Share

Permainan

Author: Garnis Ramadhani
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Baru saja Garda duduk, Rain langsung memutar badannya menghadap ke belakang, membuat Garda hampir saja terjatuh dari kursinya.

"Widih, namanya Garda ya, Bang?" ucap Rain sambil mengulurkan tangan kanannya, yang hanya dilirik sekilas oleh Garda.

"Bang beng bang beng, emang gue abang loe?" sewot Garda karena masih kesal dengan peristiwa tadi pagi.

"Selow aja napa si? Ganteng-ganteng ngegasan! Belum kenal aja udah sewot uuuu!" Rain yang merasa kesal pun membalikkan tubuhnya ke depan, dan segera teman-temannya menghampiri meja Garda. Berebut memperkenalkan diri dan menyalami Garda, kecuali Nando dan Rion yang malah duduk di meja Rain.

"Bel, loe mau ikut antri kenalan sama si Gonzales?" tanya Nando ketika melihat Bella akan membalikkan kursinya.

"Gonzales siapa bege? Cortizo! Beda jauh anying!" ucap Rain menahan kesal sekaligus tawa.

"Ya terserah kita manggilnya lah, lagian enakan manggil Gonzales, iya nggak?" dalih Rion dan mendapat anggukan setuju dari Nando.

"Ya iyalah! Gila apa ada cowok bening di kelas ini gue jadi yang terakhir kenalan? Oh tidak bisa itu! Hancur reputasi gue," jawab Bella dan langsung melengos.

“Kayaknya selama di sini loe nggak punya reputasi deh,” ucap Nando.

“Sialan!” jawab Bella.

"Yakelah ganteng segitu doang gegayaan loe pada! Gue sama Nando yang ganteng dari dulu nggak pernah tuh di gituin," 

"Muka ganteng standard aja bangga loe?" kali ini Edo yang berkata setelah berkenalan dengan Garda.

"Lagian loe berdua juga kurang tajir," tambahnya dan segera mereka berdua memiting Edo, menggelitiknya sampai ia berteriak meminta ampun.

"Selamat pagi anak-anak!" ucap Bu Sri menghentikan aktivitas Rion dan Nando menggelitik Edo, juga kegiatan anak-anak berebut berkenalan dengan Garda.

"Lah Bu? Ngapain masuk lagi? Kan tadi udah dikasih tugas!" seru Edo ketika tawanya sudah berhenti.

"Ibu tidak jadi ada urusan, makanya Ibu masuk kelas. Karena kalau Ibu tetap memberikan tugas itu, kalian tidak akan mengerjakannya kan?" jelas Bu Sri.

"Ya Tuhan! Kok gitu sih Bu? Nggak seru ah!" dan Edo berjalan ke bangkunya, menghentakkan kakinya sehingga menimbulkan suara, membuat Bu Sri dan teman-teman tertawa melihat kelakuannya yang seperti bocah.

"Sudah, kembali ke tempat duduk!” perintah Bu Sri dan mendapat sorakan huuu dari seisi kelas.

"Sekarang buka bab 3 di buku paket kalian! Silahkan baca dan pelajari dari halaman 20-25!" setelah memastikan anak didiknya melaksanakan perintahnya, Bu Sri kembali keluar kelas.

Lima belas menit kemudian, Bu Sri kembali dengan kertas origami berwarna-warni.

"Baiklah anak-anak, sekarang Ibu mau kalian menutup buku kalian!" Rain dan teman-temannya segera menutup buku mereka, kembali menyimak apa yang akan di ucapkan Bu Sri.

"Jadi Ibu mau bikin permainan! Permainannya adalah 'baca dan jawab puisi', jadi disini Ibu sudah siapkan beberapa puisi karya penulis terkenal. Nah nanti Ibu juga tentukan pasangan kalian. Paham?" jelas Bu Sri sambil mengacak kertas origami di tangannya.

"Belum Bu! Cara mainnya gimana?" tanya Bara dari pojok depan.

"Jadi, misal Bara pasangannya Bella. Kalian berdua bebas ambil kertas origami ini, di dalamnya ada cuplikan puisi. Tugas kalian membacanya, tapi kalau salah satu origami itu kosong. Kalian harus membuat puisi sendiri yang temanya hampir sama atau bertolak belakang dengan puisi pasangan. Paham nggak?" tanya Bu Sri lagi. Bara dan Bella hanya mengangguk ragu, begitupun teman-temannya.

"Ya sudah! Langsung kita praktikkan saja, nanti juga kalian paham sendiri," setelah itu Bu Sri mengambil buku absensi di kelasnya.

"Oiya sebelumnya, ada yang nggak masuk hari ini?" tanya Bu Sri sambil mengedarkan pandangannya dan menghitung jumlah.

"Loh kok 32 ya? Kayaknya kemarin 31 muridnya?" ucap Bu Sri.

"Ada anak baru Bu! Garda namanya," ucap Bara lagi.

"Ooh, yang dipojokan sebelah kanan Garda namanya? Ya sudah Ibu tambahkan di kertas absensi!" Garda hanya mengangguk dan tersenyum ketika Bu Sri memandangnya.

"Selamat datang ya Garda, semoga kamu bisa betah di sekolah ini. Dan bisa menjadi contoh untuk si Boni yang juga duduk sendiri di pojokan, supaya dia tidak tidur saja kerjaannya!" sindir Bu Sri sambil melihat Boni yang tersenyum kecut, membuat seisi kelas tertawa terbahak-bahak.

"Ya sudah, untuk pasangan pertama, Ibu memilih Boni dengan Bella!" sontak Boni dan Bella menegakkan punggung saling berpandangan dan melangkah ke depan.

"Cieee pasangan serasi tuh! Boni dan Bella, icikiwir!" teriak Rion dari bangkunya dan membuat seisi kelas ikut-ikutan menggoda mereka berdua, membuat pipi Bella menggelembung dan merona merah.

"Sudah-sudah! Silahkan ambil masing-masing satu!" perintah Bu Sri, dan Bella mengambil origami berwarna merah muda sedangkan Boni mengambil origami berwarna biru tua.

"Hayoloooo, nanti disuruh bikin puisi sendiri mampus loe Bon!" ledek Cika, gebetan Bara. Boni hanya tersenyum tipis dengan wajah pucat, karena seisi kelas tahu kalau Boni tidak pernah memperhatikan pelajaran Bahasa Indonesia, ditambah lagi tadi dia tidak membaca buku paketnya.

"Mampus gue kalau sampai kosong!" lirihnya yang hanya bisa di dengar Bella.

"Awas aja kalau loe bikin gue malu Bon! Makanya jangan tidur aja di pojokan! Hheeeegg!" kesal Bella sambil mendekatkan dirinya ke Boni agar tidak di dengar Bu Amela.

"Lihat tu Bu! Boni sama Bella malah keasikan bisik-bisik rumah tangga!" ledek Rion lagi.

"Cemburu? Bilang bos!" jawab Bella lantang.

Related chapters

  • Bentala dan Nabastala   Baca-jawab Puisi

    “Oalaahh, Rion dari tadi ngeledek Boni karena cemburu? Ya ampun ini cuma permainan, Nak!” ucap Bu Sri setelah mendengar perkataan Bella tadi, dan seisi kelas menyorakinya.“Ih enggak Bu! Siapa yang cemburu? Saya nggak suka tu sama modelannya Bella! Apalagi kalau sama Boni, ya dia kalah jauh Bu!” jawab Rion kelabakan, karena senjata makan tuan.“Ternyata selama 2 tahun ini, sudah menyimpan rasa," ledek Bu Sri sambil menahan tawanya.“Enggak Bu! Sumpah ini!” Rion yang ingin menyakinkan Bu Sri dan teman-temannya, mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya sejajar dengan kepala.“Ya sudah! Biarlah untuk sekarang perasaan Rion ia pendam, nanti kalau sudah tidak kuat, siap-siap kamu terima ya Bella!” sontak ledekan di dalam kelas semakin menjadi-jadi. Bahkan Rain sampai memukul-mukul meja, berbeda dengan Garda yang hanya tersenyum.“Ya sudah, silahkan kalian berdua buka!”Boni d

  • Bentala dan Nabastala   Kebetulan

    “Gila sih Rain, loe keren banget!” ucap Bella sambil bertepuk tangan dan menatap Rain dengan mata bulat sempurna.“Apanya yang keren? Biasa aja ih!” timpal Rain sambil menghempaskan pantatnya dengan kasar di bangku miliknya.“Apa lihat-lihat?” sergah Garda ketika melihat Rain yang memandang sebal ke arahnya, saat ia melewati bangku milik Rain.“Mimpi apa si loe Rain tadi malem? Kok bisa-bisanya loe dipasangin sama Garda. Ah gue juga mau,” ucap Bella berbisik di telinga Rain sambil melirik Garda yang ada di bangku belakang mereka.“Cuma kebetulan Bel! Emang ganteng sih tapi Garda tu, tapi nggak usah ngarep loe!” jawab Rain sambil menjitak kepala Bella.Di depan sana, Bu Sri sedang membereskan kertas dan buku yang tadi dibawanya. Mengecek buku absensi agar tak ada yang terlewat ia absen.“Loe nggak baper apa? Gue lihat-lihat loe cocok deh sama Garda,” godanya.

  • Bentala dan Nabastala   Bocah

    "Sialan!" umpat Garda sambil berdiri mengibaskan sampah di dadanya, membuat plastik es teh milik Boni jatuh di bawah mejanya."Rasain loe! Berani-beraninya ngatain gue bocah!" jawab Rain sambil terus melemparkan apa saja ke arah Boni, yang tidak ada tanda-tanda akan berhenti."Emang loe kayak bocah! Aneh!" ucap Garda dan mendapat timpukan kertas ulangan matematika milik Rain yang terpahat nilai 20 dengan tinta merah. Melihat itu Garda pun melemparkan kertas itu kembali ke Rain."Pantes," ucapnya dan memutar bola matanya."Udah Rain! Pak Arsan bentar lagi masuk kelas! Masak iya kelas kita kayak tong sampah gini!" Bella mencoba memeluk Rain, mencegah kedua tangan Rain untuk melemparkan barang-barang di sekitarnya."Lepasin Bel! Lagian biarin aja kotor, kayak nggak pernah liat aja loe!" ucap Rain sambil berusaha melepaskan diri."Bon! Bon! Pak Arsan dateng Bon!" teriak Bara dari pintu kelas. Membuat Boni menoleh sekilas dan tetap melemparkan sa

  • Bentala dan Nabastala   Hukuman

    "Sudah belum bersihin kelasnya Rain, Boni?" Ucap Pak Arsan ketika memasuki ruang kelas.“Sudaahh Paakk!” jawab Rain dengan semangat yang dibuat-buat karena kesal.“Baiklah, sekarang bisa kita mulai pelajaran matematika hari ini?” tanya Pak Arsan dan hanya diangguki malas oleh penghuni kelas, kecuali Bella dan Garda.“Bisa Pak!” ucap mereka berdua dengan tegas dan bersamaan.“Nah! Seperti ini seharusnya murid Bapak! Diajak belajar matematika semangat, menjawab dengan tegas, tidak membuat ulah!” ucap Pak Arsan sambil melihat ke arah Bella dan Garda bergantian.“Kamu seharusnya bisa mencontoh teman kamu, si Bella, Rain! Murid teladan!” tambahnya lagi.“Bapak hobi banget sih banding- bandingin orang," jawab Rain memutar bola matanya malas.“Bapak bandingin kamu supaya kamu sadar, bisa jadi murid yang lebih baik lagi,”“Ya sudah, buka buk

  • Bentala dan Nabastala   Jatuh

    Bel tanda pulang sekolah pun berbunyi. Seluruh siswa-siswi dari kelas X sampai XII berhamburan dari kelas masing-masing bak gerombolan lebah mencari pelaku pengobrak-abrik sarang. Saling sikut, saling mendahului, saling menginjak, saling menjitak. Tak bisa dibedakan mereka berpelukan atau berdesakan. Amat sesak, membuat mata yang melihatnya penat.“Cabut yuk!” ucap Rion menepuk bahu Nando dan berjalan ke arah Rain.“Mau ke cafe dulu nggak? Nongki-nongki kek biasa,” tanya Nando sambil mengikuti Rion dari belakang, seperti anak ayam yang mengikuti induknya.“Aduh! Males ah gue, males ketemu mbak-mbak pelayan yang sok kemarin, iuu,” jawab Rain sambil memasukkan buku terakhir di mejanya, berjalan keluar kelas diikuti Rion dan Nando.“Yakelah Rain, cuma sama mbak-mbak pelayan sok aja loe pake ngambek nggak mau ke cafe. Kan belum tentu tu mbak-mbak pelayan hari ini jaga. Bisa juga temennya,” Rion mencoba mencari a

  • Bentala dan Nabastala   Toko

    "Assalamualaikum Ma, Rain pulang!” salam Rain ketika membuka pintu rumahnya.“Ma?” panggil Rain karena tidak ada jawaban dari Mamanya.“Ma? Rain udah pulang nih! Mama dimana?” ucapnya lagi sambil mencari Mamanya di dapur.“Ma?” teriaknya lebih keras.“Iya Rain! Mama di kamar mandi, habis nyuci baju ini!” mendengar jawaban dari Mamanya, Rain memutuskan menghampirinya.“Loh kok pakai tangan Ma? Mesin cucinya kenapa lagi? Rusak ya?” segera Rain berjongkok di samping Mamanya, dan mencoba mengambil alih pekerjaan yang tengah dilakoni Mamanya.“Rain! Nggak usah, biar Mama aja yang nyuci, kamu kan baru aja pulang. Sana ganti baju dulu, terus makan siang,” perintah Mamanya namun tak dihiraukan oleh Rain.“Mama cubit ya! Satu, dua,”“Eh jangan dong Ma! Jangan dicubit. Mama udah makan siang?” tanya Rain.“Hehe, belum nih, ha

  • Bentala dan Nabastala   Hujan

    Pagi harinya, Rain berangkat sekolah dengan menaiki angkutan umum berwarna biru dari rumahnya. Ia berjalan melewati gerbang sekolah dengan senyuman riangnya.“Senyum-senyum mulu loe Rain!” Ucap Nando yang entah dari mana datangnya sudah berada di samping Rain.“Apaan si loe? Kayak demit tahu nggak loe!” ucap Rain sambil menyingkirkan tangan kiri Nando yang tanpa ia sadari sudah ada di pundaknya.“Yakelah galak amat loe! Mana ada demit ganteng kayak gue gini hah?” ucapnya sambil merapikan kerah bajunya.“Elooe? Ganteng? Ganteng dari Hongkong!” balas Rain lagi dan disambut cengiran kuda khas Nando, mereka berdua pun berjalan beriringan sampai tiba di kelasnya.“Eh si nyonya sudah datang!” sapa Rion yang sudah terlebih dahulu berada di kelas Xl IPS 2. Sedang duduk di kursi Rain bersama dengan Bara, Boni, Arya dan teman-teman cowoknya yang lain. Maklum sudah menjadi tradisi bahwa bangku

  • Bentala dan Nabastala   Lampu merah

    “Nggak usah sok baik sama gue!” ucap Garda setelah ia tersadar dengan siapa ia berbicara, cewek yang ia katakan aneh. Cewek yang akhir-akhir ini selalu membuatnya emosi.Rain yang mendengar dirinya dibilang sok baik pun hanya mengernyitkan keningnya dan tersenyum.“Terserah sih loe mau ngomong apa ke gue. Tapi kalau gue sok baik, apa untungnya buat gue? Kalau gue nggak tulus apa untungnya gue bersiap diri buat dengerin cerita loe yang gue aja nggak tahu loe buat dramatis atau enggak,” jawabnya enteng.“Alah loe kayak gini biar loe bisa dapat kunci ngebully gue kan? Biar loe bisa bilang ke temen-temen kan kalau gue sadboy! Ngaku aja loe nggak usah munafik!” kini sempurna Garda menghadap ke arah Rain.“Terserah loe mau ngomong apa, terserah loe mau berfikiran buruk ke gue kayak gimana. Terserah loe mau percaya sama gue atau enggak, nggak ada ruginya buat gue,&r

Latest chapter

  • Bentala dan Nabastala   Lampu merah

    “Nggak usah sok baik sama gue!” ucap Garda setelah ia tersadar dengan siapa ia berbicara, cewek yang ia katakan aneh. Cewek yang akhir-akhir ini selalu membuatnya emosi.Rain yang mendengar dirinya dibilang sok baik pun hanya mengernyitkan keningnya dan tersenyum.“Terserah sih loe mau ngomong apa ke gue. Tapi kalau gue sok baik, apa untungnya buat gue? Kalau gue nggak tulus apa untungnya gue bersiap diri buat dengerin cerita loe yang gue aja nggak tahu loe buat dramatis atau enggak,” jawabnya enteng.“Alah loe kayak gini biar loe bisa dapat kunci ngebully gue kan? Biar loe bisa bilang ke temen-temen kan kalau gue sadboy! Ngaku aja loe nggak usah munafik!” kini sempurna Garda menghadap ke arah Rain.“Terserah loe mau ngomong apa, terserah loe mau berfikiran buruk ke gue kayak gimana. Terserah loe mau percaya sama gue atau enggak, nggak ada ruginya buat gue,&r

  • Bentala dan Nabastala   Hujan

    Pagi harinya, Rain berangkat sekolah dengan menaiki angkutan umum berwarna biru dari rumahnya. Ia berjalan melewati gerbang sekolah dengan senyuman riangnya.“Senyum-senyum mulu loe Rain!” Ucap Nando yang entah dari mana datangnya sudah berada di samping Rain.“Apaan si loe? Kayak demit tahu nggak loe!” ucap Rain sambil menyingkirkan tangan kiri Nando yang tanpa ia sadari sudah ada di pundaknya.“Yakelah galak amat loe! Mana ada demit ganteng kayak gue gini hah?” ucapnya sambil merapikan kerah bajunya.“Elooe? Ganteng? Ganteng dari Hongkong!” balas Rain lagi dan disambut cengiran kuda khas Nando, mereka berdua pun berjalan beriringan sampai tiba di kelasnya.“Eh si nyonya sudah datang!” sapa Rion yang sudah terlebih dahulu berada di kelas Xl IPS 2. Sedang duduk di kursi Rain bersama dengan Bara, Boni, Arya dan teman-teman cowoknya yang lain. Maklum sudah menjadi tradisi bahwa bangku

  • Bentala dan Nabastala   Toko

    "Assalamualaikum Ma, Rain pulang!” salam Rain ketika membuka pintu rumahnya.“Ma?” panggil Rain karena tidak ada jawaban dari Mamanya.“Ma? Rain udah pulang nih! Mama dimana?” ucapnya lagi sambil mencari Mamanya di dapur.“Ma?” teriaknya lebih keras.“Iya Rain! Mama di kamar mandi, habis nyuci baju ini!” mendengar jawaban dari Mamanya, Rain memutuskan menghampirinya.“Loh kok pakai tangan Ma? Mesin cucinya kenapa lagi? Rusak ya?” segera Rain berjongkok di samping Mamanya, dan mencoba mengambil alih pekerjaan yang tengah dilakoni Mamanya.“Rain! Nggak usah, biar Mama aja yang nyuci, kamu kan baru aja pulang. Sana ganti baju dulu, terus makan siang,” perintah Mamanya namun tak dihiraukan oleh Rain.“Mama cubit ya! Satu, dua,”“Eh jangan dong Ma! Jangan dicubit. Mama udah makan siang?” tanya Rain.“Hehe, belum nih, ha

  • Bentala dan Nabastala   Jatuh

    Bel tanda pulang sekolah pun berbunyi. Seluruh siswa-siswi dari kelas X sampai XII berhamburan dari kelas masing-masing bak gerombolan lebah mencari pelaku pengobrak-abrik sarang. Saling sikut, saling mendahului, saling menginjak, saling menjitak. Tak bisa dibedakan mereka berpelukan atau berdesakan. Amat sesak, membuat mata yang melihatnya penat.“Cabut yuk!” ucap Rion menepuk bahu Nando dan berjalan ke arah Rain.“Mau ke cafe dulu nggak? Nongki-nongki kek biasa,” tanya Nando sambil mengikuti Rion dari belakang, seperti anak ayam yang mengikuti induknya.“Aduh! Males ah gue, males ketemu mbak-mbak pelayan yang sok kemarin, iuu,” jawab Rain sambil memasukkan buku terakhir di mejanya, berjalan keluar kelas diikuti Rion dan Nando.“Yakelah Rain, cuma sama mbak-mbak pelayan sok aja loe pake ngambek nggak mau ke cafe. Kan belum tentu tu mbak-mbak pelayan hari ini jaga. Bisa juga temennya,” Rion mencoba mencari a

  • Bentala dan Nabastala   Hukuman

    "Sudah belum bersihin kelasnya Rain, Boni?" Ucap Pak Arsan ketika memasuki ruang kelas.“Sudaahh Paakk!” jawab Rain dengan semangat yang dibuat-buat karena kesal.“Baiklah, sekarang bisa kita mulai pelajaran matematika hari ini?” tanya Pak Arsan dan hanya diangguki malas oleh penghuni kelas, kecuali Bella dan Garda.“Bisa Pak!” ucap mereka berdua dengan tegas dan bersamaan.“Nah! Seperti ini seharusnya murid Bapak! Diajak belajar matematika semangat, menjawab dengan tegas, tidak membuat ulah!” ucap Pak Arsan sambil melihat ke arah Bella dan Garda bergantian.“Kamu seharusnya bisa mencontoh teman kamu, si Bella, Rain! Murid teladan!” tambahnya lagi.“Bapak hobi banget sih banding- bandingin orang," jawab Rain memutar bola matanya malas.“Bapak bandingin kamu supaya kamu sadar, bisa jadi murid yang lebih baik lagi,”“Ya sudah, buka buk

  • Bentala dan Nabastala   Bocah

    "Sialan!" umpat Garda sambil berdiri mengibaskan sampah di dadanya, membuat plastik es teh milik Boni jatuh di bawah mejanya."Rasain loe! Berani-beraninya ngatain gue bocah!" jawab Rain sambil terus melemparkan apa saja ke arah Boni, yang tidak ada tanda-tanda akan berhenti."Emang loe kayak bocah! Aneh!" ucap Garda dan mendapat timpukan kertas ulangan matematika milik Rain yang terpahat nilai 20 dengan tinta merah. Melihat itu Garda pun melemparkan kertas itu kembali ke Rain."Pantes," ucapnya dan memutar bola matanya."Udah Rain! Pak Arsan bentar lagi masuk kelas! Masak iya kelas kita kayak tong sampah gini!" Bella mencoba memeluk Rain, mencegah kedua tangan Rain untuk melemparkan barang-barang di sekitarnya."Lepasin Bel! Lagian biarin aja kotor, kayak nggak pernah liat aja loe!" ucap Rain sambil berusaha melepaskan diri."Bon! Bon! Pak Arsan dateng Bon!" teriak Bara dari pintu kelas. Membuat Boni menoleh sekilas dan tetap melemparkan sa

  • Bentala dan Nabastala   Kebetulan

    “Gila sih Rain, loe keren banget!” ucap Bella sambil bertepuk tangan dan menatap Rain dengan mata bulat sempurna.“Apanya yang keren? Biasa aja ih!” timpal Rain sambil menghempaskan pantatnya dengan kasar di bangku miliknya.“Apa lihat-lihat?” sergah Garda ketika melihat Rain yang memandang sebal ke arahnya, saat ia melewati bangku milik Rain.“Mimpi apa si loe Rain tadi malem? Kok bisa-bisanya loe dipasangin sama Garda. Ah gue juga mau,” ucap Bella berbisik di telinga Rain sambil melirik Garda yang ada di bangku belakang mereka.“Cuma kebetulan Bel! Emang ganteng sih tapi Garda tu, tapi nggak usah ngarep loe!” jawab Rain sambil menjitak kepala Bella.Di depan sana, Bu Sri sedang membereskan kertas dan buku yang tadi dibawanya. Mengecek buku absensi agar tak ada yang terlewat ia absen.“Loe nggak baper apa? Gue lihat-lihat loe cocok deh sama Garda,” godanya.

  • Bentala dan Nabastala   Baca-jawab Puisi

    “Oalaahh, Rion dari tadi ngeledek Boni karena cemburu? Ya ampun ini cuma permainan, Nak!” ucap Bu Sri setelah mendengar perkataan Bella tadi, dan seisi kelas menyorakinya.“Ih enggak Bu! Siapa yang cemburu? Saya nggak suka tu sama modelannya Bella! Apalagi kalau sama Boni, ya dia kalah jauh Bu!” jawab Rion kelabakan, karena senjata makan tuan.“Ternyata selama 2 tahun ini, sudah menyimpan rasa," ledek Bu Sri sambil menahan tawanya.“Enggak Bu! Sumpah ini!” Rion yang ingin menyakinkan Bu Sri dan teman-temannya, mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya sejajar dengan kepala.“Ya sudah! Biarlah untuk sekarang perasaan Rion ia pendam, nanti kalau sudah tidak kuat, siap-siap kamu terima ya Bella!” sontak ledekan di dalam kelas semakin menjadi-jadi. Bahkan Rain sampai memukul-mukul meja, berbeda dengan Garda yang hanya tersenyum.“Ya sudah, silahkan kalian berdua buka!”Boni d

  • Bentala dan Nabastala   Permainan

    Baru saja Garda duduk, Rain langsung memutar badannya menghadap ke belakang, membuat Garda hampir saja terjatuh dari kursinya."Widih, namanya Garda ya, Bang?" ucap Rain sambil mengulurkan tangan kanannya, yang hanya dilirik sekilas oleh Garda."Bang beng bang beng, emang gue abang loe?" sewot Garda karena masih kesal dengan peristiwa tadi pagi."Selow aja napa si? Ganteng-ganteng ngegasan! Belum kenal aja udah sewot uuuu!" Rain yang merasa kesal pun membalikkan tubuhnya ke depan, dan segera teman-temannya menghampiri meja Garda. Berebut memperkenalkan diri dan menyalami Garda, kecuali Nando dan Rion yang malah duduk di meja Rain."Bel, loe mau ikut antri kenalan sama si Gonzales?" tanya Nando ketika melihat Bella akan membalikkan kursinya."Gonzales siapa bege? Cortizo! Beda jauh anying!" ucap Rain menahan kesal sekaligus tawa."Ya terserah kita manggilnya lah, lagian enakan manggil Gonzales, iya nggak?" dalih Rion dan mendapat anggukan set

DMCA.com Protection Status