Melviano mengajak istrinya tidur setelah tadi menikmati makan malam dengan hidangan penutup yang luar biasa itu. Dan Kaila menginginkan hidangan penutup rasa kopi katanya.
Melviano hanya terkekeh mendengar ucapan istrinya yang begitu lugu itu.
“Good night, my wife,” bisik Melviano sebelum memejamkan matanya untuk pergi ke alam bawah sadarnya.
Sedangkan Kaila sendiri sudah tertidur pulas terlebih dulu. Melviano memeluk Kaila dari belakang, ia akan selalu menyeruakkan kepalanya di leher Kaila sambil menghirup aroma tubuh Kaila yang sangat bikin candu.
Kriing ... kriing ... kriing.
Suara alarm hape Kaila sudah berdering sangat nyaring sekali. Melviano merasa terusik saat ini. telinganya benar-benar terasa akan pecah. Ini Kaila edan banget pasang volume alarm bisa kencang banget begini, ya. Bisa budeg ini telinga lama-lama. Mana Kaila masih asyik-asyik molor aja lagi. Benar-benar kebo.
Tangan Melviano meraih benda pipih itu di
Kaila menatap kepergian suaminya itu. Dalam hati Kaila selalu berdoa yang terbaik untuk suaminya. Bagaimanapun Kaila itu sayang banget sama MelMel, meski setiap hari ada saja yang bikin debat.Kaila langsung berjalan menuju ke arah kamar mandi. Ia akan mandi terlebih dulu sebelum turun ke lobby hotel untuk sarapan.Kaila menatap pantulan dirinya di depan cermin sambil berpikir dalam hatinya. Apakah MelMel sangat menginginkan anak? Tapi ... jujur saja Kaila belum siap lahir batin. Untung saja sebelum pergi Kaila selalu meminum obat.Dengan gerakan cepat Kaila menanggalkan semua pakaian yang membungkus tubuh rampingnya. Ia langsung berjalan menuju ke bawah shower. Ia menikmati kucuran air panas yang membasahi tubuhnya, pikirannya melayang kepada sosok Melviano Azkiel. Tak pernah menduga dan menyangka kalau Ia sudah jadi istri beberapa bulan ini. Labih parahnya lagi pernikahan mereka di dasari tanpa cinta. Namun Tuhan memang segalanya, ia mampu membolak-balik hati
Melviano langsung meletakan ponselnya di meja begitu saja setelah mematikan sambungan telepon dengan Kaila. Ia sedikit kesal dengan istri kecilnya tadi, karena mengomel terus.Melviano langsung menyantap makanannya yang sudah tersaji rapi di meja. Melviano dan Mike langsung makan dengan cepat. Karena waktu yang dimiliki Melviano sangat sedikit sekali hari ini.Setelah selesai makan, mereka berdua langsung bergegas pergi. Mereka berjalan ke arah keluar restoran dan menunggu taksi di bahu jalan. Resiko tidak menyewa mobil jadi ribet seperti ini. Harus rela gonta-ganti taksi.Setelah mendapatkan taksi, mereka duduk anteng tanpa ada obrolan apapun. Mike tahu betul kondisi mood bosnya sedang tidak baik. Jadi Mike tidak berani mengajaknya bicara.Sampai hotel, Mike langsung izin masuk kamar hotelnya. Melviano sendiri langsung masuk kamarnya. Ia memencet bel kamar hotelnya, Melviano menunggu Kaila membukakan pintu dengan hati yang tak bisa dijabarkan l
Setelah sore tadi menghabiskan waktu untuk mencari kado untuk Nyonya Grey. Saat ini Melviano dan Kaila sedang mandi bersama. Biasalah modusnya si MelMel, mengatakan kalau mandi bersama hemat air dan waktu.Namun kali ini memang mereka benar-benar mandi mengingat waktu sudah menunjukan pukul enam sore. Sedangkan pesta undangan itu jam tujuh. Masih ada waktu satu jam sih. Cuma belum dandan dan lainnya, pasti akan sangat telat datang ke pesta. Melviano tidak enak saja dengan Mr.Grey.Mereka berdua langsung membilas tubuh mereka dengan cepat. Baik Kaila dan Melviano langsung bergegas meninggalkan kamar mandi dan menuju ke arah lemari. Mereka memilih pakaian yang cocok untuk menghadiri pesta ulang tahun.Kaila memakai dres warna merah marun saat ini, memakai sepatu warna hitam dan tas warna hitam. Kaila memilih menggerai rambutnya saja. Lagian MelMel juga bawel agar Kaila tidak mengekspose leher putihnya. Kaila memoles wajahnya dengan sedikit make up tipis, kal
Saat sedang menghabiskan hidangan pesta ulang tahun. Tiba-tiba saja sebuah suara memanggil nama Kaila dan Melviano untuk menyaksikan acara potong kue.Terpaksa Kaila langsung kebut makan salad buahnya. Ia tidak ingin membuang-buang makanan begitu saja. Apalagi mamahnya selalu mewanti-wanti kalau kita harus menghargai makanan apapun.Kaila terus ingat ucapan yangs sering dilontarkan mamahnya kalau ia enggak habiskan makanan. Kata mamahnya nanti nasinya nangis. Dan sampai sekarang Kaila belum melihat atau menemukan kalau nasi bisa nangis. Mamahnya kalau bohong emang kadang suka nggak masuk akal, tapi ... Kaila mau saja dibohongi.“Ayo, kita ke sana. Kita dipanggil sama Mr.Grey,” ajak Melviano menunggu istrinya selesaikan makan.“Ayo.” Kaila sudah berdiri. Ia sudah siapa untuk segera menghampiri di mana istri Mr.Grey.Mereka berjalan beriringan, seperti biasa Melviano akan melingkarkan tangannya di pinggang Kaila secara posesif
Kaila sedang berusaha meraih bibir laki-laki yang dianggap Justin Bieber atau Ji Chang Wook itu. Namun karena postur tubuhnya yang mungil alhasil susah untuk menggapai bibir laki-laki yang dianggap aktor idolanya.Melviano dari arah meja melihat kelakuan istrinya yang seperti itu membuat darah dalam tubuhnya mendidih dengan sangat hebat sekali. Rasanya tuh ingin meledak dan menghajar laki-laki yang memegang pinggang ramping Kaila.Shit! Umpat Melviano yang langsung berdiri meninggalkan Mr.Grey yang sedang menyesap sampanye sedikit demi sedikit. Mr.Grey yang melihat terdapat Anastasia di belakang Kaila pun ikutan langsung berdiri dan mengejar Melviano.“Shit,” umpat Mr.Grey yang paham kalau itu perbuatan istrinya.Bugh.Melviano langsung menghajar laki-laki yang tengah sengaja diam menerima perlakuan Kaila yang sedang mabuk itu.Bugh.“Apa-apaan ini,” teriak laki-laki itu lantang.“Kau yang apa-apaa
“Sekarang sudah bersih wajahnya,” gumam Melviano sambil membuang kapas juga menaruh make up Kaila ke tempat semula.Melviano berjalan menuju ke arah horden yang belum tertutup, Melviano menatap pemandangan kota Seattle saat malam hari seperti ini. Ia mendengar suara handpone-nya terus saja bergetar sangat hebat. Namun Melviano mengabaikan itu semua. Ia lebih memilih untuk menikmati angin malam.Srakk.Melviano membuka pintu kaca dari hotel yang ia tempati. Melviano menikmati semilir angin yang menerpa tubuh atletisnya ini. Melviano bahkan tak memakai baju saat ini, ia hanya mengenakan celana boxer saja seperti biasa. Lagian tidur pakai baju itu ada yang aneh menurut Melviano. Sumpek juga gerah yang tak terhingga meski sudah pakai ac.Kalau mengingat kejadian pesta ulang tahun tadi, membuat Melviano sedikit menyesal telah hadir kalau kejadiannya akan seperti ini.Mendengar gumaman dari arah dalam, membuat Melviano langsung berjalan cepat
Kaila tengah menanti pertanyaan dari suaminnya ini. Lagian MelMel mau tanya apaan sih, bikin penasaran aja ih.“Kamu mau tanya apa emangnya?” Kaila sudah penasaran begini tapi MelMel malahan diam saja. Dan ... lebih parahnya sekarang MelMel malahan berdiri dan berjalan pergi menuju ke arah kamar mandi.“Bentar Kai, aku mau pipis dulu,” ujar Melviano pamit untuk membuang isi kandung kemihnya.Kaila melongo tak percaya, lagi adegan serius begini terus MelMel izin ke kamar mandi karena kebelet? Boleh cekik apa enggak sih! ngeselin banget asli.Kaila menunggu dengan keadaan dongkol. Merusak suasana banget MelMel. Kaila berdiri sambil bersedakap menatap ke arah pintu kamar mandi. Ia juga mamanyunkan bibirnya ke depan. Kaila menatap jam yang sudah pukul tiga pagi.“Buseet, ini merupakan rekor jam segini masih melek,” gumam Kaila bermonolog sendiri.Ceklek.“Lama banget sih,” dumel Kaila
Kaila diam, pikirannya menerawang kejadian tadi dengan Anastasia dan dua teman lainnya. Kaila mengingat nama teman Anastasia itu, kalau tidak salah Kate dan Mia. Mereka yang memberikan tantangan gila itu. Kaila ingat sekarang, tapi hanya sedikit saja. Lumayan buat jelasin ke MelMel agar tidak salah paham nantinya.“Aku hanya diajak duduk sama Anastasia, terus dikenalkan sama kedua temannya. Habis itu kita bikin permainan truth or dare gitu, seperti biasa kita semua mendapat giliran memutar botol kosong. Tapi, aku belum sempat mendapat giliran memutar botol udah kena duluan. Habis itu enggak ingat lagi. Tiba-tiba pas bangun sudah di kamar hotel ini. Emang apa yang terjadi?” tanya Kaila penasaran, dilihat dari mimik wajah Melviano sepertinya sangat marah sekali. Tapi kenapa? Ini yang buat Kaila penasaran dan bertanya-tanya dari tadi.“Kamu beneran enggak ingat apapun?” desak Melviano, ia takut kalau istrinya itu bohong. Kaila suka seka
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud