Setelah seharian penuh Melviano menggoda istrinya hingga mengambek, kini Kaila sedang tertidur pulas akibat kecapekan. Melviano hampir melupakan kalau Kaila harus banyak istirahat.
“Selamat tidur istriku,” ucap Melviano tersenyum, ia mengecup kening istrinya. Melviano menarik selimut hingga batas dada Kaila.
Melviano langsung berjalan keluar kamar, ia menuruni anak tangga menuju keluar rumah. Melviano melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya masih menunjukkan pukul sembilan malam. Melviano meraih kunci mobil BMW hitamnya, Melviano bosan naik mobil porsche.
Kini Melviano langsung melesat menuju ke PIM, tak sampai lima menitan perjalanan Melviano sampai. Melviano langsung menuju ke galeri ponsel Apple store. Ia memilih tipe terbaru yang dikeluarkan oleh produk Apple.
“Ini aja warna pink,” kata Melviano setelah memilih ponsel.
“Oke, Mister.”
Melviano menunggu dari pihak Apple sedang mendaftarkan po
Melviano kini melaju dengan cepat, jalanan menuju bandara Soekarno—Hatta pun masih sangat terlihat lenggang.“Kalau Jakarta seperti ini terus pasti enak deh, nggak pusing karena kena macet di mana-mana.”Melviano memutar lagu dari penyanyi MLTR. Kepala Melviano pun ikut mengangguk-anggukan ke arah depan mengikuti nada dari suara MLRT.Kini tak terasa perjalanan Melviano telah sampai bandara, ia segera mencari parkiran untuk mobilnya. Melviano langsung menelepon Damian untuk memastikan keberadaannya.“Bastard, lama sekali.”“Hehehe, sorry, Dam. Sekarang kau di mana?”“Lagi di coffe shop.”“Oke, nanti aku ke sana.”“Cepat.”Melviano mematikan sambungan teleponnya, ia menaruh ponselnya di saku celana. Kini, Melviano langsung pergi menuju ke arah coffe shop. Mata Melviano menemukan Damian yang duduk bersama dua wanita yang pernah ia sewa itu.
Melihat suaminya menonjok Damian membuat seorang Kaila Mahestri bangkit dari tempat duduknya.“Meli!”Melviano langsung diam saat kepalan tangannya ingin meninju kepala Damian kembali. Berbeda dengan Damian yang hanya tersenyum saja tanpa berniat membalas sedikit pun. Lagipula Damian sudah paham karakter si bastard Melviano, sangat keras kepala.“Berani kamu pukul Damian seujung kuku, aku benar-benar nggak kasih kamu jatah sampai anak kita besar,” ancam Kaila yang mampu berhasil membuat Melviano menjauhi Damian.“Lho, Kai. Kok kamu malahan bela dia sih.”“Jelas lah aku bela Damian dibanding kamu. Kamu pikir aja sendiri, di saat terpuruk Damian selalu ada, menolongku dengan iklas, bahkan kejadian kemarin dia langsung percaya padahal dia bukan suamiku. Justru suamiku buat pikiranku stres dan tidak percaya.”GLEK.“Kai, kok diingat-ingat lagi sih. Lagipula aku sudah minta maaf kan?&rd
“Pengin apa sih sayang?” tanya Melviano merasa tak sabar.“Emm ... pengin mangga muda.”“Hah, ini kan masih pagi sayangku.”“Tapi kamu metik langsung dari pohonnya.”“HAH.” Melviano langsung melongo ketika istrinya meminta hal aneh.“Iya, kamu sama Damian harus carikan mangga muda, tapi yang dipetik langsung dari pohonnya. Terus bawa kesininya harus digigit.”“Oh, lebih baik Daddynya saja yang melakukannya. Lagipula uncle Damian sudah kasih saham, jadi nggak usah ya.”“No.” Kaila menggeleng kuat, bibirnya ia manyunkan ke depan. “Maunya kalian berdua, tidak kasihan dengan anak dalam kandunganku apa?”“Sayang, masa digigit sih? gimana caranya?”“Iya kan petiknya masih ada ranting kecilnya, nah kamu gigit ranting kecilnya. Jangan lupa harus panjat pohonnya secara langsung.”“
Melviano menatap ngeri dengan warga yang sudah berkumpul di bawah, mana baru metik satu buah pula. Melviano mendengar suara warga yang memaki dirinya dengan seenak jidad.“Woy, bule sini turun lo,” teriak salah satu warga.“Turun nggak, kita laporin polisi aja.” Warga lain ikut memanasi agar Melviano dipenjara.Wajah Melviano mendadak pucat, masa ia harus menginap di hotel prodeo gara-gara mencuri satu buah mangga saja sih.“Iya sabar, aku akan turun.”Kini Melviano mencoba turun, namun baru saja kakinya menginjakkan di tanah, warga langsung menyerbu tubuh kekar Melviano.BUGH.BUGH.BUGH.“Dasar maling, ya.”“Cakep-cakep kok maling sih.”“Mending ikut Ibu aja yuk, tak kenalin sama anak Ibu, dia masih single lho.” Salah satu warga justru mempromosikan anaknya yang masih jomlo.“Gebuk aja lagi,” seru salah satu warga.
Damian yang melihat kegaduhan dalam mobil hanya tertawa saja. Ia merasa sangat terhibur dengan kehidupan rumah tangga sahabatnya yang sangat kocak ini. Seorang bastard berjodoh dengan wanita bar-bar, benar-benar sangat menghibur sekali.“Rasain kamu, rasain!” Kaila merasa puas sudah mencabut rambut jenggot suaminya.Melviano mengusapi jenggotnya yang terasa sangat pedas. Setelah ini ia akan mencukur saja setipis mungkin agar Kaila tak bisa mencabuti lagi. Perihnya itu nggak karuan rasanya.Kaila masih bersungut kesal, ia langsung duduk tenang. Tangannya ia lipat depan dada. Hatinya masih terasa kesal.“Kamu tiba-tiba nyerang aku kenapa sih?”“Kamu ngeselin sih.”“Lho ngeselin gimana maksud kamu?”“Iya gitu, Mamah selalu baik sama kamu sedangkan sama aku ngomel terus kayak knalpot bajaj.”“Nggak boleh gitu, bagaimanapun itu Mamah kamu.”“Tuhkan,
Kini Kaila dan Melviano sampai di lantai dasar. Mereka menatap ke arah Damian juga Karmila.“Ehem,” deham Kaila.“Kalian berdua lagi ngapain pada senyam senyum begitu?” tanya Melviano.“Lagi ngobrol biasa aja,” sahut Damian.Karmila merasa tak enak, ia langsung menunduk untuk pamit. “Permisi Tuan, Nyonya.”“Lho, mau ke mana?” tanya Kaila kepada Karmila.“Mau ke belakang.”“Lho, ngapain ke belakang. Mending ikut gabung makan malam aja, yuk.”“Tidak udah Nyonya, saya tidak pantas.”“Ayolah, Karmila,” bujuk Kaila.“Kalau tidak mau jangan dipakasa,” sambar Melviano.Karmila sangat bingung, ia kembali menunduk dan pamit pergi.Kaila menatap suaminya kesal, rencana menjodohkan gagal kalau begini. Tapi, Kaila penasaran dengan hal yang membuat Karmila dan Damian tertawa. Mereka menertawakan
Melviano langsung menatap istrinya, tangannya ia taruh di kedua bahu Kaila. Matanya mengunci ke arah manik mata Kaila.“Sayang, penjual rujak kalau malem nggak ada. Apalagi ini udah jam sembilanan lebih.”“Tapi aku pengin rujak, Mel,” rengek Kaila.“Besok aja, ya.”“Aku penginnya sekarang.”“Cari di mana?”“Kamu bikin sendiri.”“Hah, gimana caranya?”“Lagipula mangga tadi pagi masih utuhkan, kamu cuci terus potong-potong kecil habis itu kamu buat sambalnya deh.”“Tapi aku nggak bisa sayang.”“Nggak mau tahu, pokoknya kamu harus usaha sana.”Melviano memijat pelipisnya, sehari saja istrinya tak minta aneh-aneh sepertinya tak bisa.“Ya udah kalau begitu, aku buka tutorial di youtube cara membuat sambal rujak.”Damian hanya mengeryit bingung. “Kau minta apa Adi
Pagi ini, Kaila, Melviano, Damian akan bersiap-siap menuju ke arah Senayan, lebih tepatnya Gelora Bung Karno. Apalagi ini merupakan hari minggu waktunya olahraga, mumpung car free day."Aku pakai ini aja, ya." Kaila memakai celana leging ketat selutut."Yang panjang nggak ada?""Nggak ada, Mel. Lagi pula kita akan olahraga jadi emang ini pakaian yang cocok.""Ya sudah terserah kamu aja."Kaila menatap tubuh suaminya yang tercetak begitu pas dikaus putih polos."Mel, kok aku nggak rela kalau nanti wanita-wanita lihatin kamu sih."Alis Melviano mengerut bingung. "Maksudnya?""Pasti nanti kalau olahraga banyak yang liatin kamu deh.""Mereka punya mata jadi wajar lihatin.""Iya sih tapi aku nggak rela.""Terus mau jadi car free day nggak?""Emmm ...." Kaila tengah berpikir sejenak, ia ingin jalan-jalan memutari lapangan sepak bola gelora bung Karno. Tapi ... ia takut kalau banyak yang lihatin suaminya, i
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud