Saat ini Melviano tertawa terpingkal-pingkal melihat Kaila menangis lebay seperti itu. Melviano sangat bahagia jika melihat Kaila menderita seperti itu. Rasanya puas, sangat puas.
Rasakan kamu bocah kecil, enak tidak sendirian seperti itu? Hahahah, makanya jangan dekat-dekat sama Cris. Tidak menurut sih. Tawa Melviano kembali pecah setelah melihat aktifitas Kaila dari layar tabletnya. Ia sedang memantau kegiatan istri kecilnya itu. Alasannya sih sibuk kerja saat bilang sama Kaila, aslinya Melviano hanya duduk-duduk saja sambil mengawasi Kaila.
Telepon Melviano berdering, Damian meneleponnya lagi. Ada apa sih.
“Iya Dam.” Melviano masih memantau kegiatan Kaila dalam apartemennya dengan tablet yang dipegangnya.
“Anabelle tadi meneleponku, meminta nomormu,” adu Damian teman dekat Melviano.
“Untuk apa dia meneleponku?” tanya Melviano heran.
“Sepertinya dia ingin mengajak kamu bersenang-senang malam ini.&r
Beverly Center Mal.Melviano langsung memasukan mobilnya ke parkiran VVIP. Mobil mahal jadi parkiran pun harus memilih yang mahal.Melviano mengajak Kaila menuju konter hape. Ia memilih hape dengan tipe terbaru. Kaila kali ini hanya diam saja tanpa protes sedikit pun. Mau protes gimana, kalau penjualnya ngomongnya bahasa inggris.Melviano selesai membelikan hape, ia langsung pergi ke salah satu toko terkenal di belahan dunia.“Sekarang kamu pilih.” Melviano memerintah Kaila agar memilih apa yang Kaila suka.Kaila melongo, ia nggak percaya bisa masuk toko branded seperti ini. Namun yang jadi pertanyaan Kaila saat ini. Harus banget belanja dalaman wanita begini? Lagian underware milik Kaila juga masih layak pakai.“Harus banget belanja underware?” tanya Kaila memastikan. Ya gila aja, malu belanja underware ditemani laki-laki begini. Meski hal seperti wajar di kota ini.“Ya.”“Tapi punyaku
Melviano sampai apartemen dengan dada yang begitu bergemuruh. Ia nggak terima kalau nanti Kaila dijamah sama dua bangsat. Nggak pokoknya, nggak akan!Tujuan utama Melviano saat ini adalah wanita di kamarnya. Siapa lagi kalau bukan istri kecilnya yang hobi bikin darah naik. Melviano membuka pintu kamar, ia mendesah lega kalau Kaila sudah tertidur pulas.Dengan langkah lebar Melviano langsung menunduk di mana istrinya sedang tertidur.“Mel,” ucap Kaila yang merasa ada seseorang di hadapannya.“Iya,” jawab Melviano dengan suara berat.“Baru pulang?” Kaila langsung bangkit dan terduduk. Ia mencoba mencari kesadarannya.“Maaf,” ucap Melviano yang duduk di pinggiran ranjang. Matanya menatap Kaila dengan sangat intens.“Gapapa.”“Kamu mau tidur lagi?” tanya Melviano menatap sayu ke arah Kaila.“Iya.”“Kaila, boleh aku minta sesuatu
Melviano saat ini emosi tingkat kabupaten. Maksud Kaila apaan sih mengucapkan nama Cris sama nomor segala. Memangnya Melviano bodoh? Hellow tidak bisa! Lulusan S2 masa mau dibohongin sama anak bawang macam Kaila. Yang benar saja ferguso.Melviano menyuruh sekertarisnya untuk menghandle semua pekerjaannya hari ini. Melviano menelepon Sawyer agar langsung menuju ke apartemennya saat ini.“Halo Sawyer, tolong ke apartemen sekarang juga,” perintah Melviano terhadap orang kepercayaannya.“Baik Tuan.”Melviano kembali menyetir mobilnya dengan kecepatan penuh. Istri kecilnya mau macam-macam ternyata.Dua puluh menit sudah Melviano menghabiskan waktunya di jalan. Sepanjang perjalanan pun ia selalu mengumpat dari huruf A sampai Z.Dengan langkah yang begitu lebar, Melviano menempelkan kartu acces lift menuju unitnya.Ting.“Mel, jadi pulang?” tanya Kaila saat sedang mengepel lantai. Tadi sehabis
Suatu hal yang sangat Melviano takutkan saat ini terjadi. Sesuatu yang membuat jantung Melviano berdetak lebih cepat dari biasanya. Gimana nggak degdegan kalau ia bertemu dengan Addison. Orang yang sangat Melviano hindari. Apalagi saat ini ia bersama Kaila, tambah pusing sekaligus stres sudah saat ini.“Tumbenan kau sudah pulang kantor,” sapa Addison yang sedang mengantar adiknya.“Lagi nggak ada kerjaan saja,” jawab Melviano datar.Kaila hanya diam memperhatikan dua orang yang sedang berbicara yang nggak Kaila tahu apa artinya.“Dia istri kamu?” tanya Addison sambil melirik ke arah Kaila.“Bukan, dia hanya saudaraku yang dari Indonesia.”“Seriusan? Kalau begitu boleh dong, buat senang-senang aku malam ini,” ucap Addison sambil tersenyum miring.“Tidak bisa! Dia anak baik-baik. Kau cari wanita lain saja lah, apa perlu aku carikan untukmu?” Melviano langsung terlih
Melviano kali ini akan mencoba bersikap sabar menghadapi Kaila. Apalagi istri kecilnya lagi sakit jadi dia akan mode manja seperti ini. Kalau tidak sakit sudah Melviano banting juga saat ini. Kaila merengek minta gendong. Dengan terpaksa Melviano menggendong Kaila yang ingin melihat mansionnya saat ini. Padahal lagi sakit tapi jiwa ngeselinnya tetap ada, apalagi sehat lebih-lebih pengin lempar ke atas genteng.“Kok mansion kamu jelek, Mel,” ucap Kaila melihat mansion Melviano.“Enak saja, mahal ini.”“Temboknya acak-acakan begitu, ih.”“Bodoh, itu namanya shabby chic, jadi dekoran begitu.” Melviano geram dengan Kaila. Ini anak tahu desain interior nggak sih!“Kenapa nggak satu warna saja sih, Mel?”“Aku suka warna-warna cerah, makanya aku belikan underware warna cerah.”Glek ... Kaila langsung menelan ludahnya sendiri susah payah.“K
Setelah puas mengamuk di ruang tamu. Melviano langsung berlari menuju ke arah kamarnya yang terdapat Kaila. Dengan cepat ia membuka pintu yang sengaja Melviano kunci.Ceklek.“Mel,” sapa Kaila yang langsung mendapat serangan pelukan tiba-tiba oleh Melviano.Melviano justru langsung memeluk Kaila dengan sangat erat. Ia membekap tubuh mungil Kaila. Rasanya tidak ingin melepaskan tubuh kecil ini, Melviano nggak ikhlas jika ada yang menyentuh miliknya meski hanya seujung kuku pun. Tidak rela pokoknya!“Kaila, please jangan tinggalin aku,” ucap Melviano begitu sendu. Ia masih memeluk Kaila erat.“Kamu kenapa sih? Kesambet setan beneran ya? Aneh banget sih hari ini. Peluk-peluk aku dua kali.”“Jangan tinggalin aku, lupakan laki-laki yang kamu cintai, siapa pun itu,” gumam Melviano yang merasa sangat takut, entah kenapa ia sangat takut jika Kaila benar-benar pergi dari hidupnya. Meski ngeselin setidak
Setelah mendapat semprotan dari iblis MelMel, dengan cepat Kaila langsung mematikan teleponnya secara sepihak. Bodoh amat kalau MelMel ngamuk, lagian kepo banget dengan urusan Kaila.“Siapa yang telepon?” tanya Cris heran saat melihat wajah Kaila mendadak pucat.“Ah, biasa iblis yang telepon.” Kaila tetap menampilkan senyum cerianya meski hatinya saat ini sedang sangat dagdigdug seperti bom panci yang akan meledak.“Hah? Iblis?” tanya Cris tidak paham dengan jawaban dari Kaila.“Iya, iblis Meli,” balas Kaila sambil terkekeh.Cris baru paham, ternyata tuan Melvin dijuluki oleh istrinya sendiri iblis. Wah gila sih, parah banget Kaila ini. Masa suami sendiri dikata iblis. Kocak banget dah.“Sudah, Cris, nggak usah dipikirkan. Lagian dia lagi di kantor nggak mungkin ke sini.”Cris mengangguk meng-iyakan. Lagian jarak kantor tuan Melvin dengan mansion madam Margaret juga jau
Dengan gerakan yang sangat cepat Kaila menyingkirkan kepalanya ke samping hingga mau nggak mau wajah Melviano kepentok lantai keramik.Dug.“Aduh,” teriak Melviano saat jidadnya terbentur lantai dengan sangat sempurna.“Hahahah, mamam tuh lantai keramik apa marmer, mang enak,” ucap Kaila meledek Melviano. Tau dah ini yang dipasang apaan? keramik apa marmer. Ya intinya nemplok di lantai dah.Saat ini Melviano sedang menatap tajam ke arah Kaila. Ia melihat Kaila sedang tertawa terbahak-bahak seperti tidak punya dosa saja. Padahal kalau dihitung, dosa dia banyak banget.“Seneng lihat aku menderita?” tanya Melviano sinis.Kaila masih saja menahan tawanya. Sumpah ucul banget tadi. Terus jidad si MelMel juga benjud begitu.“Ngapain kamu lihat-lihat sambil mesam-mesem segala.” Melviano langsung berusaha berdiri. Ia mengusap jidadnya yang terasa nyeri kalau dipegang.Kaila mas
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud