naura menghela napas tipis diam-diam, bibirnya masih tersenyum. Berbicara dengan Arjuna meskipun hanya melalui telefon rasanya berhasil melepas beban berat di pundaknya. Kehangatan pria itu selalu berhasil menyentuhnya di manapun dirinya berada. "Iya..." jawab Naura dengan

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 260. Zafir Memohon

    Petugas keamanan merangsek masuk, mereka berusaha melerai Zafir yang memukuli Jovan secara membabi buta. Naura mematung di posisinya, memandang syok ke arah Zafir. Kedua tangannya mengepal erat, jantungnya berdegup kencang. "Nyonya Tirta, Anda baik-baik saja?" tanya Tiara setelah menyusul posisi berdiri Naura. Naura tetap mematung memandangi Zafir, tidak menjawab pertanyaan Tiara. Setelah keduanya berhasil dilerai, Zafir dibawa ke ruangan lain untuk diobati. Wajah pria itu dua hingga tiga tempat mengalami memar. Sementara Jovan, hidung dan pelipisnya telah berdarah tak karuan, membuat pria itu perlu dibawa ke rumah sakit. "Tuan!" Suara isak tangis Sela yang menyayat hati menghiasi keributan di hari itu. Tak lama ia menghampiri Tiara setelah dipaksa mundur oleh petugas untuk mendekati Jovan. "Nyonya! Nyonya! Saya mohon... Ini semua... Ini semua salah saya. Jangan lampiaskan--"PLAK!"Tidak tahu malu!" ucap Tiara sambil menampar pipi Sela, kemudian saat hendak menoleh lagi ke N

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 259. Zafir Memukul Untuk Naura

    "Mama papa keren! Keren! Itu mama papa Zevan!" Suara riang anak kecil terdengar begitu musik dansa berhenti. Naura menggenggam erat tangan Zafir, sementara tangannya yang lain memegang bahu pria itu. Zafir pun sama, dia merangkul erat pinggang rampung Naura dan tangan wanita itu. Keduanya saling tatap, Naura masih menatapnya penuh kebencian. Zafir lagi-lagi tidak keberatan.Zevan berlari lincah ke arah mereka, membuat Naura tersadar dan segera melepas pegangannya dari Zafir. "Mama! Mama cantik sekali!" Puji Zevan dengan senyum lebar, membuat Naura tak bisa menahan senyum. "Jangan berlari lagi, Zevan." Naura mencubit hidung anak itu. Tak lama suara tepuk tangan mulai terdengar, lalu menjadi jauh lebih ramai dan meriah dibandingkan tepuk tangan dansa sebelumnya. Naura mulai sadar dan memperhatikan sekitar, semua orang menatap mereka dengan senyuman. Konyol, ini konyol. Saat hendak memutuskan untuk pergi, tiba-tiba saja tak jauh dari posisi mereka terdengar suara teriakan wanit

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status