Sang Presdir tampan baru saja tiba dengan wajah lesu memasuki ruang makan dimana sang istri tengah menyiapkan makan malam. “Hai sayang...” sapa Rena saat sang suami berjalan gontai kearahnya. Tubuh tegap itu mendekapnya erat hingga tubuh Rena melengkung kebelakang. “Are you oke?” bisik Rena kepad
Pengacara Cinthya menghubungi, agar Andra memberikan keputusan sebelum pria itu menempati jabatannya semula. Setiap hari Rendra bertanya kenapa sang Papa tidak bekerja, tidak seperti Papa teman-temannya yang lain dan Andra harus berbohong kalau dirinya sedang cuti walau Rendra tidak percaya sepenuh
Walau langkah itu terasa berat tapi Andra tetap memaksakannya agar bisa pergi dari rumah Cinthya. Membayangkan memulai semuanya kembali dari awal sungguh membuat kepalanya berdenyut nyeri dengan dada yang bergemuruh hebat karena ia tau itu tidak akan mudah. Tapi harus ia lakukan demi Rena dan Rend
Setelah menutup sambungan teleponnya dengan Ricko, Andra beralih pada Rena yang sedang mengepak pakaiannya. Hari ini juga mereka harus pergi dari rumah sebelum Cinthya meminta orang-orang mengusir keluarganya dan pasti akan menyakitkan bagi Istri dan anaknya. Maka pagi ini Andra membagi tugas, Ren
Rena sudah menduga apa yang sedang dialami tubuhnya ini adalah tanda-tanda hamil muda karena masa waktu dari periode terakhirnya sudah terlewat jauh terlebih pada saat melakukan perjalanan bulan madu beberapa bulan yang lalu dirinya baru saja menyelesaikan masa periodenya. Namun Rena belum mau meme
“Untuk apa?” “Karena memilih kita...” Andra sedikit menoleh lalu tersenyum dan meraih tangan istrinya untuk ia kecup. “Kalian lebih penting...” balasnya kemudian. Tanpa Rena sadari, ungkapan terimakasihnya begitu berkesan dihati Andra yang kini sudah tidak memiliki apapun. Sebagai seorang sua
“Pak...Andra minta maaf atas semua kejadian ini, tapi Andra janji akan tetap bertanggung jawab terhadap hidup Rena juga Ibu dan Bapak!” Andra mengawali pembicaraan ketika keduanya tengah duduk di balkon, menikmati secangkir kopi dan sajian singkong yang di taburi keju begitu sesuai dengan udara ding
Setelah mendapat persetujuan dari Andra, Monica mengakhiri panggilan telepon tersebut. Lalu ia termenung sesaat, “Si Andra, kawin tanggal berapa ya?” gumamnya berpikir. Andra memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celana, benar kata Bapak barusan kalau kita harus mensyukuri dan menikmati setiap