Melviano merasa kalau tatapan Kaila benar-benar sangat menakutkan. Melviano kenapa jadi kayak SSTI sih aliasnya suami-suami takut istri.
“Aku nggak sembunyikan apa-apa sayang,” kata Melviano mencari alasan.
“Bohong! Jawab jujur atau tidak dapat jatah selamanya!” ancam Kaila begitu tegas.
Glek.
Melviano merasa bimbang saat ini. Antara jujur atau melanjutkan kebohongan yang ada. Kalau jujur pasti kepalanya dipenggal. Kalau bohong pasti nasib dedeknya yang ngenas nanti. Bisa karatan bisa-bisa.
“Iya aku jawab jujur,” ujar Melviano sedikit berpikir.
“Apa?!” tanya Kaila begitu garang.
“Itu tadi Addison mau minta Ciripa buat temani kucing dia si Wiro,” ujar Melviano sedikit bohong. Kalau bohong demi kebaikan supaya rumah tangganya harmonis, tidak apa-apa kan?
“Hah, Wiro? Siapa tuh? Wiro sableng?”
“Nama kucingnya Addison.”
“Oh,
Mikaila merasa sangat malu juga salah tingkah ketika yang datang Addison.“Melvin ada?” tanya Addison basa-basi.“Ada di dalam, dia lagi sarapan sama Kaila,” balas Mikaila sambil merasa deg-degan.“Boleh masuk kan?” Addison merasa jantungnya akan terjun ke bawah terus menggelinding. Ia tak menyangka kalau yang membuka pintu itu bidadarinya.“Ah, boleh kok boleh,” jawab Mikaila merasa sangat seperti orang bodoh.Addison langsung masuk dan berjalan menuju ke ruang makan untuk bertemu dengan Melviano. Sejujurnya Addison sangat senang sekali, rasanya ingin salto bisa ketemu Mikaila tapi tidak boleh lebay, harus menjaga image.Mikaila yang masih berdiri di belakang pintu hampir terjatuh karena berpegangan pintu yang akan menutup.“Duh, sampai deg-degan begini sih,” gumam Mikaila sambil memegang dadanya. Mikaila lebih baik mengurusi Ciripa terlebih dulu dari pada ikut ke ruan
Melviano langsung mengusap-ngusap pipinya yang terkena kecupan Addison barusan. Benar-benar kurang ajar itu si bangsul.“Awas aja, tunggu pembalasanku,” gumam Melviano menyiratkan adanya dendam kesumat.Melviano langsung pergi menuju ke arah wastafel untuk membasuh wajahnya yang terkena najis. Haram hukumnya kalau laki-laki sama laki-laki seperti itu.Sambil misuh-misuh depan cermin, Melviano terus membasuh wajahnya sampai tujuh kali agar bebas dari bakteri yang terdapat di bibir Addison itu. Merasa sudah capek, Melviano mengambil handuk kecil untuk mengusap wajahnya.Melviano keluar kamar mandi, ia melihat Kaila yang sudah terbangun sedang duduk terbengong di atas ranjang.“Eh, sudah bangun,” tegur Melviano.“Kamu kenapa?” tanya Kaila heran dengan suaminya yang habis cuci muka.“Tidak apa-apa.”“Aku dengar kamu misuh-misuh dalam kamar mandi makanya aku bangun,” ujar K
Kaila merasakan sebuah sentuhan hangat di pipinya. Ia perlahan-lahan membuka mata dan menemukan sosok laki-laki yang sering sekali membuat hatinya jungkir balik.“Mel,” cicit Kaila dengan suara pelan.Melviano hanya tersenyum manis menatap wajah sayu istrinya. “Sudah sore,” kata Melviano.“Hah, jam berapa ini?” tanya Kaila sedikit gelagapan dan bingung.“Baru jam enam, sebaiknya kamu mandi sana. Nanti jam tujuh kita berangkat.”“Kika sudah pulang?” tanya Kaila yang merasa tidak bertemu dengan Mikaila seharian ini.“Emang dia belum pulang?” tanya balik Melviano.Kaila mengangkat bahunya. “Aku seharian di kamar berlatih untuk membuat design.”“Ck, kemana anak itu sih!” gerutu Melviano kesal dengan adiknya yang sedikit bandel itu.“Terus gimana acara makan malamnya?” tanya Kaila ikut bingung.“Tetap berja
Saat ini mereka bertiga sudah berada dalam mobil menuju ke arah restoran yang menjadi tempat makan mereka berempat nanti.Melviano menyetir dalam keadaan gusar, bisa-bisanya Kaila membocorkan kejutannya Addison. Bisa ngamuk itu orang kalau kejutan yang dibuatnya justru sudah diketahui Mikaila.“Mel,” panggil Kaila melihat suaminya diam saja.“Lagi fokus nyetir,” jawab Melviano menatap ke arah depan terus tanpa menengok sedikit pun.“Cih, biasanya juga kalau nyetir sambil ngoceh,” cibir Mikaila ikut menyahuti.Melviano tetap tak menghiraukan dua manusia ngeselin. Kalian pasti paham lah siapa.Perjalanan mereka akhirnya sampai disebuah restoran yang cukup mewah di Los Angeles. Mereka bertiga langsung turun dan menuju ke tempat yang sudah Addison booking.Hati Mikaila merasa sangat deg-degan sekali saat ini. Ia berjalan sambil memegang dadanya yang sudah jedag jedug itu.“Kai,”
Kaila menatap pintu kaca transparan di depannya ini. Mungkin dari dalam Melviano bisa melihat wajah cengo bin bloonnya saat ini. Tapi, bodo amat lah. Namanya juga sedang deg-degan jadi wajar saja.Ceklek.“Lho, kok sepi,” gumam Kaila saat tak menemukan suaminya. Apa jangan-jangan dirinya salah ruangan. Tapi benar kok kalau Kaila masuk nomor 4 barusan. Terus Melviano mana?Kaila memilih untuk berjalan lebih masuk lagi dan tiba-tiba saja lampunya padam yang membuat Kaila merasa takut. Ia ngeri kalau ada setan dadakan bagaimana? Meski lebih seram hantu Indonesia sih dari pada hantu luar negeri tapi namanya hantu tetap saja menakutkan. Jiwa penakut Kaila langsung meronta di saat seperti ini.“Mel, “ teriak Kaila ketakutan.“Putar badan menghadap ke arah jam sembilan,” kata Melviano mengintruksi Kaila.“Mel, kamu di mana sih? Itu suara kamu tapi kamu tuh di mana sih? Jangan bikin aku takut begini dong, in
Mikaila langsung membuka pintu ruangan dengan cepat.Ceklek.“Taraaaaaaaaaa,” sapa Addison sambil memakai rumbai-rumbai di lehernya.“Hah.” Kaila terkejut juga merasa sangat aneh melihat tampilan Addison yang seperti badut.“Kika,” panggil Addison.“Iya.”“Silakan duduk,” ujar Addison mempersilakan Mikaila untuk duduk.“Oke, makasih.”Mikaila merasa ini bukan makan romantis melainkan seperti dalam melakukan adegan stand up comedi.“Kika,” panggil Addison kembali merasa gugup.“Iya, ada apa?”“Makasih sudah mau datang,” kata Addison sambil merasa gugup. Ini jantung dari tadi jedag-jedug terus.“Iya.”“Kika,” panggil Addison lagi.Mikaila masih mencoba sabar menghadapi laki-laki di depannya ini.“Ada apa Addison?”“Kamu c
Melviano berjalan terburu-buru menuju ke ruangan Addison. Ia membuka pintu dan langsung terkejut. Kaila sendiri langsung membekap mulutnya.“Kau kenapa? Kika mana?” tanya Melviano yang langsung berjalan menuju Addison yang masih terduduk lemas.“Kika marah kepadaku,” adu Addison dengan gaya nelangsanya.“Kenapa? Alasannya apa?” tanya Melviano penasaran dengan hal yang membuat Mikaila marah.“Gara-gara aku pesan menu satu porsi aja—““Gila kamu, ya! Mana mau Kika makan bersama seperti itu! Dia tidak pernah hidup susah, selama hidupnya selalu terjamin, kalau pun hidup susah itu pilihan dia bukan diajak seperti ini,” potong Melviano tak percaya dengan sahabatnya ini.“Iya, tapikan aku hanya ingin terlihat romantis aja,” balas Addison tak ingin disalahkan.“Romantis nggak gitu juga,” geram Melviano. “Romantisnya kau dengan pelit beda tipis,&rdq
Melviano langsung mengusap wajahnya dengan sangat kasar. Ia langsung menatap wajah Addison yang masih saja terlihat nelangsa sekali.Melviano rasanya ingin sekali mencekik Addison saat ini juga.“Fuck!” umpat Melviano.“Melvin,” panggil Addison lirih.“Apa,” jawab Melviano ketus.“Aku lemas sekali,” adu Addison lirih.“Bodoh amat!” balas Melviano yang langsung pergi meninggalkan Addison. Lagian semua gara-gara mulut comelnya yang tidak bisa direm. Benar-benar lemes banget mulutnya Addison.Melviano langsung mengejar Kaila keluar arah restoran. Nggak mungkin Kaila pulang terlebih dulu, dia tidak tahu alamat lengkap mansion terus uang pun ia tidak pegang.Melviano mendesah lega saat melihat Kaila sedang bersandar di mobil sambil misuh-misuh tidak jelas. Ia langsung berjalan dengan cepat, saat akan memeluk, ia langsung mendapat bogem oleh Kaila.“Dasar buajin
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud