Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 22A. Sangat Cantik

Share

Bab 22A. Sangat Cantik

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2024-12-14 10:56:30

Setelah membaca pesan dari Ferry, Bianca langsung menelepon. Ia tidak mau bertemu Ferry atau melihat lelaki itu datang ke rumahnya.

"Hai, Bi. Gimana? Kamu mau ketemu di mana?" Suara Ferry langsung terdengar.

Awalnya Bianca memang sempat suka pada Ferry tetapi setelah melihat sikap Ferry yang terkesan memaksa, dia jadi tidak suka. Mengatakan cinta begitu cepat padahal sebelumnya Ferry sangat menyukai Namira. Setelah tahu Namira sudah menikah, tiba-tiba saja Ferry bilang cinta padanya. Seperti Bianca tempat pelampiasan saja.

"Aku minta maaf. Aku gak mau ketemu sama kamu atau aku gak mau kamu datang ke rumahku," tandas Bianca tegas.

Senyum Ferry yang sebelumnya mengembang, seketika sirna. Ia tidak menyangka Bianca menolak keinginannya padahal Ferry sangat yakin kalau Bianca juga suka padanya.

"Kenapa, Sayang? Emang kamu gak kangen sama aku?"

Muak! Bianca sangat muak mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Ferry. Lelaki mur4han. Mudah sekali mengungkapkan kata cinta pada wanita.

"
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
DJamal Sang Lhibra
ceritanya bgus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 22B. Sangat Cantik

    Namira memeluk tubuh Daniel semakin erat. Ia benar-benar takut kehilangan sosok seperti Daniel. Baginya, lelaki itu adalah pelindungnya. Tempat ia berlindung di saat hatinya merasa takut dan bersedih. "Aku mau ngabisin susu dulu," kata Namira melepaskan pelukan. Menyeka air mata dengan kasar, lalu meneguk susu hingga habis. Gelas diletakkan kembali ke tempat semula. Kemudian, Namira memandang perutnya yang belum membuncit sambil mengelus lembut. "Kelak, dia akan menyayangi kita, Mas. Aku ingin, kita membesarkannya bersama-sama. Apa kamu gak mau?" Namira menoleh, menatap lekat Daniel yang memerhatikannya. Daniel tersenyum, menyentuh perut Namira. "Aku mau, Sayang." Daniel agak membungkuk, mencium perut Namira dengan lembut, penuh cinta. Namira mengusap rambut suaminya. "Nak, kamu harus sehat, jangan nakal. Jangan bikin Mamihmu kesakitan," bisik Daniel pada janin yang masih berada di dalam rahim Namira. "Sayang, malam ini kamu mau makan di luar gak? Atau masih capek?" tanya Daniel

    Last Updated : 2024-12-14
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 23. Dihadang

    Bianca yang tengah mengunyah mendongak, menatap tak suka pria gondrong yang berdiri di depannya. Bianca menghela napas berat, lalu melanjutkan makannya, tak peduli dengan kehadiran Ferry. Senyum Ferry sirna melihat Bianca tak peduli dengan kehadirannya. Bi Rusmi mengerutkan kening, menatap lekat lelaki yang beberapa hari lalu pernah datang ke rumah Daniel. "Ehm, Bi. kalau tau kamu mau ke sini, tadi aku jemput aja. Jadikan, kamu gak perlu makan bakso ditemenin pembantumu." Tanpa permisi, Ferry duduk di kursi yang ada di sampingnya. Bianca menyudahi makan baksonya, meski masih ada beberapa butir lagi. Ia menegak air mineral hingga setengah. "Suruh siapa kamu duduk di sini? Pergi sana!" Sangat ketus, Bianca berkata. Ferry yang sedari tadi memamerkan senyumnya, langsung meredup. Ia menghela napas, agar tidak terpancing emosi. "Aku mau temenin kamu, Bi. Masa gak boleh?""Emang gak boleh," balas Bianca cepat. Ferry tersinggung, mulutnya langsung terdiam beberapa menit. Ferry melihat

    Last Updated : 2024-12-14
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 24A. P3rkasa

    "Bi, pegangan yang kuat. Aku mau kabur!" titah Bianca pada asisten rumah tangganya yang duduk di jok sebelah. "I-iya, Non." Bianca menginjak rem, melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi. Kedua matanya sangat tajam, menatap lurus ke depan. Dua orang duduk di atas motor yang menghadang mobil Bianca terkejut melihat Bianca nekat ingin menabrak. Dua orang itu lari menghindar. Dengan kecepatan yang tinggi, Bianca menyerempet motor itu. Bianca menoleh ke belakang, melihat motor lainnya yang mengejar. "Non, mereka ngejar kita! Astaghfirullahalazim ... ya Allah lindungi kami ya Allah." Bi Rusmi memanjatkan doa. Ia berharap kalau motor-motor itu berhenti mengejar. Bianca menoleh ke belakang sekilas, lalu menancapkan gas lebih kencang lagi. Memasuki komplek perumahan tempat tinggalnya, motor-motor yang mengejarnya sudah tidak terlihat. Bianca bernapas lega, terlepas dari kejaran orang yang tak dikenal. "Alhamdulillah mereka udah gak ngejar kita lagi, Non," ucap Bi Rusmi penuh rasa

    Last Updated : 2024-12-15
  • Benih Papa Sahabatku   24B. P3rkasa

    "Boleh. Tanya apa, Mas Ayang?" jawab Namira mengeratkan genggaman tangannya. "Apa yang membuatmu mencintaiku? Mau jadi istriku?" Senyum yang sebelumnya mengembang di bibir Namira seketika sirna. Ia tak menyangka kalau Daniel mempertanyakan masalah itu. Tanpa ragu, Namira pun menjawab, "Karena kamu lelaki yang setia, lelaki yang baik, lelaki yang perhatian, lelaki yang penyabar dan lelaki yang ---" Namira menggantung kalimat, tapi bibirnya mengulum senyum. Ia merunduk, tersipu malu.Berbeda dengan Daniel, lelaki itu justru penasaran. Ingin mendengar kalimat berikutnya. "Yang apa?" Daniel penasaran. Bukannya menjawab, Namira justru menggigit bibir bagian bawah. Daniel semakin penasaran, menc1um lembut punggung tangan Namira dan kembali bertanya. "Jawab, Sayang. Yang apa?" Suara Daniel terdengar parau. Namira salah tingkah, ia mengalihkan pandangan ke arah lain, kemudian dengan suara yang pelan, Namira akhirnya menjawab, "Yang ... hm ... perkakas!" Namira menarik tangannya dari gen

    Last Updated : 2024-12-15
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 25. Cakeeeeppp

    Waktu aku dan papahmu keluar rumah, apa kamu ikut keluar juga?""Maksudmu ngikutin kalian? Enggaklah ...," jawab Bianca cuek, sesantai mungkin. "Bukan ngikutin tapi kamu keluar aja.""Aku baru bangun tidur, Na. Kamu ini malah nanya kayak gitu. Cerita dong, gimana dinner pertamamu? Menyenangkan gak?" Bianca sengaja mengalihkan pertanyaan. Dia tidak ingin berkata jujur atau membohongi Namira. "Menyenangkan banget. Pokoknya, so sweet. Romantis, sangat romantis.""Huh, genit!" Bianca mencubit pipi ibu sambungnya gemas. Namira cemberut, mengusap-usap bekas cubitan Bianca. "Beneran tau! Ngomong-ngomong, besok ada kelas gak? Aku kok males banget kuliah, ya? Maunya tuh di rumah terus sama papahmu. Hahaha ...." Namira tertawa lepas, malu sendiri dan tentunya sangat bahagia. Bianca menggelengkan kepala mendengar ucapan ibu sambungnya. "Males terooos ... kamu kan emang gak mau kuliah tadinya. Mau di rumah aja, bantuin Bi Rusmi.""Lah emang iya. Makanya aku males apalagi sekarang aku udah ni

    Last Updated : 2024-12-15
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 26A. Tidak Tahu

    Tiba di kampus, Bianca dan Namira berjalan beriringan. Sebelum masuk kelas, Bianca meminta Namira mengantarnya ke parkiran khusus sepeda motor. Entah mengapa, ia sangat mencurigai Ferry sebagai dalang dari penghadangan semalam. "Ngapain sih ke parkiran motor, Bi?" protes Namira mensejajari langkah Bianca yang cepat. "Jangan banyak tanya dulu. Nanti aku cerita.""Iya dah."Di area parkir, pandangan Bianca memerhatikan satu persatu motor yang berjajar rapi. Dia juga memerhatikan motor yang baru datang. Meskipun semalam tidak terlalu jelas melihat kendaraan yang ditumpangi para penghadang itu, tetapi jika Bianca melihat lagi, ia yakin masih mengenalinya. "Bi, nyariin motor siapa?" Lagi, Namira penasaran. Bianca tak menjawab, ia tetap memerhatikan satu persatu motor yang masuk ke dalam area parkir. Mereka berdua berdiri di dekat kantin yang lokasinya memang tak jauh dari parkiran sepeda motor mahasiswa. Bianca menarik napas panjang. Ia merasa kalau dugaannya mungkin salah besar. "Ya

    Last Updated : 2024-12-16
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 26B. Tidak Tahu

    Selesai kelas, Ferry datang menemui Bianca dan Namira. Ia berniat mengajak dua gadis itu untuk melihat rekaman CCTV. "Enggak usah. Aku minta maaf udah nuduh kamu. Sorry," ujar Bianca saat Ferry mengajaknya melihat rekaman CCTV. "Jangan gitu dong, Bi. Aku mau ngajak kamu ke sana cuma lihat CCTV. Kamu bisa lihat aku di sana, sampe jam berapa di kedai. Aku gak mau, kamu berpikir buruk tentangku, Bi." Ferry berusaha meyakinkan Bianca. Namun, gadis itu tetap bersikukuh tidak ingin melihat rekaman CCTV tersebut. "Enggak. Aku gak menilaimu buruk lagi. Aku cuma minta sama kamu, tolong jangan ganggu aku lagi. Itu aja!"Bianca berkata sangat tegas. Kemudian, ia menarik lengan Namira agar menjauh dari lelaki yang sempat menyukainya. Tidak berselang lama, kendaraan yang dikemudikan Daniel sudah datang. Namira dan Bianca bergegas masuk ke dalam mobil mewah. Mereka tak ada yang bicara sepanjang jalan menuju rumah. Daniel yang duduk di balik kemudi merasa heran. Ada apa dengan istri dan anaknya?

    Last Updated : 2024-12-16
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 27. Pijatin

    Namira termenung, ia tampak berpikir. Kalau ia mendukung rencana Bianca, itu berarti diantara Namira dan Daniel ada rahasia. Namira tidak bisa merahasiakan sesuatu dari Daniel. Tetapi, kalau Namira tidak mendukung dan tidak mau kerja sama dengan Bianca, kasihan dia. Bianca pasti masih penasaran. Dia tipikal manusia yang selalu ingin tahu. Jika apa yang ingin diketahuinya belum menemukan titik terang, Bianca tidak akan menyerah sampai ia benar-benar menemukan jawabannya. "Oke deh. Tapi, jangan lama-lama di sananya." Senyum Bianca merekah. Langsung menghambur memeluk tubuh ibu sambungnya. "Maaciw, Mamih ... Ikan Hiu makan tomat. Love you sampe kiamat.""Huh gombal!" Namira melepaskan pelukan, mencebik Bianca. Gadis itu tertawa lepas, mencubit kedua pipi Namira gemas. "Sakit, Bian ... kamu ini kebiasaan banget. Suka cubit pipi Mamih. Durhaka nanti kamu jadi anak!" kata Namira pura-pura marah padahal hatinya bahagia melihat Bianca bahagia. "Iya deh, maaf. Habisnya semakin hari Mamih s

    Last Updated : 2024-12-16

Latest chapter

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 362. Disita

    "Enggak ...." Tentu saja ibu Ros berkilah akan tuduhan Bianca. "Enggak minta uang. Tante juga tau diri, Bianca. Sekarang kan Nida bukan menantu Tante lagi," sambung ibu Ros tersenyum kaku. Bianca tak sepenuhnya percaya. Dulu, Nida pernah bercerita jika mertuanya selalu minta uang. "Masa? Sukurlah kalau Tante tau diri. Lah terus, ngapain Tante pengen ketemu sama Nida?" Bianca penasaran. Bertanya lagi tentang alasan ibu Ros yang tiba-tiba datang ke kantor. Ibu Ros sempat salah tingkah namun ia berusaha menguasai dirinya agar tidak terlihat gugup di depan Bianca yang tak lain saudara Nida. "Tante pengen ketemu dia mau nanyain kapan jadwal sidang perceraiannya. Tante mau datang," ujar ibu Ros tersenyum kaku. "Kenapa nanyainnya ke Nida? Kenapa enggak tanya sama anak Tante yang tukang selingkuh itu?" sindir Bianca yang tak ingin pergi meninggalkan ibu Ros. Dari dulu, Bianca tak suka dengan wanita yang telah melahirkan Hanif. Bianca masih ingat betul saat dirinya berkunjung ke rumah Nid

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 361. Minta Uang?

    "Apa? Mama enggak punya uang? Aku enggak percaya!" tandas Hanifa pada wanita yang telah melahirkannya. Ibu Ros tampak tak peduli, apakah Hanifa akan percaya padanya atau tidak? Ia juga tidak mau dipusingkan dengan urusan kebutuhan rumah tangga kedua anaknya. Selama ini, ibu Ros memang terlalu memanjakan Hanifa dan Haifa. Membiarkan mereka tinggal satu atap tanpa menyuruh suami-suami mereka mencari tempat tinggal lainnya. "Kalau kamu enggak percaya, ya sudah. Mama juga enggak maksa kamu buat percaya pada Mama," kata ibu Ros berusaha bersikap sesantai mungkin. Mendengar ucapan sang mama, Hanifa semakin emosi dan geram. Ia lantas membuka kembali lemari pakaian ibu Ros. Mengobrak-abrik pakaian yang sudah tersusun rapi. "Nifa, apa yang kamu lakukan? Kenapa pakaian Mama kamu obrak-abrik? Berhenti, Nifaaa! Berhentiiiii!" teriak ibu Ros. Amarahnya yang ditahan, keluar juga. Ia menarik kasar lengan anak keduanya agar menjauh dari lemari pakaian. Hanifa geram, wajahnya memerah karena marah."

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 360. Tidak Punya

    "Argh, sial! Sial! Sial!" maki Hanifa di dalam kamar setelah Nida mematikan sambungan telepon. Hanifa sengaja menghubungi Nida setelah suaminya berangkat kerja. Hanifa benar-benar tak menyangka jika Nida tidak memberikan pinjaman uang lagi padanya. Ditambah Nida langsung mematikan sambungan telepon tanpa ingin mendengarkan tanggapannya. Penuh emosi, Hanifa mengetik pesan untuk mantak kakak iparnya itu. "Mbak jangan sombong! Enggak usah sok mengikhlaskan uang pinjamanku. Kalau suamiku udah gajian, aku akan bayar utang Mbak itu!"Setelah mengirim pesan yang ceklisnya belum berubah, Hanifa keluar kamar. "Mama! Maaaa ... Mama!" Teriakan Hanifa membuat adiknya keluar kamar, berjalan cepat menghampiri. "Ada apa, Mbak? Pagi-pagi udah teriak?" tegur Haifa menatap lekat kakak kandungnya. "Anak-anak udah kamu anterin ke sekolah?""Udah. Dede Haris ada di kamarku. Lagi main sama Rafa. Mbak Nifa kenapa?" tanya Haifa yang tak mengerti dengan sikap Hanifa. Pagi-pagi udah marah-marah. "Mbak be

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 359. Bukan Adik Ipar

    "Ya udah, kamu coba aja telepon mbak Nida. Selama ini kan dia selalu kasih pinjaman walaupun kita enggak pernah bayar," titah Tedi, suami Hanifa. Namun, Hanifa tampak berpikir. Tidak mungkin ia menghubungi Nida malam ini."Mas, besok pagi aja, ya? Soalnya sekarang udah malam. Takut nanti enggak diangkat teleponnya," kilah Hanifa beralasan tak enak hati padahal ia tak mau kalau suaminya tahu jumlah uang yang akan diberikan Nida. "Memangnya besok kamu punya uang? Aku enggak punya uang lagi. Di kantor aja aku minta traktir makan teman terus."Sungguh bohong. Mana ada teman yang mau traktir orang hampir tiap hari? Sebetulnya Tedi punya uang tapi ia akan gunakan untuk berjudi lagi. Lelaki itu masih penasaran dapat menang banyak. "Beruntung kamu, Mas. Punya teman yang baik, yang mau traktir kamu tiap hari," kata Hanifa menimpali kebohongan sang suami. "Emang mamamu enggak punya uang lagi? Biasanya dia banyak uangnya."Setahu Tedi, Hanifa dan Haifa selalu minta uang pada ibu Ros. "Sekara

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 358. Tidak Tahu Malu

    "Mbak, duit lima ratus ribu cukup buat beli apa? Gila aja!"Bukannya berterima kasih, Hanifa justru marah-marah. Friska yang mendengar ucapan Hanifa menghela napas berat. Pikirnya, ibu dan anak sama saja! Ibu Ros juga demikian. Friska teringat pada Nida sewaktu menjadi menantu ibu Ros dan kakak ipar Hanifa. Apa Nida juga mengalami hal yang dialaminya?"Kamu bilang cukup buat beli apa? cukup buat beli beras 10 kilo, cukup buat beli telor 10 kilo, cukup buat---""Udah, udah, jangan berisik! Kalau enggak mau nambahin uangnya, enggak usah ceramah! Tau gini, mending mas Hanif masih sama Mbak Nida. Mbak Nida itu baik orangnya. Selalu ngasih kami uang sesuai yang kami minta!" omel Hanifa tak tahu diri. Friska terkejut mendengar Hanifa membandingkan dirinya dengan mantan istri sang suami. Hanif pun terkejut karena Friska menyebut nama Nida di depan Friska apalagi sampai membandingkan. Amarah dalam diri Friska tak dapat dibendung lagi, ia pun membalas ucapan Hanifa. "Eh, seenaknya aja kamu ng

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 357. Kasih Pinjaman

    "Lima juta kamu bilang cuma?" tanya Hanif setengah tidak percaya adiknya berbicara demikian. Selama ini Hanif tipikal orang yang berhemat. "Iyalah, Mas. Uang Mas Hanif lebih dari segitu. Apalah arti uang lima juta buat Mas Hanif dan Mbak Friska," ucap Hanifa tanpa beban. Hanif menghela napas berat, memijat pelipis. Hanifa tidak tahu saja kalau dirinya tidak punya tabungan bahkan ketika mendaftarkan proses perceraian harus mencuri uang Friska dari dalam brankas. "Aku enggak ada uang." Hanif berbicara datar. Mendengar jawaban kakaknya, Hanifa mendengus kesal. Ternyata benar kata ibu Ros kalau Hanif orangnya pelit. "Mas Hanif aku mohon. Suamiku belum gajian. Nanti uangnya aku ganti kok kalau mas Tedi udah gajian. Aku mohon, Mas ...." Hanifa tak mungkin menyerah. Malam ini juga dia harus mendapatkan uang untuk anak-anak besok. Meski dirinya tak ada uang, tetapi Hanif tak tega mendengar adiknya memohon seperti itu. Selama ini, Hanifa maupun Haifa tidak pernah meminta uang padanya. Tanp

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 356. Lima Juta

    Di mata Rangga, Haifa wanita bodoh dan mudah dibohongi. Bukan satu dua kali Rangga ketahuan selingkuh tetapi dengan mulut manisnya, Rangga dapat meyakinkan Haifa jika dirinya tidak akan mengulangi bahkan Rangga sering berjanji akan membuat rumah tangganya jauh lebih baik dan memiliki perekonomian yang mencukupi. "Ya udah, Mas. Sekarang kamu mandi. Kamu tadi beli nasi kan?""Beli dong. Aku tadi beli pecel lele. Lelenya dibagi dua aja ya sama anak kita. Kamu jangan makan banyak kalau malam. Aku enggak mau kalau kamu sampe gendut," ujar Rangga mengedipkan sebelah mata. Sontak, Haifa tersipu malu, menganggukkan kepala, mengiyakan kemodusan suaminya. Di kamar lain, Hanifa pun sedang berbincang dengan sang suami, Tedi namanya. "Jadi Mamamu udah tau sertifikatnya kita gadai ke Bank?" tanya Tedi, usai Hanifa bercerita tentang kejadian tadi siang. Hanifa tampak santai. Sebatang rokok terselip di antara ruas jarinya. "Iya. Dia baru sadar, hehehe ...."Hanifa mengembuskan asap rokok ke wajah

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 355. Dibodohi

    "Biasa aja kali, Ma. Enggak usah kaget gitu," kata Hanifa santai. Mereka berdua tidak merasa bersalah sedikit pun. Aneh juga, kenapa Hanifa dan Haifa bisa membawa sertifikat itu ke Bank tanpa sepengetahuan ibu Ros?"Kamu bilang enggak usah kaget??" desis ibu Ros berusaha menahan emosi. Biar bagaimana pun ia tak mau cucu-cucunya mendengar keributan ini. "Udah deh, Ma. Lagipula semuanya udah ada di Bank. Mau gimana lagi? Ya kami bisa saja menebusnya tapi Mama punya enggak uang buat nebusnya?"Tanpa rasa bersalah dan rasa penyesalan, Haifa bertanya demikian. Hanifa yang mendengar ucapan sang adik, menyunggingkan senyum mengejek. "Kurang ajar! Kalian anak kurang ajar! Uangnya kalian pake buat apa? Semua keperluan dan kebutuhan rumah ini kan pake uang Mama. Bahkan kalian juga sering minta uang ke Mama. Terus, uang pinjaman dari Bank itu digunakan buat apa? Buat apaaaa?" Sangat kesal ibu Ros berkata. Wajahnya memerah karena emosi yang sudah menguasai diri. Hanifa dan Haifa terdiam sesa

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 354. Di Bank

    Kedua mata ibu Ros membeliak dibentak anak keduanya yakni Hanifa. Sorot mata Hanifa yang tajam dibalas serupa oleh wanita yang telah melahirkannya. "Durhaka kamu, Nifa!" balas ibu Ros tak kalah tinggi intonasi suaranya. "Berani sekali kamu ngebentak Mama? Marahin Mama! Kamu pikir ini rumah siapa, heuh? Ini rumah Mama!" tandas ibu Ros yang tak mau terlihat lemah di depan Hanifa. Anak kandungnya mencebik, melipat kedua tangan di depan dada. "Nanti juga akan menjadi milikku dan Haifa kalau Mama udah mati," timpal Hanifa tersenyum miring. "Apa kamu bilang?" Lagi, emosi ibu Ros semakin meluap. "Kamu bilang aku mati?" ulang ibu Ros, meyakinkan yang didengarnya. "Ini apaan sih? Siang-siang malah ribut?"Tiba-tiba dari arah belakang Hanifa, terdengar suara adiknya yang baru keluar dari kamar sambil menguap. Menghampiri mereka. "Mama nih, siang begini malah nangis sambil teriak. Kan berisik," jawab Hanifa memutar bola mata malas. "Ck, kebiasaan nih Mama. Udahlah, jangan diladenin. Harap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status