Share

8. Kebohongan Mahes

Penulis: Yurriansan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-04 19:24:46

Junior orang yang acak. Dia biasa melakukan apa-apa tidak teratur. Untuk mencari Mahes yang belum pulang, dia mulai menyusuri dari sekolah sampai mencari teman sekolahnya yang mungkin tahu di mana gadis itu berada.

Beda dengan Yugo. Dia yang sudah jauh lebih dewasa berusaha untuk tenang dulu memikirkan kemungkinan terbesar di mana Mahes saat ini.

Yugo tentu menyimpan alamat Mahes karena sebelum gadis itu masuk ke rumah dia sudah membicarakan ini dengan Sudibja.

Seseorang yang tidak punya siapa-siapa dan tidak tahu mau ke mana, ke mana lagi kalau bukan pulang ke rumah lamanya.

Ya, benar saja ketika dia ke sana Mahes tengah duduk sendiri di teras rumah, wajahnya pucat dia mungkin kelaparan.

Yugo memberikan jaketnya. Mahes merangkak mundur, urat-urat di wajahnya menegang.

"Kamu mikirin apa?" Yugo bertanya dingin. "Jangan kamu kira kalau aku akan mengulangi kecerobohan yang kemarin!"

Mahes menutup dirinya. Perempuan itu jengkel sendiri karena dia tidak punya kekuatan untuk memaki atau menghardik pria terkutuk yang sudah melecehkannya.

Yugo melipat tangan di depan Mahes. "Ayo pulang, orang rumah sudah pada khawatir dengan kamu."

"Aku mau di sini malam ini."

Yugo menarik lengan Mahes, adik angkatnya itu gemetar matanya juga membulat. Dengan tidak berperasaan Yugo menariknya untuk masuk ke mobilnya. Dia kunci segera di saat Mahes meronta ingin keluar.

Yugo tidak bicara apa-apa, memasangkan sabuk pengaman, tapi di saat tubuhnya mendekat Mahes malah teriak.

"Mau apa kamu!"

Yugo membeku sejenak. Dia tidak ingat seberapa menyerahkannya saat itu sampai membuat Mahes ketakutan begini.

Alih-alih meminta maaf atau membuat tenang Yugo menjepit wajah Mahes dengan ibu jari dan juga telunjuknya.

Mata Mahes memelotot. Sungguh dia tidak punya daya untuk melawan Yugo yang jauh lebih dewasa dan juga punya badan dua kali lipat lebih besar.

Mahes meronta, Yugo semakin mengencangkan cengkeramannya hingga pipi Mahes terasa sakit.

"Aku nggak ada niat untuk menyakiti kamu. Jadi, stop berpikiran kalau aku ini masih punya nafsu untuk macam-macam dengan kamu!"

"Kalau begitu, biarin aku pergi. Aku nggak bisa di sini!" Mahes sangat memohon.

"Kamu tahu apa alasanku sampai harus cari kamu ke sini?" Yugo mengguncang Mahes. "Karena kamu sudah buat keluargaku ribut malam ini. Apa kamu pikir bisa duduk tenang kalau kamu buat masalah?"

"Aku nggak berbuat apa-apa!"

"Iya, memang kamu nggak bisa berbuat apa-apa, makanya diamnya kamu pun sudah jadi masalah." Yugo menghempas Mahes hingga perempuan itu terhuyung ke sandaran kursi mobil.

Yugo menghela napas berat. "Soal kejadian malam itu aku mabuk, nggak sabar apa yang aku lakukan. Nggak usah dianggap kalau aku punya niat macam-macam lagi."

Melupakannya?

Hanya wanita murahan yang akan lupa apa yang Yugo lakukan padanya saat itu. Dia menyakiti Mahes fisik dan mental juga merusak masa depannya. Perbuatan juga membuat Mahes menjadi sulit berkomunikasi terutama laki-laki.

"Aku mau pulang sendiri." Mahes mencoba untuk membuka pintu mobil.

"Kamu nggak akan bisa keluar dari sini. Jaga sikap kamu, aku bakal bawa kamu pulang atau kalau masih mau ngotot untuk turun di sini aku bisa bikin kamu bungkam selamanya!"

Yugo membuat Mahes semakin pucat. Kesempatan itu digunakannya untuk membuat Mahes lebih paham dengan apa yang dia maksud.

"Nggak ada saksi untuk kejadian waktu itu. Kamu harus tutup mulut kalau nggak mau buat Bi Asih celaka atau kamu buat papaku yang sudah baik ke kamu itu kena serangan jantung!"

Menyeringai Yugo melihat Mahes tercenung di depannya begini. "Sekarang kamu bisa lebih tenang, 'kan?" tanyanya. "Ingat, bukan cuma kamu yang celaka kalau sampai berani buka mulut. Tapi, papaku dan juga Bi Asih!"

Mahes tidak pernah pernah menyangka kalau Yugo akan mengancamnya seperti seorang penjahat eprti ini. Yang gadis itu pikirkan adalah keselamatan Asih dan juga Sudibja yang sudah amat baik padanya.

Tutup mulut saat ini adalah cara yang paling baik agar semuanya tetap selamat sampai nanti kalau ada kesempatan Mahes akan pergi dari hidup mereka, menghilang tanpa jejak. Dia tidak tahan berada dalam tekanan Yugo dan juga kebencian Amarta.

Yugo melajukan mobi, sebelum pulang dia ajak Mahes untuk mampir ke sebuah restoran. Yugo belikan minuman dan makanan yang kira-kira akan disukai gadis itu.

"Makan ini. Kamu harus pulang dalam keadaan segar, nggak boleh kelihatan pcat begini."

Makanan tersaji di depan mata, perut Mahes memamng lapar. Tapi, duduk berdua dengan orang yang melcehkannya membuat dia tidak punya keinginann untuk makan.

"Aku nggak lapar."

"Mau lapar atau nggak, kamu harus makan." Yugo membuka pembungkus sendok kemudian menyiapkan makann untuk didekatkan ke Mahes. "Aku cuma nggak mau kamu kelihatan pucat dan bikin semua orang jadi tanya-tanya."

"Ingat juga." Putra pertama dari keluarga Sudibja itu menatap tajam pada Mahes. "Siapa pun yang tanya hari ini kamu ke mana, kamu harus bilang kalau kamu main dengan teman!"

*

Junior dikabari Asih kalau Mahes sudah pulang berama Yugo. Laki-laki itu tidak pikir panjang langung tancap ga ke rumah untuk memeriksa keadaan Mahes. Ada yang beda dari dia sejak beberapa hari ini, itu yang membuat Junior khawatir.

"Hes, lo nggak apa-apa, 'kan?" Junior baru turun dari motor langsung memeriksa keadaan Mahes. "Temen lo bilang tadi siang lo sempat keserempet motor, ada yang luka apa nggak?"

Mahes menyembunyikan sikunya. Dia baru sampai di rumah lima belas menit yang lalu, Amarta memarahinya dan menghukum untuk berdiri di luar dulu karena Mahes menggunakan alasan seperti yang Yugo suruh.

"Lo kenapa diri di ini. Ayo, masuk!"

"Kamu nggak perlu baik ke dia, Jun!" Amarta menegur. "Anak ini sudah kurang ajar, berani pergi sampai malam buat seisi rumah khawatir cuma karena dia yang keasyikan main dengan temannya."

"Ma, ini udah malam. Mahes juga mungkin terpaksa pulang malam begini."

"Dia kelayapan, Jun!" Amarta membentak. "Kamu kalau nggak tahu caranya mengajari orang supaya jadi benar, lebih baik tutup mulut, Jun! Mama begini karena mau mendidik anak ini."

"Mama bisa didik dia lain waktu, sekarang biarin Mahes masuk, Ma. Ini udah malam."

"Kamu tanya ke anak ini!" Amarta menunjuk. "Dia sudah makan malam dan hari ini belanja banyak barang. Itu kelakuan orang yang kamu bela!"

"Mahes bahkan nggak punya uang saku lebih, Ma."

"Kalau begitu dia habis menggoda laki-laki atau mengemis ke teman yang lain supaya dapat uang tambahan."

"Mama nggak pantas ngomong kayak gitu ke Mahes."

"Apanya yang nggak pantas?" Amarta tersenyum sinis. "Kalau Mama cuma bohong atau cari-cari kesalahan dia, kamu tanya ke anaknya sendiri!"

Junior berbalik untuk tanya. Pada saat itu Mahes hanya bisa memegang sikunya dengan wajah tertunduk.

Bab terkait

  • Benih Terlarang Kakak Angkat   9. Perhatian Junior

    Yugo mengambil alih situasi. Dia sudah menduga kalau memang Amarta akan marah besar padanya. Laki-laki itu memang tidak menyukai Mahes, tapi bukan berarti tidak punya hati nurani."Junior benar, Ma. Ini udah malam. Mama nggak perlu marahi dia sekarang.""Yugo, kamu kenapa sekarang ikut-ikutan adik dan papa kamu?"Yugo mengangkat bahu. Dia memeluk Amarta untuk berpamitan. "Aku capek, besok masih ada urusan.""Kamu mau pulang?""Hmh."Amarta mencebik. Dia pikir Mahes malam ini sangat beruntung karena baik Junior atau Yugo membelanya. Belum lagi Sudibja yang langsung menyuruh Mahes masuk dan istirahat.Yugo melintasi Junior."Tumben, lo bisa kompak dengan gue." Junior menyindir Yugo. Biasanya, apa pun yang dilakukan Junior akan bertolak belakang dengan pilihan Yugo. Itu sebabnya Amarta selalu menjadikan dia anak kebanggaan.Yugo menyipitkan mata. "Kamu nggak usah terlalu ikut campur dengan dia.""Lo nggak ada hak buat ngatur gue."Junior masuk menyusul Mahes. Menunggu sampai satu jam set

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Benih Terlarang Kakak Angkat   10. Perasaan Bersalah

    Mata Mahes terbuka perlahan, mengungkapkan lingkungan yang familiar; kamarnya. Namun, bukannya memberikan rasa nyaman, kesadaran ini justru membuatnya tersentak kaget. Dia duduk tegak di tempat tidur, merasa bingung dan linglung. "Lo sudah bangun?" suara Junior terdengar dari luar kamar. Dia mengintip melalui celah pintu, hati-hati memastikan tidak melanggar batas privasi Mahes. Meski dia adalah kakak angkat, tetap saja Mahes adalah perempuan dan Junior tahu betul dia tidak bisa sembarangan masuk ke kamarnya. Mahes belum merespon, dan itu cukup bagi Junior untuk menebak apa yang sedang dia pikirkan. Dengan ekspresi serius dan penuh kekhawatiran, Junior berdiri di ambang pintu, berusaha memberikan penjelasan yang masuk akal. "Lo jatuh ke kolam tadi, terus Bi Asih yang bantuin Lo ganti baju dan lainnya. Gue nggak lihat apa-apa, kok," kata Junior dengan nada meyakinkan. Dia berusaha menenangkan Mahes, meyakinkan gadis itu bahwa dia tidak melakukan apa-apa yang tidak pantas. "Suer!"

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Benih Terlarang Kakak Angkat   11. Junior Lagi yang Salah

    Bodoh, Yugo kenapa harus merasa gugup hanya karena ditanya Junior? Adiknya itu hanya pemuda yang tidak perlu dianggap serius kalau soal apa yang dibicarakan."Papa sama mama belum pulang?""Belum." Junior mengangkat bahu. "Lo jangan nggak jawab, tadi gue nanya kenapa Lo nyariin Mahes?"Yugo tersenyum miring. Dia pergi ke belakang untuk mengambil minum sendiri, sekalian mencari alasan supaya Junior tidak mengawasinya terus.Selesai minum, tidak mungkin juga Yugo berdiam diri di dapur, terpaksa harus kembali ke depan untuk duduk selayaknya tamu. Judnior duduk di depan Yugo, dia ingin mendapat jawaban kenapa kakaknya itu harus pulang ke rumah buru-buru hanya untuk mencari Mahes."Lo kayakya bubur-buru ke sini, Bang."Yugo mencebik. "Udahlah, kamu nggak perlu bahas hal yang nggak penting. Aku kesini cuma karena ada keperluan aja dan tadi itu kamu salah denagr. AKu bukan manggil Mahes!"Junior memicing matanya. "Gue nggak yakin sama omongan lo.""Terserah!" Yugo terus menghindar ketika di

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Benih Terlarang Kakak Angkat   12. Kabar Mengerikan

    "Mama?"Junior kaget karena disentak barusan Amarta, dia tidak bisa menahan emosinya kemudian menarik si Bungsu menjauh dari Mahes. Dia menunjuk gadis itu memarahinya dengan begitu keji."Kamu sudah numpang di sini, bisa-bisanya keganjenan dengan anakku!" Amarta berteriak malam-malam. Tidak peduli Junior mencoba untuk menjelaskan atau Mahes yang berusaha menyangkal tuduhannya, tetap tidak didengarkan."Hes, kamu masuk aja. Biar gue yang jelasin ke mama."Mahes yang belum tahu harus melakukan apa memilih untuk mendengarkan Junior. Tapi, langkahnya kembali ditahan karena Amarta menyuruh dia untuk tetap di tempat."Ngapain kamu suruh dia masuk, Jun? Kamu nggak mau kalau anak itu Mama kasih tahu apa yang salah dari tindakannya saat ini?""Mama salah paham. Nggak perlu juga marah kayak gini untuk hal yang Mama nggak tahu apa kenyataannya.""Kenyaataan yang gimana yang kamu maksud, Jun? Kenyataan kalau kamu tadi asyik berdua dengan dia di sini hah!" Amarta jauh lebih garang dari yang sebelu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Benih Terlarang Kakak Angkat   13. Amarta Murka

    Untuk beberapa saat Junior tidak tahu harus berkata apa ada perasaan menyengat dalam hatinya yang tidak bisa dia definisikan perasaan semacam apa ini.Mahes yang masih berbaring di bed hospital setelah diperiksa hanya meringkuk tidak berani menatap wajah Junior saat ini."Dokter pasti salah. Nggak mungkin adik saya hamil."Dokter meyakinkan dengan pasti bahwa hasil pemeriksaannya benar. Junior bahkan diminta untuk pergi ke dokter kandungan untuk memeriksakannya sekali lagi."Adik kamu memang hamil dan kondisi janinnya lemah. Pertimbangkan ini dengan keluarga kalian." Hanya itu kata terakhir yang dokter ucapkan Junior benar-benar dibuat bingung dengan apa yang terjadi saat ini.Ya apa pun itu, saat ini faktanya sudah tidak bisa dielak. Junior kemudian mengajak Mahes untuk pulang. Asih yang menemani seperti bisa menebak apa yang terjadi dengan Mahes. Perempuan paruh baya itu bersedih tapi tidak berani melakukan apa pun.Junior membawa Mahes pulang. Tapi, di tengah jalan dia meminta agar

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Benih Terlarang Kakak Angkat   14. Dia Pelakunya

    Mahes dipaksa untuk mengakui siapa laki-laki yang membuatnya hamil. Sudibja ada di sana untuk membela, dia bilang tidak mungkin Mahes hamil. Gadis itu berasal dari keluarga yang baik. Ibunya orang yang mengajarkan dia soal moral. Ini sungguh mustahil.Sayangnya, saat Amarta menggertak meminta Mahes untuk mengatakan kalau ini adalah kesalahan. Perempuan itu justru tidak bisa mengelak.Diamnya Mahes mengisyaratkan kalau dia memang benar sedang hamil saat ini."Bilang padaku, siapa yang menghamili kamu!"Mahes diam. Dia bergeming meski saat ini semua orang sedang mendesaknya.Sudibja memohon pada Mahes agar mau mengatakan siapa pelakunya. Ya seandainya dinikahi, menikahan mereka tetap tidak sah, setidaknya untuk menyelamtkan Mahes dulu."Kamu bilang denganku, Mahes. Siapa ayah dari bayi yang kamu kandung ini nggak perlu takut."Junior juga ikut berada di ruang tengah tersebut tanpa bisa melakukan apa-apa. Dia takut apa yang akan dilakukannya nanti malah menimbulkan masalah. Walaupun hati

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Benih Terlarang Kakak Angkat   15. Pergi Dengannya

    Mahes tidak percaya Junior akan senekat itu mengatakan kalau dia pelakunya. Gadis lemah tersebut sudah menggeleng memohon pada Junior agar tidak meneruskan kebohongan ini karena akan menyusahkannya. Tapi, Junior retap berada di sana melindungi Mahes. Bahkan, dia menggunakan tangannya untuk mengurangi air hujan yang jatuh di kepala Mahes."Bebasin Mahes, aku nggak mau dia dihukum begini."Amarta di depan Junior sudah ingin berteriak, sementara Yugo membekuUntuk alasan apa, Junior sampai nekat mengakui kalau itu perbuatannya dan kenapa Mahes juga tidak mau bjcara kalau Yugo-lah pelakunya.Suasana yang susah untuk dijelaskan, semuanya berada dalam kebingungan dan kemarahan yang besar. Hanya Junior yang tahu apa tujuannya mengatakan kebohongan seperti itu."Junior!" Sudibja tidak kuat, jantungnya nyeri. Dia drop sampai harus dilarikan ke rumah sakit.*Mahes diminta Junior untuk menunggu di rumah,Asih membantu mengurusnya untuk ganti pakaian. Karena kondisi gadis itu sedang hamil muda,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Benih Terlarang Kakak Angkat   16. Firasat Buruk

    Mahes ikut Junior, pergi ke rumah lama milik gadis tersebut. Ini membuat bingung karena Junior tidak bilang apa-apa sebelumnya dan juga gadis itu tidak berani bertanya apa-apa."Lo tidur di sini dulu malam ini." Junior meminta Mahes untuk masuk, meski dia bukan tuan rumah. "Sementara, jangan pulang dulu ke rumah gue sampai keadaannya aman."Untuk apa yang menimpanya, Mahes jadi gadis yang semakin pendiam. Sepanjang apa pun yang Junior lakukan padanya, tidak ada sepatah kata yang dia ucapkan. Dia malah sibuk mengamati isi rumah.Junior memperhatikan Mahes yang mengeluarkan sesuatu dari dalam tas ransel miliknya. Sebuah pigura kecil foto dirinya dan sang ibu.Junior mengembangkan senyuman. "Sabar ya, gue pasti bisa bantuin Lo untuk bisa lepas dari masalah ini."Mahes menggeleng pelan. "Aku bisa di sini sendiri. Kak Junior bisa pulang.""Gue nggak akan macam-macam, Hes.""Aku juga yakin, kalau orang yang sadar nggak akan mungkin mau mendekati gadis yang tidak seberapa seperti aku ini.""

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04

Bab terbaru

  • Benih Terlarang Kakak Angkat   128. Jumpa di Pelaminan

    Angela yakin bahwa rencananya akan berjalan dengan sempurna. Dia telah merancang skenario yang cermat untuk memecah belah Yugo dan Andara, berharap bisa menghancurkan hubungan mereka. Tapi, realitas yang pahit harus dia hadapi. Angela gagal. Setelah segala usaha dan taktiknya, Angela harus mengakui bahwa dia tidak berhasil membuat Siena membenci Andara. Sebaliknya, Siena yang polos dan berhati baik, tetap menerima Andara dengan tangan terbuka. Siena, dengan kepolosannya, melihat Andara bukan sebagai musuh, tapi sebagai calon ibunya. Dia melihat kebaikan hati Andara dan cinta yang tulus dari Andara kepada ayahnya. Angela, yang selalu berusaha menanamkan keraguan dan kebencian pada hati Siena, harus menerima kenyataan bahwa dia tidak bisa mengubah pandangan Siena terhadap Andara. **** Hari itu, kantor tampak lebih sibuk dari biasanya. Telepon berdering tanpa henti, mesin fotokopi berbunyi keras, dan suara keyboard yang dipukul oleh jari-jari cepat menciptakan simfoni yang khas di r

  • Benih Terlarang Kakak Angkat   127. Apa Kamu Setuju?

    Yugo mempersiapkan dirinya untuk menjemput Andara. Mobilnya, yang berkilauan bersih dan rapi, terasa seperti ekstensi dari dirinya sendiri, siap untuk mengambil peran penting dalam hari ini. Dia memeriksa jam tangan dan tersenyum puas. Tepat waktu.Dia memacu mobilnya melalui jalanan yang biasa dia lalui, tetapi kali ini dengan suasana hati yang berbeda. Dia menikmati setiap putaran, setiap lampu lalu lintas, dan setiap detik dalam perjalanan ini. Tiba di rumah Andara, dia melihat sosok yang sudah dinantikan berdiri di depan rumah, menunggu.Yugo memarkir mobilnya dengan hati-hati dan turun. Dia menutup pintu mobil dan berjalan menuju Andara. Dia menatapnya, membiarkan matanya meresap ke dalam kecantikan Andara yang mempesona. Sebuah pujian meluncur dari bibirnya, "Kamu cantik hari ini."Andara tersenyum, pipinya sedikit memerah. Dia berterima kasih dan membalas pujian Yugo, "Makasih, Mas Yugo. Kamu juga tampak tampan." Ada rona bahagia di wajahnya yang membuat Yugo merasa berharga.Y

  • Benih Terlarang Kakak Angkat   126. Hampir Ketahuan

    Keramaian kantor dipenuhi oleh suara keyboard yang berdenting dan bisikan-bisikan dari rekan-rekan kerja yang saling berkomunikasi. Di tengah kebisingan itu, Andara mendengar suara lembut namanya dipanggil melalui sistem interkom. Yugo meminta Andara untuk datang ke ruangannya, ada hal penting yang ingin dibicarakannya.Andara berjalan menuju ruangan Yugo dengan berbagai pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Mungkinkah ada tugas tambahan yang harus dikerjakan? Atau mungkin ada proyek baru yang perlu dibahas? Namun, ketika dia membuka pintu ruangan Yugo, suasana yang ia temui tidak sesuai dengan apa yang ia perkirakan. Yugo, dengan serius, malah membicarakan soal kehidupan pribadi mereka."Umh, Siena ingin mengajakmu makan malam di rumah," kata Yugo tiba-tiba, tanpa adanya pembukaan pembicaraan.Andara tampak tercengang, merasa kikuk. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran dan sedikit bingung yang terpampang di wajahnya. "Kamu mau ajak aku makan malam?" tanyanya, dengan suara yan

  • Benih Terlarang Kakak Angkat   125. Siena Setuju

    Andara menatap Yugo dengan rasa penasaran yang mendalam. Matanya menyapu kontur wajah Yugo, mencari-cari sesuatu yang berbeda. Dia merasa ada yang tidak biasa tentang Yugo hari ini."Kamu kenapa?" tanya Yugo, mencoba meraba-raba apa yang mungkin terjadi.Andara menatap balik Yugo, matanya bersinar dengan semacam ketidaknyamanan yang sulit diartikulasikan. "Nggak kenapa-napa," jawabnya, seringai paksa menghiasi wajahnya.Yugo merasa seperti ada sesuatu yang disembunyikan Andara."Apa tempat ini kurang nyaman buatmu?" tanya Yugo, mencoba mencari tahu apa yang membuat Andara merasa tidak nyaman.Andara menatap sekeliling, memperhatikan suasana sekitar mereka. "Nyaman, kok, Pak," jawabnya, mencoba menenangkan Yugo. Sayangnya, dia menggunakan panggilan yang salah untuk kekasihnya itu hingga membuat dia memberengut.Sadar akan kesalahannya, Andara segera meralat panggilannya. "Oh, oke, akj nggak panggil 'Pak'. Aku akan panggil kamu Mas. Oke?" ujar Andara dengan nada yang lebih ringan, menco

  • Benih Terlarang Kakak Angkat   124. Angela Tidak Akan Membiarkannya

    Yugo hari ini mengantarkan Siena ke rumah Angela. Selain karena memang hari ini jatahnya untuk bersama ibunya, dia juga ada acara dengan Andara. Tidak enak kalau Siena diajak. Ini pasti akan membuat tidak nyaman baik antara Siena ataupun Andara."Aku titip Siena."Angela mendengkus. Yugo ini sungguh bersikap tidak pantas dengan berkata seperti itu pada sosok wanita yang merupakan ibu kandungnya Siena."Aku ini ibunya, kamu nggak perlu cemas." Angela merangkul pundak Siena, menunjukkan keakraban di antara mereka.Yugo merotasi mata. Angela itu bukan ibu yang bisa dipercaya. Buktinya saja, saat acara ulang tahun Siena, dia malah memilih untuk buru-buru pergi."Papa akan jemput nanti malam," ujar Yugo kepada Siena."Iya, Pa," jawab Siena dengan senyum manisnya. Yugo pergi meninggalkan rumah besar tersebut. Mobil hitamnya menghilang di belokan jalan, meninggalkan debu putih yang berterbangan di udara.Sementara itu, Angela mengajak Siena masuk ke dalam rumah dan menuju taman belakang yan

  • Benih Terlarang Kakak Angkat   123. Jadwal Kencan

    Hari ini adalah hari yang cukup sibuk bagi Yugo. Dia memiliki urusan di luar kantor yang harus diselesaikan. Untungnya, sekretarisnya, Irena, telah menyiapkan segalanya dengan baik. Dari jadwal pertemuan hingga dokumen-dokumen yang diperlukan. Sehingga, semua berjalan lancar dan tidak ada masalah yang muncul.Tapi, meski segala sesuatunya tampak berjalan baik-baik saja, Irena merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ekspresi wajah Yugo tampak berbeda dari biasanya. Biasanya dia tampak tenang dan percaya diri tetapi hari ini ada kerutan di dahi dan matanya terlihat lelah seolah-olah sedang memikirkan sesuatu yang serius.Irena merasa curiga dan mulai bertanya-tanya dalam hati apakah dia telah melakukan kesalahan atau ada sesuatu yang belum ia selesaikan dengan baik sehingga membuat bosnya itu tampak gelisah. "Pak," tanyanya ketika mereka dalam perjalanan kembali ke kantor setelah menyelesaikan urusan di luar tadi. Suaranya dipenuhi kekhawatiran.Yugo menoleh padanya, tanpa menjawab langsung

  • Benih Terlarang Kakak Angkat   122. Ketika Yugo Mulai Posesif

    Pagi itu, Yugo terlihat terenyum sendiri. Cahaya matahari pagi yang hangat menyinari wajahnya yang tampak bersemu. Dia duduk di meja makan dengan secangkir kopi di tangannya, matanya menatap jauh ke luar jendela.Sementara itu, Siena, putri kecil Yugo, sedang memperhatikan ayahnya dari ujung meja. Matanya yang bulat besar tampak penuh rasa penasaran dan bingung. "Papa kenapa?" tanya Siena dengan nada polos. Yugo menoleh dan melihat Siena dengan senyum lembut di wajahnya. "Papa nggak kenapa-napa," jawabnya sambil mengelus kepala Siena lembut. "Tapi aku lihat Papa senyum terus dari tadi," sahut Siena sambil mengerucutkan bibirnya, seolah tidak percaya dengan jawaban ayahnya. Yugo hanya tertawa mendengar perkataan putrinya tersebut. "Itu cuma perasaanmu," balas Yugo sambil kembali menyeruput kopinya.Namun dalam hati, Yugo merasa bahagia, senyumannya adalah refleksi dari perasaan bahagianya karena Andara telah membalas cintanya. Setelah menyelesaikan kopinya, Yugo bangkit dari kurs

  • Benih Terlarang Kakak Angkat   121. Boleh Lagi?

    Yugo tidak bisa mengelak dari pertanyaan yang diajukan oleh Andara. Dia merasa terjepit dan sadar bahwa kebenaran harus dihadapi. Dengan senang hati Yugo mengangguk sebagai tanggapan atas pertanyaan Andara."Kamu menyadarinya?" tanya Yugo dengan suara yang lemah.Andara mengiyakan. Dia telah menyadari kebenaran yang tersembunyi sejak awal melihat fitur-fitur wajah anak itu dan langsung tahu kemiripannya dengan Yugo. "Sejak awal saya bertemu dengannya, wajah anak itu terlihat familiar, dan saya langsung sadar bahwa itu adalah fitur-fitur wajah Bapak."Yugo menipiskan bibirnya. Dia tahu bahwa masa lalu kelamnya telah mempengaruhi kehidupan orang-orang di sekitarnya, termasuk putra yang tidak pernah mengetahui hubungan biologis mereka."Itu masa lalu, Pak," kata Andara dengan lembut. Dia ingin Yugo tahu, meskipun masa lalu kelam itu ada di sana, Andara ingin memastikan bahwa mereka bisa melanjutkan hidup dan menciptakan masa depan yang lebih baik.Yugo tersenyum hangat saat mendengar ka

  • Benih Terlarang Kakak Angkat   120. Sangat Buruk, Bukan?

    Andara merasakan wajahnya memerah, panas oleh rasa malu yang menghampiri. Dia membungkukkan badan, meminta maaf pada Yugo."Maaf, Pak." Andara merasa benar-benar kikuk dan napasnya juga tidak beraturan."Andara!" Yugo sedikit menyentak karena dia tidak mau wanita itu merasa bersalah. Yugo memegang bahunya, mencoba membuat dia tenang. "Tenanglah," ujarnya pelan.Andara merasa seolah-olah oksigen di sekitarnya semakin habis. Rasa cemas dan takutnya membuatnya sulit bernapas secara normal.Yugo menarik sudut bibirnya membentuk senyuman tipis. Dia berbahagia sekaligus mencoba mengerti dan simpati. Dia tahu betul bahwa Andara sedang mengalami tekanan emosional yang besar dan dia berusaha sebaik mungkin untuk menjadi penenang baginya."Jangan masuk dulu," ucap Yugo sambil bersandar di mobil, matanya menatap langit yang gelap. Ada sesuatu yang membuatnya terpesona dan terpikirkan. Andara merasa ragu, tapi dia memutuskan untuk mengikuti apa yang Yugo lakukan.Dia bergabung dengan Yugo, men

DMCA.com Protection Status