Mobil memasuki pekarangan yang luas.Caitlyn sempat berhenti cukup jauh sebelum benar-benar sampai di depan rumah.“Kenapa berhenti di sini Mommy?” tanya Elena.“Apa kau tak penasaran dengan hadiah yang sudah aku persiapkan untukmu?”Elena tak menjawab. Hatinya masih ketar-ketir luar biasa. Perasaannya mengatakan kalau hadiah yang dimaksud Caitlyn bukanlah sesuatu yang baik.Caitlyn mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang. Elena hanya bisa mendengarkan dan menebak-nebak siapa yang sedang dihubungi oleh mertuanya itu.Tak lama setelah Caitlyn mengakhiri panggilan telepon, sebuah mobil SUV berwarna hitam melewati mereka dan berhenti tepat di depan rumah.Elena terkejut luar biasa, saat melihat siapa yang keluar dari mobil tadi.Itu Nancy Rosendale, ibu kandungnya.“Mama...” Elena bergumam lirih. Antara rasa tak percaya dan penasaran, bagaimana bisa ibunya datang hari ini tanpa menelepon terlebih dahulu?“Elena...”Panggilan Caitlyn membuatnya menoleh. Wanita itu memposisikan ponseln
Perdebatan kecil yang terjadi antara Elena dan Nancy harus terhenti tatkala pintu kamar diketuk.“Maaf Nona, saya diperintahkan untuk memanggil Nona Elena dan Nyonya Nancy agar turun ke bawah. Makan malam sudah siap sejak tadi, dan Tuan Rev sedang menunggu.”Lagi, Nancy terpaksa harus menahan diri untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Ia harus bersabar sampai benar-benar bisa punya waktu yang tepat agar bisa bertanya lagi pada Elena.Nancy yakin, hubungan antara Elena dan Leon bahkan jauh lebih rumit dari yang terlihat di luar.Keyakinannya semakin diperkuat saat mereka berdua sampai di ruang makan. Nancy melihat Leon yang sudah duduk manis di samping Caitlyn.Terlihat jelas, kalau anak semata wayang Reviano itu tak berani dekat-dekat dengan Elena.Jadi bagaimana mungkin mereka bisa melakukan hubungan intim dan Elena hamil?“Kenapa hanya Anda yang datang ke sini, Nyonya Nancy? Apa Harland tak bisa datang?” tanya Reviano, saat para housemaid mulai menyajikan menu appetizer di d
“Kenapa kau memanggilku ke sini Honey? Tak baik kalau tiba-tiba saja meninggalkan tamu di meja makan.” Caitlyn yang baru saja ikut Reviano masuk ke dalam kamar terlihat risih saat melihat suaminya yang tampak mondar-mandir. “Bagaimana ini, Honey. Elena ingin pulang ke rumah orang tuanya sampai melahirkan nanti.” “Lalu, apakah itu menjadi tanggung jawab dan kesalahanku?” Caitlyn bertanya dengan nada datar. Sungguh ia tak suka melihat Reviano yang tampak panik kala mendengar Elena akan meninggalkan rumah . “Lakukan sesuatu. Kenapa tadi kau hanya diam saja?” Reviano terdengar protes. “Itu sudah menjadi keinginannya. Kita bisa apa?” Reviano menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak bisa begini! Elena harus tetap di rumah ini selama masa kehamilannya.” “Biar apa? Biar kau bisa terus berhubungan dengannya diam-diam di belakangku?” sentak Caitlyn. “Apa maksudmu?! Ini demi anak yang dikandungnya!” jelas Reviano tak suka mendengar saat Caitlyn bicara seperti itu. “Huh, kandungannya baik-b
“Nona Elena, jangan jauh-jauh. Kau bisa tersesat. Kami tak boleh sampai kehilanganmu.” Lizzie berlari kecil mengejar Elena berjalan agak jauh di depannya. Meski sedang hamil, energi yang dimiliki Elena memang luar biasa. Bahkan gadis muda seperti Annabeth dan Lizzie pun nyaris selalu tertinggal dengan langkahnya yang cepat. Elena bahkan belum ada berhenti sama sekali selama berjalan kaki menjelajahi pusat perbelanjaan yang sangat luas itu. Ia sangat senang, akhirnya diberikan izin untuk keluar mencari udara segar. Sudah lama memang dia tak cuci mata di tempat keramaian seperti ini. “Kalian pikir aku anak kecil? Yang gampang tersesat saat jauh dari orang tuanya? Aku lahir dan besar di kota ini, juga sudah sering ke sini sendirian. Asal kalian tahu, aku selalu menemukan jalan pulang. Aku justru takut kalian berdua yang tersesat di dalam Mall sebesar ini.” Elena tertawa saat melihat dua asistennya itu sampai dengan nafas terengah-engah. “Tapi Tuan Rev pasti akan membunuh kami kalau t
“Bagaimana ini?” Elena semakin panik karena menyadari jarak antara mereka dan dua asistennya itu semakin menipis.“Entahlah! Aku tak bisa berpikir. Mungkin kau ada ide?”Elena berdecak karena di saat genting seperti ini, Reviano justru membuatnya harus ikut berpikir.“Huh, seharusnya kau sudah punya rencana cadangan kalau seandainya hal seperti ini terjadi, Revi,” ucapnya kesal. “Sekarang berjongkoklah dan menghadap ke dinding. Apa pun yang aku lakukan, jangan membalas apalagi sampai menunjukkan wajahmu,” lanjutnya.“Memangnya kau mau melakukan apa?”Belum sempat Reviano mendengar jawaban Elena, tiba-tiba saja Elena sudah memberi tanda dengan suara tertahan, “Sekarang!”Spontan Reviano melakukan apa yang diperintahkan Elena tadi. Tak lama ia merasa punggungnya dipukuli Elena dengan tas kecil yang dibawanya.“Apa-apaan....!” Reviano nyaris berteriak dan berdiri dengan marah. Untungnya dia cepat menyadari kalau hal itu hanya dilakukan untuk mengelabui Annabeth dan Lizzie yang sudah bera
“Apa kau sudah selesai?” tanya Reviano sembari memasang kancing di lengan kemejanya.Elena hanya mengangguk.“Ayo keluar.” Reviano berjalan menuju pintu dan Elena mengekor di belakangnya.Setelah memastikan kalau tak ada siapa pun di lorong, Reviano memberi kode pada Elena agar keluar bersama.Merasa hanya berpapasan dengan beberapa orang yang tak dikenal, Reviano dan Elena bergandengan tangan.“Kita berpisah di lift depan, untuk menghindari kecurigaan orang-orang.” Reviano menghentikan langkah, menatap Elena seakan tak mau berpisah.“Kau turun duluan Revi. Aku akan menyusul nanti.”Reviano menekan punggung Elena dengan tangan hingga dada mereka bertemu. Sebuah ciuman hangat yang lumayan lama mendarat di bibir plumpy milik Elena, menandakan perpisahan.Saking asyiknya, mereka tak sadar ada pasangan lewat yang memperhatikan. Terlihat seperti sepasang kekasih biasa, namun sang wanita terlihat jauh lebih tua.Elena yang baru saja melepaskan ciumannya, tanpa sengaja melihat ke arah mereka
[ Datanglah ke alamat ini. Aku menunggumu ] Begitu bunyi pesan yang dikirim Reviano malam tadi, membuat Elena sibuk memikirkan seribu cara yang dapat ia pakai untuk mengelabui dua asistennya yang selalu mengikuti ke mana pun ia pergi. Annabeth dan Lizzie seakan tak pernah membiarkan ia jauh meski itu untuk sekedar menghilang sebentar dari pandangan. Bahkan mereka berdua bergantian menunggui Elena yang pergi ke kamar mandi. “Kami takut lantainya licin dan Nona terpeleset. Tuan Rev akan sangat marah, karena orang hamil yang jatuh di kamar mandi itu bisa membahayakan bayinya.” Begitu jawaban yang diberikan Lizzie saat Elena protes karena menungguinya buang air besar. Kotoran di perutnya bahkan tak bisa keluar karena merasa canggung akibat ditunggui. “Hah, bagaimana aku bisa mengeluarkan semuanya kalau kau ada di situ Lizzie? Kalau begini caranya, aku akan sakit karena kena sembelit, bukan terpeleset. Pergilah, aku akan teriak kalau ada apa-apa!” tukas Elena. “Tapi Nona...” “Kalian
“Dari mana kau bisa mengambil kesimpulan seperti itu, Dad? Aku yakin Mommy juga sangat mencintaimu. Kalau tidak, tak mungkin dia berusaha untuk menjauhkan kita.”“Apa kau mau tahu alasannya, Elena?”Elena tak menyahut, artinya dia ingin tahu.“Dia menjauhkan kita bukan karena mencintaiku, tapi hanya agar harga dirinya tak jatuh. Dia ingin tetap menjadi satu-satunya wanita yang mendominasi keluarga ini. Kalau kau tetap di sana, dia seperti memiliki bayang-bayang gelap.”“Entahlah, kalau menurut perasaanku sebagai wanita, tetap saja Mommy merasa cemburu. Biar bagaimanapun, Dad adalah suaminya. Hatinya pasti terluka saat tahu kita melakukan hal ini,” ujar Elena, mendadak merasa bersalah.“Mungkin saja. Tapi aku rasa, dia tak akan terlalu sakit hati karena dia pun melakukan hal yang sama padaku.”“Maksudnya?”“Elena, aku memasang CCTV tersembunyi di ruang kerjaku. Dulu aku juga pernah membayar seseorang untuk membuntuti Caitlyn ke mana pun ia pergi, sejak aku mulai merasa curiga dengan ge
“Selamat Nyonya, bayi Anda perempuan. Dia sehat dan sangat cantik.” Seorang perawat wanita menyerahkan bayi yang telah dibersihkan dan tampak tidur nyenyak dalam balutan selimut bayi yang hangat.Elena mengulurkan kedua tangan dan menyambut dengan perasaan bahagia. Ia tak menyangka bisa melewati proses persalinan secara normal dan melahirkan bayi yang sehat pula.‘Kau cantik sekali.’ Gumamnya dalam hati sambil terus mengelus pipi gebu dan putih putrinya itu.“Anda sekarang akan dipindahkan ke ruangan lain agar lebih tenang dan memudahkan sanak famili yang mau menjenguk. Di mana suami Anda, Nyonya?” perawat wanita bernama Daisy itu heran karena sejak masuk ruang bersalin, tak terlihat sama sekali keberadaan suami Elena.Wanita itu hanya sendirian tanpa ada seorang pun yang mendampingi.“Sepertinya masih di rumah untuk mengambil beberapa perlengkapan bayi. Karena ternyata aku melahirkan lebih cepat dari perkirakan, kami belum sempat mempersiapkan semuanya.” Elena menjilati bibirnya yang
Billy terus tertawa, seakan mengejek Elena. Membuat wanita itu memandang Billy dengan tatapan sebal.“Aku tak punya maksud apa-apa bertanya seperti itu. Apakah salah, kalau aku hanya sedang berusaha untuk beramah-tamah padamu, Nona Elena? Kau terlalu mengambil serius semua ucapanku. Padahal aku hanya ingin tahu berapa usia kandunganmu.” Billy terus saja membuat Elena gerah dengan nada kalimatnya yang ambigu.“Kalau begitu kau tak usah beramah-tamah apalagi ingin tahu apa pun tentang aku, karena itu adalah sesuatu yang sangat tak menyenangkan bagiku,” cetus Elena.“Baiklah kalau begitu. Lebih baik aku sekarang masuk ke dalam, karena ada keperluan dengan Nyonya Caitlyn.”“Untuk apa kau menemuinya?” pertanyaan Elena membuat Billy tersenyum dan langkahnya terhenti seketika.“Sekarang sepertinya Anda yang ingin tahu tentang urusanku, Nona Elena,” sindir Billy.Elena berdehem. “Aku hanya tak mau urusan kalian berdua itu bisa menggangguku di kemudian hari,” jawabnya pendek.“Bagaimana urusan
“Sejauh mana kau mengenal Elena? Selain Nazarina, apakah ada orang lain yang mungkin bisa aku gunakan untuk menyulitkannya?”“Aku tak begitu mengenal Elena, Nyonya. Sudah kubilang kalau kami hanya pernah bertemu beberapa kali.” Billy membetulkan rambutnya yang agak berantakan. Mungkin karena sudah menjadi kebiasaan karena sejak dulu ia memang selalu perfeksionis dalam hal penampilan. Tak pernah sekalipun membiarkan visualnya berantakan.“Tapi kau bilang menyukai Elena. Apakah ada sesuatu yang membuatmu terkesan dengan wanita yang jauh lebih tua? Atau mungkin, kalian dulu pernah melakukan cinta satu malam?” Caitlyn lagi-lagi memancing jawaban Billy. Padahal pertanyaannya itu sudah berulang kali ia ajukan.Billy tertawa kecil. “Nyonya, apakah benar perasaanku, kalau Anda masih begitu penasaran dengan hubungan kami? Bukankah sudah aku katakan dengan jelas, walau aku setuju bekerja padamu untuk menyulitkan Elena, tapi pertanyaan seperti itu tak akan pernah kujawab.”“Baiklah...” Caitlyn m
Reviano memandangi Billy dari atas hingga ke bawah. Sedangkan Elena diam-diam mencuri pandang sambil sesekali menunduk karena khawatir.Bagaimana bisa Billy menjadi asisten Reviano? Apakah ini semua adalah rancangan licik Caitlyn? Mengingat yang merekomendasikan Billy adalah wanita itu.Hanya saja pertanyaannya, bagaimana mereka bisa saling mengenal? Dari sekian miliar manusia di muka bumi ini, mengapa Caitlyn harus membawa Billy masuk ke dalam lingkaran hidup mereka?Elena tak tenang, meski status Billy hanya sebagai pekerja, tetap saja posisinya bisa terancam kalau sampai pria itu mengatakan hal yang pernah mereka lakukan.“Sebenarnya aku tak memerlukan asisten atau apa pun itu. Aku lebih nyaman sendiri,” ujar Reviano, setelah sempat memindai dengan cermat penampilan Billy.“Tolong berikan saya kesempatan, Tuan Rev. Saya membutuhkan pekerjaan ini. Tuan tak akan kecewa dengan kinerja saya,” ucap Billy yakin.“Datang saja ke kantorku. Aku akan meminta Marion untuk memberimu posisi yan
Caitlyn seketika mematung di hadapan Elena karena keterkejutan yang tak terduga. Dia merasa kecolongan dengan apa yang kini telah diketahui oleh menantunya itu.Bagaimana mungkin Elena bisa tahu kalau ia telah membayar Nazarina untuk menguntit suaminya?Apakah semudah itu Nazarina mengakui?Dan soal pertemuannya dengan Evan di hotel Argeous, bagaimana bisa terendus?“Temanmu yang tua itu telah mengadu ya padamu? Huh, padahal aku sudah membayarnya dengan uang yang banyak,” ujarnya sinis.“Dia tak mengadu sama sekali. Tapi aku yang terlalu beruntung sehingga bisa mendapatkan petunjuk atas apa yang telah terjadi. Jadi, apakah kau akan meminta uangmu dikembalikan? Tapi ini terbongkar bukan karena kesalahannya. Jadi kuharap kau tak akan menyusahkan Nazarina lagi. Kecuali kalau kau ingin Revi tahu soal ini,” ancam Elena.“Baiklah, jadi.... Karena kau merasa telah memiliki kelemahanku, sekarang kau yang berhak mengancam?” Caitlyn memandang Elena dengan tajam, berusaha menunjukkan kalau ia ta
Marion menyerahkan lembaran kertas pada Reviano.“Nomor itu terdaftar atas nama Andrew Nelson. Alamatnya tercatat di desa Archenwill.”“Berarti kita sudah mengantongi nama dan tempat tinggalnya. Lantas, hal apa yang mengejutkan, Marion?”“Masalahnya, setelah kami selidiki dengan lebih detail melalui data kependudukan dan aktivitas terakhirnya, nama Andrew Nelson dengan alamat dan nomor ponsel yang sama ternyata sudah meninggal beberapa tahun lalu.”Reviano seperti tak percaya dengan apa yang ia dengar. “Tak masuk akal! Tak mungkin yang menelepon waktu itu adalah hantu gentayangan.” Reviano bersungut-sungut. Ia memang tak percaya takhayul sama sekali.Kalau memang ada hal seperti ini, pasti akan ada penjelasannya secara logis dan masuk akal.“Memang tak mungkin, Tuan Rev. Bisa saja yang memakai nomor itu sekarang adalah anak atau ahli waris yang tak mengganti data pemakai barunya.”
Elena lekat memandang Lizzie, meminta kepastian akan informasi dengan mengerutkan kening dan menyatukan kedua alisnya.Lizzie mengangguk pelan, kemudian kembali mengirimkan pesan.[ Aku memang tak terpikir untuk mengambil fotonya dengan kamera ponselku Nona. Tapi aku cukup yakin kalau teman Nona adalah orang yang kulihat malam itu di depan kamar hotel. ]Elena termenung sesaat, seakan berpikir. Rasanya tidak masuk akal kalau Nazarina mengkhianatinya.“Nazarin, bagaimana kalau saat aku keluar dari rumah sakit nanti kau ikut menjemput dan mengantarku pulang?” tanya Elena.Nazarina mengangkat kedua alisnya heran. “Mengantar pulang ke rumah mertuamu?”Elena mengangguk.“Ah, aku mungkin tak bisa Elena. Aku bekerja dan pasti sibuk sekali. Maafkan aku.”“Ayolah, aku ingin memperkenalkanmu pada suamiku dan keluarganya,” Elena sedikit memaksa. Padahal itu hanya sebuah pancingan agar Nazarina terjerat dalam perangkapnya.“Untuk apa kau memperkenalkan aku pada mereka?”“Tentu saja agar kau bisa
“Lelaki tua itu, sepertinya benar-benar menyukaimu Elena. Bisa dilihat dari keseriusannya dalam menuruti kemauanku.” Harland mengambil sebatang rokok dan menyulutnya.“Maaf Tuan, Anda tak boleh merokok di sini. Silakan keluar kalau memang mau merokok.” Seorang perawat terdengar menegur Harland dengan judes.Harland mengangkat kedua tangan, menunjukkan rokok yang tadi belum sempat terkena api koreknya. “Maaf, salahku.”Setelah perawat itu pergi, Nancy mengajak Annabeth dan Lizzie untuk pergi keluar kamar.“Kalian pasti sangat lelah dan bosan menunggui Elena selama berhari-hari. Ayo, ikut aku membeli makanan ringan di swalayan. Kalian perlu tenaga ekstra untuk membantu merawat orang sakit.”“Ya, pergilah Annabeth, Lizzie. Pilih saja apa pun yang kalian mau. Mama yang akan membayarnya,” ujar Elena sambil tersenyum.Annabeth dan Lizzie menyambut baik ajakan Nancy. Mereka bertiga keluar dari ruangan, meninggalkan Elena dan Harland.Elena kembali memandang ayahnya. “Kita lanjutkan pembicara
“Cara apalagi yang kau maksud, Honey? Kau sudah memeriksa ponsel mereka kan? Lagi pula, kenapa hanya Diane dan Amber yang kau curigai? Housemaid di rumah kita bukan hanya mereka, jadi yang lain pun patut dipertanyakan kalau memang benar mereka melakukan hal yang tak baik.” Caitlyn masih berusaha membela para bawahannya. Reviano berjalan mendekati istrinya. “Caitlyn, aku sangat heran mengapa kau begitu membela mereka? Padahal seharusnya, sebagai orang yang pertama kali dikirimi video, kau juga harus mencari tahu siapa manusia lancang itu. Kau bahkan diperas kan? Jadi, apakah karena yang sedang dipermalukan adalah aku, maka kau tak peduli sama sekali?” “Aku hanya tak mau berburuk sangka dengan orang yang telah mengabdi cukup lama padaku. Diane dan Amber bukanlah orang lain. Aku tak mau mereka diperlakukan seperti seorang penjahat. Aku yakin, kau melakukan ini karena terpengaruh cerita Elena yang mengada-ngada. Kau benar-benar telah dibutakan, Honey.” “Mengada-ngada atau tidak, bisa ki