Melviano terkejut saat menerima panggilan telepon dari istrinya. Apalagi, Kaila meminta untuk berpisah sementara? Maksudnya apa?
Dengan cepat, Melviano berdiri dan melangkah keluar untuk mengejar Kaila. Ia membuka pintu ruangannya dan melihat Mike yang sedang unboxing makanan yang dibawa Kaila barusan.
“Jangan makan, ini makanan punyaku,” kata Melviano sambil merebut makanan di hadapan Mike.
“Tapikan itu sudah diberikan kepada saya, Tuan,” balas Mike yang tak mau mengalah. Lagian, manusia mana yang tak mau diberi makanan gratis seperti ini.
“Iya, tapi itu dari Kaila kan?” Melviano tersenyum miring menatap sekertarisnya yang tengah menatap makanan yang direbut paksa.
“Iya.”
“Berarti ini milikku, bukan milikmu. Pahamkan?” Melviano langsung kembali ke dalam ruangannya sambil membawa makanan yang barusan dibawa Kaila namun belum sempat diberikannya.
Mike hanya menatap sengit ke a
Mikaila langsung keluar mansion kakaknya, ia lebih baik pergi menuju apartemen untuk mengunjungi Kaila.Dalam perjalanan menuju ke apartemen tak henti-hentinya Mikaila selalu mengumpat dengan kasar. Ia tak habis pikir dengan kakaknya yang dengan tega menyakiti hati Kaila. Benar-benar sinting Kakaknya ini.Berbeda kondisi dengan Kaila saat ini, ia sedang meringuk di apartemen seorang diri. Kaila menangis, ia bingung akan melakukan hal apa selain menangis? Kaila banyak menemukan botol minuman yang berserakan.Ting nong ... ting nong ... ting nong.Kaila merasakan dan mendengar ada yang memencet bel apartemennya. Kaila langsung terbangun dan berjalan menuju ke arah pintu.KLEK.“Kika,” ucap Kaila tak percaya dengan kedatangan Mikaila.“Taraaaa,” sapa Mikaila dengan senyumnya.Mereka berdua langsung masuk, Kaila merasa bingung dengan kadatangan Mikaila yang ke aparteman. Dari mana Mikaila tahu kala
Pagi ini, Kaila tidak seperti biasanya yang kalau kuliah harus diantar oleh Sawyer. Kini Kaila harus menggunakan taksi untuk menuju ke arah kampusnya. Kaila sedikit kelimpungan karena harus tarik tunai di ATM. Mengingat ia jarang memegang uang cash. Kaila merasa menjadi istri yang tidak tahu diuntung sekali, berantem tapi masih menggunakan uangnya MelMel seperti ini. Lagian Kaila bingung mau kerja apaan di sini.Kini, Kaila tiba di kampusnya. Ia berjalan menyusuri lorong kampus sambil melirik ke sana ke mari mencari keberadaan Alesa. Kini, Kaila sedang berada di fakultas design fashion.“Hardin,” panggil Kaila.“Ya,” sahut Hardin yang tengah mengobrol dengan temannya.“Alesa belum masuk?” tanya Kaila.“Dia masuk, tapi nanti siang.”“Oh, oke.”“Ada sesuatu yang penting?” tanya Hardin menatap Kaila.“Tidak ada, aku hanya ingin mengobrol saja,&
Saat ini Kaila sedang merasakan tangannya seperti orang tremor, gemetaran tanpa sadar. Ia merasa gugup juga malu. Apalagi tadi Melviano telah menciiumnya dan dirinya mau-mau saja? Sialan!Kaila langsung menelungkupkan kepalanya di kasur dan berteriak sedikit kencang, Kaila sangat malu ya Tuhan, harusnya tadi nolak saat MelMel mau menciiumnya bukannya malahan merem segala, kampret!Ting.Kaila mendengar notifikasi dari hapenya, dengan cepat ia langsung mengambil hape yang berada di atas nakas. Kaila membuka notif email yang masuk, mulut Kaila langsung menganga melihat foto-foto bayi yang sangat begitu mungil dan lucu sekali. Kaila hanyut saat memandangi bayi yang begitu mirip dengan si tahu bulat a.k.a Elang, laki-laki sialan yang sudah menghamili kakaknya dan lari dari tanggung jawab.Kaila membaca pesan email dari Nasya yang mengatakan kalau dia sudah melahirkan. Kaila segera mengetikan balasan untuk Nasya.Kaila : Kak, lucu banget. Namanya siapa?
Hari ini, Kaila seperti biasa menjalani aktifitasnya untuk pergi kuliah. Kehidupan yang dijalani Kaila benar-benar sangatlah berbeda sekali, yang dulunya di mansion serba diatur dan dikekang oleh Melviano, kini justru Kaila merasakan kebebasan yang luar biasa. Kaila sudah tak lagi diantar jemput oleh Sawyer, sudah tidak ada yang melarangnya. Entah kenapa Kaila sedikit rindu dengan sikap over protektif suaminya.Kaila berjalan menyusuri lobby kantor dengan membawa paper bag untuk makan siang. Kaila seperti biasa sebelum sampai kantor ia mampir ke restoran untuk membeli menu makan siang untuk dirinya juga Melviano.Kini Kaila sudah berada dalam lift yang akan membawanya menuju ke lantai atas. Kaila mengatur napasnya terlebih dulu, Kaila memegang dadanya yang benar-benar sangat deg-degan sekali.Ting.Pintu lift terbuka, Kaila langsung melangkah kan kakinya menuju ke ruangan Melviano, Kaila akan membicarakan tentang kepulangannya ke Indonesia untuk men
Setelah berhasil menaklukan Kaila untuk diam, kini Melviano sedang mencumbu istrinya dengan mesra. Tak bisa dipungkuri jika keduanya sama-sama merasakan rindu sentuhan masing-masing.“Aaaaah, Mel,” lenguh Kaila dari balik selimut.Melviano terus mencumbu, mengecupi leher Kaila dengan begitu mesranya. Melviano seperti singa yang mendapatkan mangsa. Melviano menelusuri tubuh Kaila ke bawah, saat sedang menciium kaki Kaila, Melviano terjengkang ke bawah lantai.DEZIIIGH.“Aduh, Kai. Kok kakinya malahan nendang sih?” sungut Melviano yang merasakan sakit pada bagian bokkongnya.Kaila segera menyibak selimutnya, matanya menatap Melviano yang sudah tersungkur di atas lantai. Kaila merasa sangat tidak enak sekali.“Ma-ma-maaf, Mel. Tadi sengaja sih,” ucap Kaila pelan.“Apa! Sengaja?” Melviano menatap istrinya tak percaya. Kaila sengaja menendang dirinya? Kurang ajar.“Iya, hab
Kaila merasakan hari-harinya kesepian tanpa kehadiran suaminya. Apalagi kalau malam, Kaila terkadang merasa takut. Perbedaan waktu membuat komunikasi Kaila dan Melviano sedikit terhambat.“Lagi apa sih, ditelepon nggak diangkat-angkat,” dengkus Kaila kesal.Hari-hari Kaila semakin uring-uringan saja, terkadang Kaila mendadak menjadi wanita yang cengeng karena tidak teleponan dengan Melviano. Lebih parahnya lagi, suaminya itu tidak peka untuk telepon balik. Pasti ada dong jejak panggilan tak terjawab dari Kaila.“Shit,” umpat Kaila sembari melempar ponselnya ke atas ranjang. Kaila menatap jam yang masih pukul tujuh malam. Keadaan mansion saat ini pun masih ramai. Kaila langsung turun ke bawah untuk meminta Sawyer mengantarkan ke apartemen Alesa. Tak lupa, Kaila kembali mengambil ponselnya yang baru saja dilemparnya.“Sawyer,” panggil Kaila.“Iya, Nyonya.”“Antarkan aku ke apartemen Alesa,
Kaila rasanya ingin menyumpal mulut Grace yang ember. Kaila merasa tidak enak dengan Hero. Dalam jam pelajaran, Kaila tidak pernah fokus sama sekali. Kini jam pelajaran usai, semua mahasiswa langsung bersiap-siap untuk pulang atau sekedar pergi bersama teman. Berbeda dengan Kaila yang saat ini ingin berbicara dengan Hero, Kaila takut kalau ucapan Grace dikira betulan.“Hero,” panggil Kaila. Kaila mengabaikan tatapan mahasiswa lainnya, Kaila akan bersikap masa bodoh saja.Hero hanya diam membisu, ia memasukkan semua barang-barangnya dan kini menatap ke arah Kaila.“Apa?”“Ehem,” deham Grace yang menghampiri Kaila juga Hero.Kaila hanya melirik saja ke arah Grace, ia tidak peduli dengan ledekan Grace. Saat ini yang terpenting Hero yang tidak salah paham.“Kalau begitu aku keluar dulu, takut ganggu kalian,” ledek Grace yang langsung menarik lengan Daren agar ikut keluar. Padahal mimi
Kini pesawat yang ditumpangi Kaila sudah mendarat di bandara Soekarno-Hatta. Kaila menyeret kopernya untuk mencari taksi. Senyum Kaila terus mengembang saat ia bisa melihat kota macet ini."Welcome back Jakarta," pekik Kaila menaikkan kaca mata hitam ke atas kepalanya.Bibir Kaila terus melengkung lebar, ia terus menyeret koper hingga sampai di depan taksi."Bang, Pondok labu, ya," ujar Kaila saat menaikki taksi berwarna biru."Siap," balas sopir taksi.Kaila menatap jalanan yang semakin padat saja, tapi emang dari dulu padat sih. Kaila tersenyum melihat pedagang kaki lima, apalagi Kaila melihat penjual gorengan."Rasanya kangen banget pengen makan cireng, bakso," gumam Kaila."Habis liburan ke bali, ya, Mbak?" tanya sopir taksi mencoba membuka percakapan.Hah, Bali? Duh, kayaknya kurang jauh deh."Hahaha, aku tuh dari Los Angeles, California, Amerika Serikat tahu nggak?""Hehehe, tahunya kaliciliwung, Mbak.