[ Datanglah ke alamat ini. Aku menunggumu ] Begitu bunyi pesan yang dikirim Reviano malam tadi, membuat Elena sibuk memikirkan seribu cara yang dapat ia pakai untuk mengelabui dua asistennya yang selalu mengikuti ke mana pun ia pergi. Annabeth dan Lizzie seakan tak pernah membiarkan ia jauh meski itu untuk sekedar menghilang sebentar dari pandangan. Bahkan mereka berdua bergantian menunggui Elena yang pergi ke kamar mandi. “Kami takut lantainya licin dan Nona terpeleset. Tuan Rev akan sangat marah, karena orang hamil yang jatuh di kamar mandi itu bisa membahayakan bayinya.” Begitu jawaban yang diberikan Lizzie saat Elena protes karena menungguinya buang air besar. Kotoran di perutnya bahkan tak bisa keluar karena merasa canggung akibat ditunggui. “Hah, bagaimana aku bisa mengeluarkan semuanya kalau kau ada di situ Lizzie? Kalau begini caranya, aku akan sakit karena kena sembelit, bukan terpeleset. Pergilah, aku akan teriak kalau ada apa-apa!” tukas Elena. “Tapi Nona...” “Kalian
“Dari mana kau bisa mengambil kesimpulan seperti itu, Dad? Aku yakin Mommy juga sangat mencintaimu. Kalau tidak, tak mungkin dia berusaha untuk menjauhkan kita.”“Apa kau mau tahu alasannya, Elena?”Elena tak menyahut, artinya dia ingin tahu.“Dia menjauhkan kita bukan karena mencintaiku, tapi hanya agar harga dirinya tak jatuh. Dia ingin tetap menjadi satu-satunya wanita yang mendominasi keluarga ini. Kalau kau tetap di sana, dia seperti memiliki bayang-bayang gelap.”“Entahlah, kalau menurut perasaanku sebagai wanita, tetap saja Mommy merasa cemburu. Biar bagaimanapun, Dad adalah suaminya. Hatinya pasti terluka saat tahu kita melakukan hal ini,” ujar Elena, mendadak merasa bersalah.“Mungkin saja. Tapi aku rasa, dia tak akan terlalu sakit hati karena dia pun melakukan hal yang sama padaku.”“Maksudnya?”“Elena, aku memasang CCTV tersembunyi di ruang kerjaku. Dulu aku juga pernah membayar seseorang untuk membuntuti Caitlyn ke mana pun ia pergi, sejak aku mulai merasa curiga dengan ge
“Katakan, apa maksud semua ini?! Kalau kau tak mau mengatakannya, maka tamat riwayatmu, anak sialan!” Harland terus menampar wajah Elena yang sudah terduduk lemah di lantai.“Hentikan! Kau bisa membunuhnya!” Nancy berteriak tak karuan sambil berusaha menarik tangan suaminya agar tak terus menganiaya Elena.“Biar saja! Anak yang mempermalukan keluarga memang pantas mati! Aku justru akan menyesal kalau membiarkannya tetap hidup! Minggir!” Harland menyingkirkan tubuh Nancy ke samping dengan keras, membuat wanita itu terjerembap.“Papa, tolong jangan pukul aku lagi. Aku sedang mengandung.” Elena menangis sambil berusaha beringsut mundur dengan tenaganya yang masih tersisa. Seluruh badannya sakit bukan main.Meski sejak kecil dia memang sudah sering mendapat perlakuan kasar dari ayahnya, tapi tetap saja ia ketakutan setengah mati setiap kali lelaki itu melampiaskan amarah.Terakhir kali ia dihajar seperti ini, adalah saat ia menolak dijodohkan dengan Leon. Waktu itu pun sama, ia sampai mas
Annabeth dan Lizzie saling berpandangan. Haruskah mereka mengatakannya pada Reviano?Meski tahu secara sekilas permasalahan yang terjadi saat Harland mengungkapkan lewat kemarahannya, mereka berdua segan untuk mengatakannya langsung di depan Reviano.Mereka tak mau dilibatkan dalam urusan rumit majikannya.“Kami hanya tahu isinya adalah foto-foto. Tapi kami sama sekali tak melihatnya. Dan saat marah, Tuan Harland mengatakan kalau Nona Elena... Perempuan jalang.” Intonasi suara Lizzie merendah saat menyebutkan kata terakhir. Tak berani menatap Reviano.Reviano membuang nafas kasar. “Apa kalian tahu, Elena dibawa ke rumah sakit mana?”Keduanya menggeleng. “Kami bahkan tidak tahu, apakah Nona Elena sudah di bawa ke rumah sakit atau belum. Karena saat Annabeth mau menelepon Ambulance, Tuan Harland sudah mengusir kami,” ujar Lizzie takut-takut.“Tuan, apakah kami dipecat?” nada suara Annabeth terdengar khawatir.Reviano diam. Itu bukanlah pertanyaan yang harus dia jawab. Sekarang keselamat
“Apa?! Kau menginginkan anak perusahaan milik mendiang Ayah Caitlyn?” Reviano terkejut bukan main saat mendengar apa yang diinginkan Harland.Tak tanggung-tanggung, yang diminta adalah Hak Milik dan Hak Guna Bangunan salah satu anak perusahaannya.Dan kenapa Harland harus meminta Broensley Corporation yang merupakan milik Caitlyn nantinya?“Iya, karena kudengar dari sekian banyak perusahaan kecil yang sudah diakuisisi olehmu, perusahaan lama milik Tuan Brown adalah yang paling banyak memberikan keuntungan setiap bulannya.”Reviano menggeleng. “Aku tak bisa memberimu perusahaan Broensley. Itu milik Caitlyn, dan aku sudah berjanji padanya bahkan sejak 30 tahun yang lalu akan mengembalikan perusahaan itu. Kau boleh minta hal lain atau anak perusahaan yang baru-baru ini aku akuisisi. Asal jangan milik Caitlyn.”Harland mendengkus. “Pulanglah Revi. Kita begini hanya buang-buang waktu karena tak akan menemukan ka
Reviano meraup mukanya dengan kasar. Hatinya tak tentu rasa saat mendengar Elena menyatakan kalau orang yang mengirimkan semua foto-foto itu adalah Caitlyn. “Mungkin Caitlyn memang tak begitu menyukaimu Elena. Tapi aku ragu kalau dia yang melakukannya.” Reviano tak mau berburuk sangka dulu. Bagaimanapun, ia mengenal Caitlyn yang telah menjadi istrinya selama 30 tahun lebih. Tidak pantas rasanya kalau menuduh begitu saja tanpa bukti sama sekali, hanya berdasarkan prasangka. “Aku yakin sekali Revi. Ada beberapa foto yang mungkin diambil dari video yang pernah ditunjukkan Mommy padaku.” “Bisa saja yang mengirimkannya adalah orang yang merekam dan mengirimkan video itu pada Caitlyn.” Reviano membuang nafas sebentar kemudian melanjutkan kalimatnya, “Tapi aku pasti akan mencari tahu. Siapa pun memang pantas dicurigai saat ini. Kuncinya ada pada orang yang merekam kita pertama kali. Setelah itu, akan ketahuan juga siapa yang mengambil foto kita sewaktu keluar dari hotel Bless.” Elena tak
Flashback“Air minum di mess kita habis, salah satu di antara kalian ambillah satu galon kecil di dapur rumah,” perintah Diane pada Annabeth dan Lizzie.Kedua gadis itu berpandangan. “Kenapa harus kami? Masih ada yang lain kan? Di jam seperti ini, dapur rumah terlihat menyeramkan,” protes Lizzie.“Sepertinya sudah jelas, karena kalian adalah housemaid junior di sini.” Amber yang menjadi kepercayaan Diane mengejek kedua gadis itu secara terang-terangan. “Kalian tak perlu bertanya apa alasan Diane memerintah kalian meski di tengah malam buta. Leader kalian memberi perintah, maka laksanakan saja tanpa banyak bicara. Asal kalian tahu, kalau Diane marah bahkan seribu kali lebih menakutkan daripada hantu di dapur rumah Nyonya Caitlyn,” lanjutnya.“Tapi kami sudah naik pangkat menjadi asisten Nona Elena,” Lizzie cemberut. Ia sempat menyesal karena masih terjaga akibat bermain ponsel. Kalau tahu akan diperintah, lebih baik dia tidur sejak tadi.“Kau sebut itu naik pangkat? Tuan Rev hanya mena
“Lizzie... Apa kau mengikutiku diam-diam?” nada suara Elena terkesan kalau ia tak senang apabila Lizzie benar-benar telah menguntit malam itu.“Maafkan saya, Nona. Tolong dengarkan dulu penjelasan saya. Kalau memang bagi Nona itu adalah sebuah kesalahan, maka saya akan terima seandainya saya dipecat,” Lizzie memohon.Elena diam sesaat. “Baiklah, aku ingin mendengar alasanmu. Katakan apa yang terjadi malam itu dan sudah sejauh mana yang kau tahu?” Lizzie mengumpulkan keberanian sebelum bercerita dengan mengambil nafas dalam-dalam.“Malam itu saat kami disuruh tidur awal, sebenarnya aku sudah curiga kalau Nona akan melakukan sesuatu. Tapi aku tak tahu apa itu. Jadi, aku pura-pura tidur nyenyak dan mengendap keluar diam-diam untuk mengikutimu. Tapi sungguh, aku melakukan itu karena takut sesuatu terjadi padamu. Kami punya tanggung jawab untuk mengawasi dan melindungi Nona. Kalau sampai gagal, Tuan Rev pasti tak akan tinggal diam. Aku juga masih ingin tetap bekerja karena tak mau lagi ke
“Selamat Nyonya, bayi Anda perempuan. Dia sehat dan sangat cantik.” Seorang perawat wanita menyerahkan bayi yang telah dibersihkan dan tampak tidur nyenyak dalam balutan selimut bayi yang hangat.Elena mengulurkan kedua tangan dan menyambut dengan perasaan bahagia. Ia tak menyangka bisa melewati proses persalinan secara normal dan melahirkan bayi yang sehat pula.‘Kau cantik sekali.’ Gumamnya dalam hati sambil terus mengelus pipi gebu dan putih putrinya itu.“Anda sekarang akan dipindahkan ke ruangan lain agar lebih tenang dan memudahkan sanak famili yang mau menjenguk. Di mana suami Anda, Nyonya?” perawat wanita bernama Daisy itu heran karena sejak masuk ruang bersalin, tak terlihat sama sekali keberadaan suami Elena.Wanita itu hanya sendirian tanpa ada seorang pun yang mendampingi.“Sepertinya masih di rumah untuk mengambil beberapa perlengkapan bayi. Karena ternyata aku melahirkan lebih cepat dari perkirakan, kami belum sempat mempersiapkan semuanya.” Elena menjilati bibirnya yang
Billy terus tertawa, seakan mengejek Elena. Membuat wanita itu memandang Billy dengan tatapan sebal.“Aku tak punya maksud apa-apa bertanya seperti itu. Apakah salah, kalau aku hanya sedang berusaha untuk beramah-tamah padamu, Nona Elena? Kau terlalu mengambil serius semua ucapanku. Padahal aku hanya ingin tahu berapa usia kandunganmu.” Billy terus saja membuat Elena gerah dengan nada kalimatnya yang ambigu.“Kalau begitu kau tak usah beramah-tamah apalagi ingin tahu apa pun tentang aku, karena itu adalah sesuatu yang sangat tak menyenangkan bagiku,” cetus Elena.“Baiklah kalau begitu. Lebih baik aku sekarang masuk ke dalam, karena ada keperluan dengan Nyonya Caitlyn.”“Untuk apa kau menemuinya?” pertanyaan Elena membuat Billy tersenyum dan langkahnya terhenti seketika.“Sekarang sepertinya Anda yang ingin tahu tentang urusanku, Nona Elena,” sindir Billy.Elena berdehem. “Aku hanya tak mau urusan kalian berdua itu bisa menggangguku di kemudian hari,” jawabnya pendek.“Bagaimana urusan
“Sejauh mana kau mengenal Elena? Selain Nazarina, apakah ada orang lain yang mungkin bisa aku gunakan untuk menyulitkannya?”“Aku tak begitu mengenal Elena, Nyonya. Sudah kubilang kalau kami hanya pernah bertemu beberapa kali.” Billy membetulkan rambutnya yang agak berantakan. Mungkin karena sudah menjadi kebiasaan karena sejak dulu ia memang selalu perfeksionis dalam hal penampilan. Tak pernah sekalipun membiarkan visualnya berantakan.“Tapi kau bilang menyukai Elena. Apakah ada sesuatu yang membuatmu terkesan dengan wanita yang jauh lebih tua? Atau mungkin, kalian dulu pernah melakukan cinta satu malam?” Caitlyn lagi-lagi memancing jawaban Billy. Padahal pertanyaannya itu sudah berulang kali ia ajukan.Billy tertawa kecil. “Nyonya, apakah benar perasaanku, kalau Anda masih begitu penasaran dengan hubungan kami? Bukankah sudah aku katakan dengan jelas, walau aku setuju bekerja padamu untuk menyulitkan Elena, tapi pertanyaan seperti itu tak akan pernah kujawab.”“Baiklah...” Caitlyn m
Reviano memandangi Billy dari atas hingga ke bawah. Sedangkan Elena diam-diam mencuri pandang sambil sesekali menunduk karena khawatir.Bagaimana bisa Billy menjadi asisten Reviano? Apakah ini semua adalah rancangan licik Caitlyn? Mengingat yang merekomendasikan Billy adalah wanita itu.Hanya saja pertanyaannya, bagaimana mereka bisa saling mengenal? Dari sekian miliar manusia di muka bumi ini, mengapa Caitlyn harus membawa Billy masuk ke dalam lingkaran hidup mereka?Elena tak tenang, meski status Billy hanya sebagai pekerja, tetap saja posisinya bisa terancam kalau sampai pria itu mengatakan hal yang pernah mereka lakukan.“Sebenarnya aku tak memerlukan asisten atau apa pun itu. Aku lebih nyaman sendiri,” ujar Reviano, setelah sempat memindai dengan cermat penampilan Billy.“Tolong berikan saya kesempatan, Tuan Rev. Saya membutuhkan pekerjaan ini. Tuan tak akan kecewa dengan kinerja saya,” ucap Billy yakin.“Datang saja ke kantorku. Aku akan meminta Marion untuk memberimu posisi yan
Caitlyn seketika mematung di hadapan Elena karena keterkejutan yang tak terduga. Dia merasa kecolongan dengan apa yang kini telah diketahui oleh menantunya itu.Bagaimana mungkin Elena bisa tahu kalau ia telah membayar Nazarina untuk menguntit suaminya?Apakah semudah itu Nazarina mengakui?Dan soal pertemuannya dengan Evan di hotel Argeous, bagaimana bisa terendus?“Temanmu yang tua itu telah mengadu ya padamu? Huh, padahal aku sudah membayarnya dengan uang yang banyak,” ujarnya sinis.“Dia tak mengadu sama sekali. Tapi aku yang terlalu beruntung sehingga bisa mendapatkan petunjuk atas apa yang telah terjadi. Jadi, apakah kau akan meminta uangmu dikembalikan? Tapi ini terbongkar bukan karena kesalahannya. Jadi kuharap kau tak akan menyusahkan Nazarina lagi. Kecuali kalau kau ingin Revi tahu soal ini,” ancam Elena.“Baiklah, jadi.... Karena kau merasa telah memiliki kelemahanku, sekarang kau yang berhak mengancam?” Caitlyn memandang Elena dengan tajam, berusaha menunjukkan kalau ia ta
Marion menyerahkan lembaran kertas pada Reviano.“Nomor itu terdaftar atas nama Andrew Nelson. Alamatnya tercatat di desa Archenwill.”“Berarti kita sudah mengantongi nama dan tempat tinggalnya. Lantas, hal apa yang mengejutkan, Marion?”“Masalahnya, setelah kami selidiki dengan lebih detail melalui data kependudukan dan aktivitas terakhirnya, nama Andrew Nelson dengan alamat dan nomor ponsel yang sama ternyata sudah meninggal beberapa tahun lalu.”Reviano seperti tak percaya dengan apa yang ia dengar. “Tak masuk akal! Tak mungkin yang menelepon waktu itu adalah hantu gentayangan.” Reviano bersungut-sungut. Ia memang tak percaya takhayul sama sekali.Kalau memang ada hal seperti ini, pasti akan ada penjelasannya secara logis dan masuk akal.“Memang tak mungkin, Tuan Rev. Bisa saja yang memakai nomor itu sekarang adalah anak atau ahli waris yang tak mengganti data pemakai barunya.”
Elena lekat memandang Lizzie, meminta kepastian akan informasi dengan mengerutkan kening dan menyatukan kedua alisnya.Lizzie mengangguk pelan, kemudian kembali mengirimkan pesan.[ Aku memang tak terpikir untuk mengambil fotonya dengan kamera ponselku Nona. Tapi aku cukup yakin kalau teman Nona adalah orang yang kulihat malam itu di depan kamar hotel. ]Elena termenung sesaat, seakan berpikir. Rasanya tidak masuk akal kalau Nazarina mengkhianatinya.“Nazarin, bagaimana kalau saat aku keluar dari rumah sakit nanti kau ikut menjemput dan mengantarku pulang?” tanya Elena.Nazarina mengangkat kedua alisnya heran. “Mengantar pulang ke rumah mertuamu?”Elena mengangguk.“Ah, aku mungkin tak bisa Elena. Aku bekerja dan pasti sibuk sekali. Maafkan aku.”“Ayolah, aku ingin memperkenalkanmu pada suamiku dan keluarganya,” Elena sedikit memaksa. Padahal itu hanya sebuah pancingan agar Nazarina terjerat dalam perangkapnya.“Untuk apa kau memperkenalkan aku pada mereka?”“Tentu saja agar kau bisa
“Lelaki tua itu, sepertinya benar-benar menyukaimu Elena. Bisa dilihat dari keseriusannya dalam menuruti kemauanku.” Harland mengambil sebatang rokok dan menyulutnya.“Maaf Tuan, Anda tak boleh merokok di sini. Silakan keluar kalau memang mau merokok.” Seorang perawat terdengar menegur Harland dengan judes.Harland mengangkat kedua tangan, menunjukkan rokok yang tadi belum sempat terkena api koreknya. “Maaf, salahku.”Setelah perawat itu pergi, Nancy mengajak Annabeth dan Lizzie untuk pergi keluar kamar.“Kalian pasti sangat lelah dan bosan menunggui Elena selama berhari-hari. Ayo, ikut aku membeli makanan ringan di swalayan. Kalian perlu tenaga ekstra untuk membantu merawat orang sakit.”“Ya, pergilah Annabeth, Lizzie. Pilih saja apa pun yang kalian mau. Mama yang akan membayarnya,” ujar Elena sambil tersenyum.Annabeth dan Lizzie menyambut baik ajakan Nancy. Mereka bertiga keluar dari ruangan, meninggalkan Elena dan Harland.Elena kembali memandang ayahnya. “Kita lanjutkan pembicara
“Cara apalagi yang kau maksud, Honey? Kau sudah memeriksa ponsel mereka kan? Lagi pula, kenapa hanya Diane dan Amber yang kau curigai? Housemaid di rumah kita bukan hanya mereka, jadi yang lain pun patut dipertanyakan kalau memang benar mereka melakukan hal yang tak baik.” Caitlyn masih berusaha membela para bawahannya. Reviano berjalan mendekati istrinya. “Caitlyn, aku sangat heran mengapa kau begitu membela mereka? Padahal seharusnya, sebagai orang yang pertama kali dikirimi video, kau juga harus mencari tahu siapa manusia lancang itu. Kau bahkan diperas kan? Jadi, apakah karena yang sedang dipermalukan adalah aku, maka kau tak peduli sama sekali?” “Aku hanya tak mau berburuk sangka dengan orang yang telah mengabdi cukup lama padaku. Diane dan Amber bukanlah orang lain. Aku tak mau mereka diperlakukan seperti seorang penjahat. Aku yakin, kau melakukan ini karena terpengaruh cerita Elena yang mengada-ngada. Kau benar-benar telah dibutakan, Honey.” “Mengada-ngada atau tidak, bisa ki