Kilauan sinar matahari pagi menembus dari celah tirai menerpa wajah cantik Rena, kelopak yang menutupi mata indah itu mengerjap menyesuaikan cahaya mengenai retina. Terdengar suara gemericik air dari kamar mandi, tanda bahwa Andra ada didalam sana karena kini ia seorang diri berada diatas ranjang.
Mobil yang mereka tumpangi tiba di salah satu pusat perbelanjaan kelas atas dunia di kota Paris. Bentuk interiornya yang megah dan berkelas membuat pusat perbelanjaan ini memang diperuntukkan kalangan kelas atas. Di dalamnya terdapat berbagai butik barang branded seperti, Chanel, Louis Vuitton da
Pria itu menjulurkan tangannya ikut menggenggam tangan Rena, seolah memberikan kehangatan menghalau udara dingin di siang hari. "Dingin? Saljunya udah mulai turun, kita cari makan dulu ya... Setelah itu kita belanja lagi" Andra berujar lantas menarik kedua tangan Rena untuk diapit oleh kedua telapa
a nampak tidak bersemangat, ia kesulitan membuka matanya pagi ini. Tubuhnya benar-benar lelah, setelah kemarin seharian berbelanja dilanjut dengan memuaskan hasrat suaminya yang tidak kenal puas. Hari ini ia hanya ingin bangun siang malah mungkin sore dan hanya menghabiskan harinya dengan berbarin
Bulan madu pun berakhir dan Andra juga Rena harus kembali pada kehidupan nyata. Setumpuk pekerjaan sudah menanti sang Presdir tampan dan segudang rindu milik Rena sudah tidak terbendung bersiap untuk di lepaskan. Andra mengatur waktu kepulangannya agar tiba di Indonesia sabtu pagi hari agar bisa m
Rena mengelus punggung tegap suaminya perlahan, “Mungkin hanya rapat biasa aja Mas, bukan sesuatu hal buruk!” Rena berujar. “ Semogga aja...” jawabnya tenang namun Rena masih mendengar keraguan disana. “Ayo Pa, telat nih kita!” adalah suara Rendra yang terdengar sinis berhasil mengurai pelukan ked
Setelah meminta jeda tadi, dewan direksi akhirnya memutuskan untuk melanjutkan rapat tersebut seminggu kemudian agar Andra bisa menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu dengan Cinthya. Dan disinilah mereka semua berada, di ruangan Andra dimana satu set sofa di ruang tersebut terisi penuh oleh Om Sa
Andra tertunduk lesu dengan lengan yang ia topang di paha, Ricko yang berada disebelahnya hanya bisa menepuk pelan pundak sang sahabat. Ia juga tidak tau nasibnya kedepan di perusahaan tersebut bila Andra bukan pemiliknya. Keheningan kemudian mengambil alih, mereka tenggelam dengan pikirannya masi