Andra mencari ke arah suara dering ponsel, pria itu menemukan tas jinjing Rena di diantara bunga-bunga dan tanaman yang ditata apik di taman, tanpa pikir panjang Andra melompati pagar kecil untuk menghindari tanaman dari injakan kaki manusia. Setelah mendapatkan tas dan ponsel Rena, Andra bergegas
"Kamu tuh kenapa sih minta maaf terus?" Andra membentak. Sesungguhnya dia kesal pada dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga Rena, seharusnya gadis itu memarahinya bukan malah meminta maaf. "Malam ini aku udah mempermalukan Mas Andra, mulai dari gaun yang sobek, ketumpahan minuman sampai...." Rena
Rena sedang membereskan pakainnyanya ke dalam lemari ketika Andra keluar dari kamar mandi dengan rambut masih basah menjuntai berkelompok dan hanya melingkarkan handuknya di pinggang bertelanjang dada. Bagian otot yang terletak di sepanjang leher, bahu bagian dalam, sampai ke tulang punggung terlih
Seperti biasa, Ricko membuka begitu saja pintu ruangan bos tapi sahabatnya itu. "Bro! Buruan jemput Rena!! Kerja mulu lu mah.” Ricko sengaja datang untuk mengingatkan karena tau Andra seorang workcholic, bisa-bisa hingga larut malam Presdir tampan itu berada di kantor bila tidak ada yang memaksanya
"Tapi Mas Andra ‘kan yang bayarin? bukan dari lima Milyar itu, kan?" tanya Rena polos sambil menghadap kiri dan kanan menatap Ricko dan Andra bergantian. Andra menghembuskan nafas kasar sambil memijit pelipisnya. "Iya Rena, calon suamimu yang konglomerat ini yang bayarin, jangan khawatir …,” jawab
Ponsel Rena bergetar, ada satu pesan masuk. Andra : Weekend ini mau ke Bandung? Rena : Ngga, hari sabtu ada sosialisasi. Andra : Besok sampe Jum'at, pak Syam yang jemput kamu. Rena : Kenapa? 1 menit 5 menit 10 menit Andra tidak menjawab juga pertanyaannya. Rena : Mas? Andra : Apa? Rena :
"Maaas? kirain siapa ... udah lama?" tanya Rena tanpa dosa padahal raut wajah Andra tampak tidak bersahabat. Bukannya menjawab, Andra malah balas bertanya, "Kenapa handphone kamu mati?" Suara berat Andra terdengar dingin. "Abis batre Mas dari tadi siang ... maklum handphone jadul." Rena menjawab s
Masih di dalam dibioskop. Andra menyimpan popcorn tepat di tengah, di atas tangan kursi agar memudahkan Rena untuk mengambil popcorn tersebut, lain halnya dengan Rena yang menyimpan nachos di atas pangkuannya Gadis itu terlihat menikmati film, kedua mata cantik Rena tidak lepas dari layar lebar s
Kepala Rena mendongak, ingin menatap wajah suami tampannya. Beberapa detik keduanya hanya saling menatap bersama senyum tipis. Kemudian kepala Andra menunduk untuk mengecup bibir Rena. “Jangan kaya gitu mukanya.” Andra yang kembali memeluk Rena pun memprotes dengan gumaman. “Gitu gimana?” Re
“Mamaaaaa ….” Zeline yang berteriak paling kencang, merentangkan kedua tangan berlari memburu sang mama yang baru pulang dari Singapura. “Sayang.” Rena melirih dengan mata berkaca-kaca, dia berlutut menggunakan kedua tangan terentang menunggu Zeline masuk ke dalam pelukan. Narendra juga bergerak
Malam itu mereka berkumpul di rumah Andra karena Edward memiliki sebuah informasi yang mungkin bisa membuat Rena kembali seperti dulu. Ibu dan Bapak pun ada di sana juga Aras dan Saras-istrinya. “Jadi gini, gue kenal seorang dokter Hipnoterapis yang bagus … gue udah ceritakan kondisi Rena sama d
Dari semenjak mimpi buruk dalam hidup Rena yang menyatakan bahwa dia harus kehilangan Nadine, Rena berjuang untuk tetap waras dan tidak terpuruk demi Nadhif. Merelakan itu tidak mudah, apalagi sesuatu yang sangat diinginkan dan dicintai. Anak-anaknya terutama Nadhif lah yang menguatkan Rena. S
“Kak … tolong selamatin Nadhif Kak, please … gunakan segala cara, aku mohon.” Rena berlinang air mata memohon kepada Edward. “Ren … aku enggak bisa janji apa-apa ya, tapi petugas medis di sini akan melakukan yang terbaik,” kata Edward menenangkan. Para petugas medis keluar masuk ruang operasi me
Andra dan Rena pernah mendapat cobaan dari segi materi yaitu ketika Andra harus menikahi Cynthia atas dasar wasiat sang ayah atau kehilangan perusahaan dan Andra memilih kehilangan perusahaan dari pada memadu istri yang sangat dia cintai, dia rela memberikan semua kerja kerasnya kepada Cynthia lalu
“Mama kapan pulang, Pa?” Zeline bertanya saat sang papa mengantarnya tidur. Sebenarnya Rena sudah diperbolehkan pulang dan bisa melakukan pemulihan di rumah tapi dia tidak ingin meninggalkan rumah sakit bila tidak membawa Nadhif sementara Nadhif belum bisa keluar dari NICU. “Sebentar lagi sayang
Meski salah satu anaknya tidak selamat, tapi Rena masih tetap bersyukur karena satu anaknya lagi masih bisa bertahan meski harus dirawat sementara waktu di NICU. Rena juga menyesal karena tidak bisa ikut memakamkan putrinya yang diberi nama Nadine Alysandra Gunadhya lantaran kondisinya belum stabi
“Mama … adik kangen.” Zeline yang naik ke ranjang hidrolik di mana sang mama tengah berbaring, memberikan pelukan erat. Sudah seminggu tidak bertemu sang mama yang dirawat di rumah sakit membuat Zeline bersedih. “Mama juga kangen sama adik.” Dan mendengar suara mama yang lirih, seketika Zeline