Kaila langsung mempercepat langkah kakinya sampai ia tidak memedulikan kondisi tubuhnya yang sedang mengandung.
“Shakira!”
Melviano langsung menengok ketika mendengar suara yang tak asing di telinganya. Melviano terkejut melihat istrinya yang berada di kantor. Padahal, setahu Melviano itu kalau Kaila sedang ada sahabatnya tadi.
“Kaila,” suara Melviano terdengar begitu lembut.
“Kenapa? Kamu kaget aku pergokin lagi deket-deket sama Shakira.”
“Lho, kalian berdua saling kenal?”
“Kaila, kenapa kamu ada di sini? Bukannya kamu ikut suami ke luar negeri?”
Kaila tersenyum miring. “Orang yang sedang berdiri di depan kamu itu suamiku, Shakira. Kalau kurang jelas atau kamu nggak percaya biar nanti aku tunjukkan buku nikah kami, mau tunjukkin cincin nikah tapi aku lagi nggak pakai, soalnya jariku lagi melar efek lagi hamil,” Kaila langsung memamerkan perutnya yang buncit
“Ingin apa?” tanya Melviano yang merasa tak sabar juga penasaran.“Aku ingin semua yang ada di sini main tik tok.”“WHAT?” Rania langsung melotot tak percaya dengan keinginan putrinya itu. “Jangan aneh-aneh kamu, Kai.”“Tik tok apa sih?” tanya Haidar yang tak paham.“Yang begini lho, Yah.” Kaila segera membuka ponselnya, ia membuka aplikasi instagram dan mencari video tik tok orang berjoged maju serta dikamera oleh orang yang berjalan mundur.“Astaga, kok ngidam cucu Ayah begini amat ya.”“Nggak tahu nih, pengin lihat kalian main tik tok.”“Kai, kamu ngaco ah.” Rezvan kini ikut bersuara.“Iya, Kai. Kata Mas Rezvan itu nggak ada ngidam-ngidam begitu, itu hanya mitos saja. Jangan begitu ah, malu tahu buat video begitu,” tambah Nasya yang membuat Kaila semakin tersudut.“Tapi lucu tahu, Kak.”
“Ada ruangan kosong?” tanya Kaila menyahuti.“Nggak ada, huuftt.” Rania langsung lesu, padahal sudah ingin melihat dua menantu kesayangannya joged tik tok.Rezvan dan Melviano langsung mengusap dadanya sebagai rasa kelegaan dalam hati mereka.“Terus kenapa tadi malahan tersenyum sambil bilang sudah siap semuanya, Mah?”“Pengen ngetes mantu Mamah. Ternyata wajahnya pada tegang semua.”Kaila langsung menatap ke arah Melviano yang bersikap dan menampilkan wajah datarnya, sedangkan Rezvan hanya pura-pura tak mendengar dengan pura-pura mengajak Shaqu berbicara.“Gini aja, gimana kalau sewa kamar aja? Atau ruang meeting hotel ini?”“Ide bagus, Kai. Mamah setuju.”“Kai, kan udah nggak ada. Jadi ya udah dibatalkan saja dong.”“Oh ... nggak bisa dong, Mel. Harus tetap jadi. Iyakan Yah, Pah?”“Iya, Ayah juga lama nggak olah
DUA BULAN KEMUDIAN.Saat ini usia kandungan Kaila menginjak tujuh bulan, di mana trisemester tiga akan dimulai. Kaila merasa untuk jalan saja sudah tak bisa. Berjalan sedikit saja terasa capek juga engap. Kaila sudah meminta pindah kamar di lantai dasar. Kini Melviano juga Kaila sudah memilih kamar lantai bawah yang lumayan sedikit luas.“Duh, gerah banget,” kata Kaila sembari mengipasi dirinya.“Kan ac sudah nyala.”“Iya tapi gerah bawaannya. Mana semakin cepat pengin pipis terus lagi.”Kaila merasakan kalau saat ini sebentar-bentar ingin ke kamar mandi untuk buang air kecil. Kaila juga kalau malam mulai susah tidur, mau miring kanan pegal, kiri sama aja. Terlentang napasnya sangat engap juga sesak, nggak mungkin tengkurap.“Acara baby shower besok pagi lagi, Kaila memegang pinggangnya yang terasa sangat pegal sekali.”“Kenapa, huh?” tanya Melviano yang benar-benar set
“Ayo sayang kamu pasti bisa,” kata Kaila sedikit berteriak untuk menyemangati sang suami.Kaila melihat Melviano yang tengah kebingungan memakaikan popok untuk boneka, ekspresi Melviano terlihat sangat lucu, Kaila tersenyum begitu lebar. Apalagi peserta di samping Melviano itu usianya jauh lebih matang dari pada Melviano, pasti sudah banyak pengalamannya.“Ayo para hot Daddy, kita lihat kalian bisa memakaikan popok atau enggak nih,” seru sang pembaca acara yang terus mengoceh agar suasana pesta baby shower tetap ramai juga meriah.Melviano kini hampir selesai memakaikan popoknya, ia terlihat begitu gugup dilihat oleh banyak orang. Bisa memalukan nanti kalau sampai salah, untung saja Melviano rajin bukain youtube cara mengganti popok, cara menenangkan bayi saat nangis, cara mengganti diapers, serta cara memberikan susu formula meski nanti Kaila katanya mau ASI eksklusif selama enam bulan.“Tiga ... dua ... satu. Selesai, semua
Kaila langsung menggeser tombol hijau ke samping. Kaila segera menempelkan ponsel itu di telinganya.“Halo.”“Emm ... ini Nyonya?”“Iya, Mike. Ada apa?”“Saya mau berbicara sama Tuan Melvin ada?”“Dia lagi ngobrol sama Papahku, ada hal penting apa, ya?”“Masalah perusahaan sih, Nyonya.”“Ya sudah tunggu dulu, saya ke Melvin bentar.”Kaila langsung berdiri dari posisi duduknya, ia berjalan menuju ke arah Melviano juga Papah yang sedang mengobrol. Entah mereka sedang membicarakan apa Kaila tak paham dan tak mau tahu juga.“Ada telepon,” kata Kaila menyodorkan ponsel Melviano yang emang dipegang Kaila akhir-akhir ini.“Dari siapa?”“Mike.”Kening Melviano mengerut, tumben sekali Mike telepon. Biasanya laporan saja melalui email. Ini kenapa telepon segala, pasti ada yang penting saat in
“Itu makanan apaan?”“Itu cakwe, Mel.”“Emang enak, ya?”“Lumayan, lagi pengin soalnya.”“Ya udah kalau begitu kita beli.”Melviano langsung memarkirkan mobilnya ke arah bahu jalan. Ia mematikan mesin mobilnya. Melviano menatap ke arah Kaila, ia melepaskan sabuk pengamannya.“Mau beli berapa?” tanya Melviano.“Nih, sepuluh ribu aja.” Kaila memberikan uang receh ke arah Melviano.“Yakin ini cukup?”“Cukup, udah kasih uang itu aja. Kamu jangan beli banyak-banyak.”“Oke.”Melviano segera turun mobil, ia berjalan ke arah gerobak penjual cakwe. Setelah selesai membeli, Melviano langsung segera masuk mobil.“Nih.”“Makasih sayang.”Kaila menerima cakwe itu dengan senyum yang begitu lebar. Kaila langsung memakannya selama perjalanan menuju ke arah ruma
Melviano berpikir ulang, tapi tetap saja kan si Radika itu laki-laki. Meski matanya menggoda ke arahnya dibanding ke arah Kaila sih.“Nggak boleh, katanya hanya perut saja yang dipamerkan.”“Tapikan biar keren aja, Mel.”“No, meski dia sedikit aneh tapi dia tetap laki-laki yang memiliki senjata.”“Ck,” decak Kaila sebal. “Ya udah deh dari pada nggak foto sama sekali.”Radika yang melihat perdebatan suami istri itu sedikit kesal. Sejam lagi ia harus menerima job lain masalahnya.“Halo, babe. Sudah berantemnya?”“Iya sorry. Sudah kok.”Kaila dan Melviano langsung berpose sesuai yang diinginkan oleh Kaila. Kaila langsung memperlihatkan perutnya yang buncit tanpa pakaian yang menutupi. Beberapa kali berganti pose kini pemotretan telah selesai.“Oke, babe. Gue tinggal dulu. Ada job prewedding di taman barito.” Radika pamit kepada K
Melviano sepertinya harus menitipkan Kaila ke Rezvan juga. Apalagi Kaila sedang hamil tua begini, Melviano ingin nanti Kakak iparnya itu membantu segala keperluan Kaila saat bersalin. Mudah-mudahan sih pas istrinya melahirkan ia sudah kembali ke Indonesia. Tapi, namanya hidup harus selalu sedia payung sebelum hujan, harus antisipasi sebelum terjadi.“Mau nitipin kamu sama dia.”“Lah, emang aku anak kecil pakai dititipin segala.”“Bukan begitu sayang, dia kan Dokter kandungan yang menangani kamu, jadi aku harus bicara ke dia juga.”“Ya udah terserah kamu aja kalau begitu.”Kini Kaila mendadak jadi diam, ia murung, hatinya merasa sedih mengetahui kenyataan kalau besok suaminya akan terbang ke Los Angeles.Kaila langsung segera berjalan menuju ke arah gazebo. Kaila duduk di sana menikmati semilir angin sore kota Jakarta. Terkadang sudah di Jakarta, Kaila sangat rindu Los Angeles. Giliran di Los An
Beberapa hari kemudian.Di rumah seorang Haidar sedang mengadakan acara pesta atas kelahiran cucu pertamanya. Haidar selalu memperlakukan Matheo dengan sangat spesial.“Cucu Kakek, besok kamu akan meneruskan semua perusahaan dari Kakek.” Haidar yang sedang menggendong Matheo. Saat ini kerjaan Haidar hanya menggendong Matheo setiap hari, ia selalu berebut dengan Melviano untuk menggendong Matheo.Para tamu yang hadir pun tak tanggung-tanggung, semua pejabat, orang pembisnis, bahkan Haidar memanggil penyanyi terkenal tanah air untuk menghibur para tamu. Semua tamu kini tengah mengucapkan selamat kepada Kaila juga Melviano.“Selamat Pak Haidar, kini anda menjadi seorang Kakek.”“Hahaha, ini yang saya harapkan sebelum meninggal.”“Ah, Bapak. Jangan bilang begitu. Tunggu Matheo gede dulu.”“Ini yang sedang saya doakan selalu sama Tuhan.”“Kalau begitu saya permisi dul
Melviano masih setia menunggu panggilan video call dirinya diangkat oleh Damian. Melviano sendiri mendesah kesal karena panggilannya lama sekali.“Ya, halo,” sapa Damian yang terlihat di sebuah ruangan gelap.“Sedang apa kau?”“Lagi menjalankan misi, ada apa?”“Gini, aku mau kasih tahu kalau Kaila sudah melahirkan.”“What, seriusan? Mana anakmu? Pasti tampan sepertiku.”“Shit! aku ini Daddynya, jelas tampan seperti diriku.”“Ya, terserah kau saja. Mana anakmu?”Melviano langsung mengarahkan kamera ponsel ke arah box bayi yang terdapat Matheo. Di sana, Melviano dapat melihat ekspresi Damian yang sangat kagum terhadap anaknya.“Sudah, anakku tampan kan?”“Iya tampan, mirip dengan Kaila.”“Fuck, dia mirip denganku.”“Rambutnya saja mirip denganmu. Semuanya mirip Kaila.”
“Kamu gila ah, Mel. Aku aja baru melahirkan rasanya sakit luar biasa, kamu udah pengin baby girls aja.” Kaila menggerutu mengenai bisikan Melviano yang menginginkan baby girls.“Iya kan nggak sekarang, kita program nanti.”“Udah lah, kita urus Mamat yang benar dulu. Aku mau pakai kb aja nanti.”“Jangan pakai kb.”“Kenapa? Nanti aku kebobolan gimana?”“Gapapa, kan ada aku yang tanggung jawab.”“Iya sih, tapi bukan masalah tanggung jawab atau gimana. Kamu baru aja lihat perjuanganku tapi udah pengin anak lagi,” dumel Kaila.“Iyakan itu hanya keinginan dan planing saja sayang.”“Ya udah simpan saja dulu planing buat baby girlsnya. Kita urus anak kita aja.”Selesai memberikan Asi kepada Matheo, kini keduanya saling istirahat. Melviano tidur di sofa kali ini atas perintah Kaila. Lagipula Kaila tak tega melih
Melviano tersenyum ketika sudah mempersiapkan nama yang bagus menurutnya. Melviano berdeham sejenak sebelum memberitahukan nama dari buah hatinya.“Namanya Matheo Demonte Azekiel.”“Whoa, nama yang bagus,” sahut Rania yang masih menimang cucunya.“Panggilannya apa nih?” tanya Nasya yang penasaran.“Mamat,” sambar Kaila dengan cepat.“WHAT.” Debi langsung terkejut mendengar nama panggilan yang diusung oleh Kaila.“Sayang, panggilannya jangan itu. Panggilannya Matheo.” Melviano membetulkan nama panggilan baby boy.“Mel, panggilan Matheo itu susah, lidah belibet jadi yang gampang aja sih, panggilannya Mamat.”“Hah, seriusan kamu, Kai?” tanya Nasya sedikit tak yakin.“Iya, seriusan dong.” Suara Kaila sangat menyakinkan semua yang ada di ruangan. Ia meringis menatap wajah pias suaminya.“Kaila, nama anak lo
Kaila menarik rambut Melviano dengan kuat sambil mengejan.“Aaaaaaaaaaaa,” teriak Kaila mengejan begitu kuat.“Ayo terus, lagi. Mengejan terus.”“Hooosst ... huuutff ....” Kaila merasakan sudah mengejan kuat, tapi kenapa bayinya belum keluar juga. Tenaga Kaila bahkan sudah lemas terkuras.Melviano sendiri memegang punggung Kaila untuk menahan tubuh Kaila. Rambutnya sebagai sasaran tangan Kaila ia abaikan, yang terpenting istri dan anaknya selamat.“Ayo sayang kamu pasti bisa,” ucap Melviano menyemangati. Wajah Melviano sendiri sudah tak karuan ekspresinya. Hanya ada satu ekspresi dalam diri Melviano, yaitu tegang.“Satu, dua, tiga, mengejan kua, ayo,” suara Dokter selalu mengintruksi Kaila agar segera mengejan kuat.“Aaaaaaaaa ... eghhhhhhhhh.” Kaila kembali lemas. Ia sudah habis tenaga, kenapa sulit sekali keluarnya. Kaila justru menangis karena proses pers
Melviano langsung masukl ke ruang bersalin. Ia menatap ke arah Kaila yang tengah meringis kesakitan. Rasa lelah dan kantuk dalam diri Melviano mendadak langsung hilang melihat perjuangan sang istri yang akan melahirkan buah cinta mereka.“Sayang.”Kaila langsung membuka matanya, ia tersenyum tipis di sela-sela rasa sakitnya. Kaila merasa senang dengan kehadiran suaminya, tanpa sadar air mata Kaila terjatuh dengan sendirinya.“Mel.”“Iya sayang. Kamu pasti kuat, kamu pasti bisa, ya.” Melviano menggenggam tangan Kaila erat. Tangan satunya ia gunakan untuk mengusap air mata Kaila yang terus mengalir.“Sakiiiiitt,” rintih Kaila.“Iya sayang, aku tahu kok itu pasti sangat sakit banget. Kamu boleh lakukan apapun ke aku agar bisa meredakan rasa sakitmu.”“Nggak kuat.”“Ssssttt ... jangan bilang begitu, kamu pasti kuat kok.”“Aahhhhhhhhh,&r
RUMAH SAKIT EZVAN MEDIKA.Kini Kaila langsung dilarikan ke IGD kemudian langsung dimasukkan ke ruang khusus bersalin (Vk). Kaila sedang menahan sakit yang mendera di perut bagian bawahnya. Kaila merasa tersundul perutnya dengan sangat dahsyat.“Awwww, sakit,” teriak Kaila yang sudah keluar keringat dingin di mana-mana.Rania pun diperbolehkan masuk untuk mendampingi pasien. Rania menangis melihat anaknya kesakitan seperti itu. Rania merasa lemas sendiri.“Mah ... sakiiiiiiit.”“Iya sayang, sabar ya.”Kini para tim medis bagian ruang bersalin langsung memeriksa kondisi Kaila. Salah satu seorang bidan memeriksa tekanan darah Kaila, serta mengecek jalannya lahir.“Pembukaan satu,” kata bidan itu sedikit lantang.“Whoa, udah pembukaan satu, Bu?”“Iya, sabar aja, ya. Memang seperti itu kalau mau melahirkan. Kontraksi terus menerus sampai pembukaan penuh. Jadi h
PESTA KEHAMILAN NASYA.SATU MINGGU KEMUDIAN.Sudah satu minggu kemudian tapi Melviano belum kunjung pulang ke Indonesia, semua ini membuat Kaila kesal juga khawatir. Apalagi, Kaila sering mengalami kontraksi palsu. Kaila sering mulas yang tiba-tiba saja menghilang.“Kamu yakin akan ikut hadir, Kai?”“Yakin, Mah. Masa Kak Nasya adakan pesta kehamilan Kaila nggak hadir sih.”“Tapi perut kamu seperti akan melahirkan begitu.”“Namanya juga sudah sesuai HPL Mah.”“Iya, tapi suami kamu kenapa belum juga pulang sih.”“Kaila hubungi tadi nggak aktif.”“Ck, ponsel nggak aktif ini yang bikin jadi kesal sendiri.”“Iya, Mah.”“Yaudah kamu hati-hati jalannya. Mamah ngeri lihat kamu jalan dengan perut gede banget gitu. Masih mending Mamah aja yang hamil dari pada lihat orang hamil gitu, hati Mamah ikutan linu.&rdqu
Kaila merasa bingung sendiri, ia dengan cepat langsung memesan taksi online. Sambil menunggu taksi online, Kaila melihat foto hasil USG dirinya yang selalu disimpan dalam tas.Lima menit kemudian, Kaila langsung mendapatkan chat kalau taksi online sudah berada di depan rumahnya. Kaila segera keluar. “Mah, Kaila pergi ke apartemen Kak Nasya dulu.”“Iya udah hati-hati.”Kaila segera keluar rumah, ia memasuki taksi. Seperti biasa, Kaila selalu mendapatkan sapaan terlebih dulu oleh sopir taksi.“Sesuai aplikasi, Bu?”“Iya.”Kini Kaila hanya menatap ke arah jalanan kota Jakarta. Kaila merasa seperti tak punya suami saja saat ini, apalagi apa-apa saat ini harus sendirian. Mamahnya tak pernah memanjakan Kaila seperti Melviano. Kalau hamil begini paling enak emang bersama suami tercinta.Setelah hampir dua jaman akhirnya Kaila sampai di kawasan apartemen sudirman. Kaila langsung membayar tarif t