Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 226. Tidak Berubah

Share

Bab 226. Tidak Berubah

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2025-02-24 23:52:12

"Hah? Kak Axel ada di rumah ... di depan rumah ki--"

"Iya, Bawel! Cepetan buka pintunya!"

Axel mematikan sambungan telepon. Menunggu Alea datang membuka pintu.

"Kenapa, Nak? Axel ada di sini? Axel udah pulang?" tanya Bianca sumringah. Menatap lekat Alea yang tengah tersenyum. Evan juga penasaran, ia menunggu jawaban adik iparnya itu.

"Iya, Ma, Pa. Sekarang kak Axel ada di depan rumah. Sebentar, aku bukain dulu pintunya, aku suruh dia masuk!"

Bianca menganggukkan kepala, membiarkan Alea ke depan, membuka pintu untuk kembarannya.

"Disuruh buka pintu, malah lama!" sungut Axel saat pintu rumah sudah dibuka Alea. Gadis itu sangat senang, menghambur dalam pelukan kakaknya.

"Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya si keras kepala mau pulang lagi ke rumah," ujar Alea ditengah pelukan. Axel kesal, melepaskan pelukan adiknya.

"Berisik!" kata Axel masuk lebih dulu ke dalam rumah. Alea mengunci kembali pintu, berjalan, mensejajari langkah kaki kakaknya.

"Kalau aku suruh, cepat kamu laksanain! K
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 227. Dari Mana?

    Sejak Hanif pulang dari keluar kota, sikap Nida berubah drastis. Menjadi lebih pendiam dan tampak tak peduli apalagi perhatian. Seperti pagi ini, Nida sibuk sendiri. Sedari bangun tidur, sampai sekarang di meja makan, tidak ada tegur sapa dari anak kandung Yuda dan Dania itu. "Dek ...," panggil Hanif memandang istrinya yang duduk di kursi bersebrangan. Nida mendongak sembari mengunyah roti panggang. "Iya?" sahut Nida membalas tatapan suaminya. "Kenapa sikapmu berubah? Apa karena permintaan mamaku?" Hanif hanya berprasangka. Sebab dia tahu, perempuan mana yang mau dipoligami apalagi hanya karena mereka belum dikarunia anak. Nida tak langsung menjawab, menegak segelas air putih hingga setengah."Hm ... Aku cuma bingung aja," kata Nida menumpu kedua tangan di atas meja. "Aku bingung menghadapi mama kamu. Seingatku, selama ini aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya. Tapi, kenapa mamamu masih saja mencari kesalahanku bahkan dengan urusan yang bukan menjadi kuasaku. Masalah

    Last Updated : 2025-02-25
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 228. Menyerah

    Semua yang ada di ruang meja makan terkejut mendengar jawaban Axel. Terutama Bianca. Hatinya merasa tersisihkan dengan perbuatan Axel yang baru saja mengunjungi makam kedua orang tuanya. Alea diam, tak bicara lagi. Dia tak mau membuat Bianca bersedih. Begitu pula Evan. Memilih diam, tak menimpali jawaban Axel. Sarapan pagi ini diselimuti keheningan. Mereka seolah bergelut dengan pikiran masing-masing. Usai sarapan, si kembar pamit masuk ke dalam kamar, setelahnya berangkat ke sekolah. "Kak, kenapa enggak ngajak aku kalau mau ke makam mama papa?" tanya Alea saat keduanya sudah berada di dalam mobil. Pandangan Axel lurus ke depan. Lelaki yang baru berusia 18 tahun itu duduk di balik kemudi. Ia tak ingin diantar supir ke sekolah. "Memangnya kamu mau?" "Maulah, Kak! Masa berziarah ke makam kedua orang tua kita enggak mau," celetuk Alea mengalihkan pandangan ke depan. "Aku pikir, kamu masih menganggap orang tua kandung itu Kak Evan dan Kak Bianca." Alea menoleh cepat, menatap tak

    Last Updated : 2025-02-25
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 229. Doa Dari Anak-Anak

    "Astaghfirullah, Nida ... istighfar. Kamu jangan ngomong cerai-cerai! Enggak baik, Nak. Pokoknya selama bisa diselesaikan baik-baik, kamu harus bertahan. Kalian selama ini baik-baik saja kan? Masalah permintaan ibu mertuamu, enggak usah kamu pikirin!" Sebisa mungkin Shella menenangkan hati Nida dan melarang anak sambungnya itu untuk menggugat cerai Hanif."Ya udah, Ma. Aku mau balik ke ruangan dulu. Makasih ya Ma, udah mau dengerin curhatanku," kata Nida bahagia memiliki ibu sambung yang merangkap sebagai kakak dan sahabat. Shella benar-benar menjadi tempat yang nyaman bagi Nida untuk berbagi cerita. Tidak seperti Gita, ibu sambungnya dulu. Sangat jahat dan licik. "Iya, sama-sama. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan cerita ke Mama. Oke?"Sebetulnya Nida juga ingin bercerita tentang keluarga Bragastara, terutama tentang sikap Bianca padanya. Akan tetapi, jika diceritakan di kantor, rasanya kurang baik. "Iya, Ma. Nanti aku mau cerita lagi.""Oke!"Nida beranjak, keluar ruangan Shella m

    Last Updated : 2025-02-25
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 230. Ngaca

    "Sok tau kamu!" timpal Bianca kesal, tak terima dengan alasan Nida yang mengatakan kebenaran itu pada Axel dan Alea. Wanita itu lantas keluar, menuju ruangannya. Nida menarik napas panjang, menetralisir amarah yang telah mengusai diri. Nida menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Tak terasa, air matanya mengalir, Nida menangis. Menangisi kehidupannya yang kerap kali disalahkan orang lain dan orang-orang yang terdekat. Setelah meluapkan emosi lewat tangisan, Nida melanjutkan pekerjaan. Ia ingin fokus menyelesaikan pekerjaannya. *** Bukannya masuk ke ruangannya, Bianca justru berbelok ke ruangan sang suami, Evan. "Aku kesal banget sama si Nida. Sok tau! Sok jadi pahlawan," gerutu Bianca tiba-tiba masuk ke ruangan. Evan terkejut melihat kedatangan istrinya. "Kamu kenapa, Sayang?" tanya Evan lembut pada wanita yang duduk di sofa sudut ruangan. Bianca bersidekap, mendongak, membalas tatapan Evan. "Tadi aku habis ngajak Nida ngobrol tapi ya gitu deh. Sok merasa pali

    Last Updated : 2025-02-25
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 231. Terserah

    Mendengar ucapan Bianca, Alea, Gilang dan Evan sangat terkejut. "Astaghfirullah, Mama kenapa ngomong kayak gitu, Ma?" Alea tak enak hati pada Gilang yang berdiri di sampingnya. Gadis itu tak menyangka jika Bianca berkata demikian, merendahkan orang lain. "Mama ngomong fakta, Lea. Kamu sama dia enggak cocok. Dia cuma pelayan cafe! Sedangkan kamu? Please, Lea... Jangan mau didekati dia!" seloroh Bianca masih saja merendahkan sahabat Axel. Hilang hanya merunduk. Tidak ingin menanggapi penilaian Bianca terhadapnya. "Lagian kamu! mau-maunya diajak naik motor. Memangnya mobil kamu kemana?" sentak Bianca tak dapat menahan emosi. Alea jadi kesal sendiri, memejamkan kedua mata, menghela napas berat menghadapi sikap Bianca yang keterlaluan. "Ada," jawab Alea singkat. "Ya udah kamu naik mobil. Kalau kamu naik motor, nanti kulitmu gosong. Belum lagi kalau hujan. Bisa sakit kamu, Lea. Emang kamu mau kemana sih?" Alea merunduk, malas menanggapi ucapan Bianca. "Alea, kayaknya Abang enggak bi

    Last Updated : 2025-02-26
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 232. Cantik Belum?

    Gilang masuk ke dalam cafe dengan gontai. Sedikit pun ia tak menduga jika Bianca merendahkan dirinya padahal mereka sudah saling mengenal satu sama lain. "Lho, Bang. Kok cepat amat ke toko bukunya?" tanya Axel heran, melihat Gilang masuk ke cafe lagi. Gilang tersenyum miring. "Enggak jadi. Alea udah pulang."Axel mengerutkan kening, menatap Gilang lekat. Hatinya merasa ada yang aneh, seperti telah terjadi sesuatu. "Itu kan buku penting banget buat dia ngerjain tugas.""Enggak tau, Xel. Kamu sekarang istirahat gih! Biar Abang yang ngerjain." Gilang menggantikan posisi Axel sebagai barista. Beberapa pesanan kopi belum dikerjakan Axel. Ia menyelesaikan pesanan itu. Axel masuk ke privat room, menghubungi Alea. Entah mengapa, Axel merasa ada yang tak beres, mengingat raut wajah Gilang berubah masam, tidak ceria seperti biasanya. "Hallo, Kak?" Suara Alea terdengar. "Kamu sama Bang Gilang enggak jadi ke toko buku?" selidik Axel pada kembarannya. Alea yang masih di perjalanan mendengus

    Last Updated : 2025-02-26
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 233. Ikut

    Tok, tok, tok"Lea, buka pintunya atau mau aku dobrak?" Suara Axel kembali terdengar. Kali ini intonasi suaranya lebih meninggi, terdengar emosi. "Tuh, Kak! Kak Axel udah ngambek! Mau aku yang buka pintunya?" ujar Alea membeliakan kedua mata pada Cassandra. "Jangan! Biar aku aja yang buka pintunya. Kamu cepetan ganti baju!" Cassandra berjingkat turun dari tempat tidur. Sedangkan Alea, masuk ke ruang ganti.Sebelum membuka pintu, Cassandra menarik napas panjang, merapikan rambut dan pakaian lalu memasang senyum yang paling manis. "Hai, Axel! Gimana kabar kamu?" sapa Cassandra saat pintu kamar terbuka. Axel yang sebelumnya emosi, seketika terkejut. Kedua matanya membesar, sikapnya agak salah tingkah. "Lho, kak Sandra ada di sini? Emang lagi libur kuliahnya?" tanya Axel heran. Kedua alisnya yang tebal bertaut. Semakin menambah ketampanannya. "Hm ... iya, Xel. Aku lagi libur kuliah. Makanya aku datang ke sini. Eh, tadi aku tanya kamu lho, bukannya jawab nih, malah balik tanya. Kebi

    Last Updated : 2025-02-27
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 234. Please Tanyakan!

    Alea yang melihat ekspresi Axel terkekeh. Lelaki itu wajahnya bersemu merah. Entah karena malu atau karena menahan amarah. Sikapnya pun salah tingkah. "Gimana, Kak? Mau ya ikut?" Pertanyaan Alea membuyarkan lamunannya. Axel berdehem, mengusap tengkuk. Tampak berpikir. "Ikut ya, Xel? Sekalian nanti makan malam di resto. Aku yang traktir. Please, mau, ya?" Tanpa disadari Axel, Cassandra menyelipkan tangan pada lengannya. Axel menelan saliva. Sesaat, ia memandang wajah cantik Cassandra. Wajah cantik yang sudah lama dikenalnya. "Hm ... gimana nanti aja," jawab Axel sembari melepaskan tangan Cassandra dari lengannya. "Lea, kamu yakin tadi enggak ada masalah apa-apa yang bikin kamu dan bang Gilang batal ke toko buku?" Rupanya Axel masih penasaran. Alea menarik napas panjang. Berpikir sejenak lalu ...."Emang bang Gilang enggak cerita apa-apa?""Enggak. Dia cuma bilang kamu pulang. Tapi aku yakin pasti ada yang enggak beres. Cepetan cerita!" tandas Axel semakin kesal pada Alea yang dita

    Last Updated : 2025-02-27

Latest chapter

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 283. Supaya Bisa Nikah Lagi

    Setelah Arfan pamit, Bianca datang menemui Axel dan Alea yang masih berada di luar rumah. "Kalian ngapain di luar?" tanya Bianca memandang Axel dan Alea bergantian. "Kami habis ngerjain tugas. Alhamdulillah sekarang udah selesai. Misi, Ma." Axel menjawab sekaligus meninggalkan Bianca yang masih tertegun di luar rumah. "Ma, aku juga mau ke kamar. Mau istirahat," ujar Alea. Namun, Bianca mencekal pergelangan tangan gadis itu. "Mama ingin bicara. Duduklah!""Iya, Ma."Jelas saja Alea tak bisa menolak perintah anak sulung Daniel itu. Keduanya duduk di kursi teras depan rumah. "Apa kamu tau, alasan Hanif menceraikan Nida? Apa karena Nida mandul?"Sungguh kata mandul sangat tak enak didengar. Jika Nida mendengarnys pasti tersinggung. "Ma, tante Nida enggak mandul. Tolong jangan sebut dia mandul. Enggak ada dokter yang menyatakan tante Nida mandul. Rahim tante Nida baik-baik aja kok, aku pernah baca surat keterangan dari dokter," jelas Alea menyanggah pemikiran Bianca tentang kondisi r

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 282. Menemukan Bukti-Bukti

    "Minumannya udah datang..., " seru Alea membawa tiga cangkir kopi. Dua cangkir berisi kopi, satu cangkir berisi teh manis. Alea meletakkan cangkir teh manis di depan Arfan. "Makasih, Lea." "Sama-sama. Diminum dulu tehnya biar semangat!" kata Alea menarik kursi yang tak jauh dari jangkauan. Ketiga anak muda itu langsung fokus pada layar laptop yang biasa digunakan Axel. Sebelum meretas, Arfan ingin tahu lebih dulu akun Hanif. "Kayaknya Pak Hanif enggak terlalu aktif di media sosial yang ini. Nih kalian lihat!" Arfan menyodorkan layar laptop ke hadapan Axel dan Alea. Saudara kembar itu duduk berdekatan. "Enggak bisa di cek DM -nya?" tanya Axel menoleh pada Arfan. "Bisa. Sebentar, aku coba lagi." Kali ini cukup lama, Arfan berkutat di depan laptop. Arfan begitu lincah mengoperasikan teknologi. Alea yang baru melihat kemampuan Arfan secara langsung, sampai dibuat kagum. Tanpa disadari, Alea tersenyum sembari memandang wajah Arfan yang cukup tampan. Axel yang semula memandang l

  • Benih Papa Sahabatku   Nan 281. Mau Bantu

    "Astaghfirullah, Mama kok bilang gitu? Enggak peduli sekali dengan musibah yang dialami tante Nida." Refleks, Alea menimpali ucapan Bianca. Biasanya Alea tak berani menyanggah ucapan Bianca tetapi kini, ia langsung angkat bicara."Bukan Mama enggak peduli! Ah, sudahlah. Sekarang lebih baik kalian mandi, ganti seragam dan makan. Mama enggak mau penghuni rumah ini ada yang sakit lagi," ucap Bianca masih diselimuti emosi. Wanita itu masuk ke dalam rumah, tanpa menunggu tanggapan dari kedua adiknya. Axel menarik napas panjang melihat tingkah laku Bianca yang tak berubah. Masih saja menyebalkan. "Kenapa mama jadi ngeselin banget sih, Kak?" gerutu Alea, bibirnya cemberut, kedua tangsj bersidekap. "Emang ngeselin!" jawab Axel masuk ke dalam rumah lebih dulu. Axel sedang malas berdebat. Kalau saja tidak ingat dengan kesehatan Bianca, mungkin Axel tadi akan ribut juga. Saudara kembar itu masuk ke dalam kamar masing-masing. Melakukan perintah Bianca setelahnya mereka berdua menuju ruang mej

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 280. Karma Itu Nyata

    Raut wajah Alea seketika berbinar. Ia baru ingat kalau teman sekelasnya itu memiliki keahlian teknologi. Meski masih SMA, tapi otak Arfan bisa dikatakan lumayan encer terutama masalah teknologi. "Iya, Kak. Bener banget tuh! Aku baru inget kalau si Arfan jago IT. Ya udah, Kak. Aku mau telepon dia dulu. Suruh dia dateng ke rumah nanti malam. Gimana, Kak?" Alea sangat bersemangat menjalankan rencana yang disampaikan oleh Axel. Ia tak sabar ingin mengetahui penyebab Hanif menceraikan Nida. "Boleh. Coba aja kamu telepon." Alea langsung merogoh handphone dari saku seragamnya. Lalu menekan nomor kontak Arfan. Arfan yang tengah berkutat di depan komputer rumahnya, terkejut melihat Alea sang gadis pujaan hati menghubunginya. Senyum Arfan mengembang, menarik napas panjang lalu mengangkat telepon dari Alea. "Hallo?" "Fan, nanti malam kamu bisa enggak ke rumahku?" Tanpa basa-basi Alea bertanya. Ia tak mau membuang waktu. Ingin secepatnya mengetahui alasan Hanif mecneraikan tante

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 279. Sadap

    "Analisamu ada benernya, Lea. Bisa jadi Om Hanif yang mandul," timpal Axel sependapat dengan kembarannya.Nida hanya mengulum senyum mendengar tanggapan dari Alea dan Axel."Ya udahlah, Tante enggak mau terlalu mikirin itu lagi. Toh kenyataannya, sekarang kami udah bercerai. Tinggal menunggu sidangnya saja." Sangat tenang, Nida menanggapi ucapan anak kembar itu. Alea dan Axel saling pandang lalu keduanya mengela napas berat. "Tante harus kuat ya terutama di depan om Hanif. Jangan sampai terlihat lemah atau bersedih. Nanti si om malah besar kepala. Malah mikir, Tante kecintaan banget ama dia," kata Alea memberi semangat pada wanita yang selama ini tempat mereka curhat. "Tapi, Tante. Apa Tante enggak ada curiga kalau om punya wanita idaman lain? Ya aku sih, enggak habis pikir aja. Selama ini yang aku tau, rumah tangga Tante kan baik-baik aja. Kok sekarang tiba-tiba ...."Axel menggantung kalimat, tak sanggup melanjutkan kalimat yang sudah dimengerti oleh Nida dan Alea. "Namanya juga

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 278. Dia yang Mandul

    "Cerai?" Serempak Alea dan Axel bertanya. Raut wajah mereka terkejut. "Tante serius?" tanya Alea. "Pasti cuma nge-prank nih," timpal Axel tak percaya. Nida tersenyum, menepuk pundak Axel. "Kita makan dulu aja. Nanti Tante baru cerita."Keduanya menganggukkan kepala. Mengikuti langkah Nida yang menuju dapur. "Kalian tunggu di sini. Tante mau hangatin masakannya. Oke?""Oke, Tante."Nida menarik napas lega sebab Alea dan Axel datang ke rumahnya. Paling tidak ia sedikit terhibur akan kedatangan mereka. Dirinya tidak merasa sendirian di rumah ini. Namun, Nida sadar. Dia mesti terbiasa dengan kesendirian. "Sudah siap masakannya," seru Nida seolah tak terjadi hal buruk yang menimpanya. Ya, hal buruk. Sebab, meski Nida terlihat sumringah, terlihat menerima keputusan Hanif akan tetapi hatinya tetaplah bersedih dan sakit. Nida wanita normal. Yang sakit hati jika cintanya dikhianati. Nida menyimpulkan sendiri jika alasan Hanif menceraikannya karena ada wanita lain. Wanita lain itu kemungk

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 277. Sudah Cerai

    Hanif tak dapat mengelak lagi. Selama ini tidak bisa ia berbohong pada Nida. Pun Nida, ia tahu jika suaminya menyembunyikan sesuatu atau sedang berbohong. Namun, lagi dan lagi Hanif diam, tak juga menjawab. "Oke. Kalau kamu masih enggak mau jawab pertanyaanku, enggak masalah. Aku juga enggak masalah kalau kamu mau cerai. Silakan saja."Nida menyerah, tidak bisa mendesak lelaki yang lebih banyak diam itu. Nida beranjak ke toilet. Di dalam sana, setelah membuka kran, Nida menangis tersedu-sedu. Sedikit pun Nida tak menyangka jika Hanif akan menceraikannya. Baru beberapa hari lalu, Hanif meyakinkan cinta dan kesetiannya terhadap Nida. Hanif menarik napas panjang ketika Nida pergi meninggalkannya. Ia mengusap wajah kasar, memandang lurus ke depan, lalu pandangannya mengitari kamar yang sudah bertahun-tahun ditempatinya bersama wanita yang dulu mati-matian ia perjuangkan. Dan hari ini, Hanif sudah menjatuhkan talak. Lelaki itu kembali menarik napas, mengembuskan perlahan. Berusaha meyak

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 276. Apa Karena Dia?

    Tiba di rumah, Nida berjalan cepat, ingin segera menemui suaminya. Ketika hendak menaiki anak tangga yang menghubungkan ke kamarnya, terdengar suara percakapan Hanif dengan ibunya di ruang keluarga. Nida pun mengurungkan pergi ke kamar, belok ke ruang keluarga. "Mas!" pekik Nida menghampiri suaminya yang duduk di sebelah ibu Ros. "Kamu enggak apa-apa, Mas? Mana yang terluka?" telisik Nida panik. Menelisik Hanif. "Kamu ini gimana sih? Malah nyari yang terluka? Kamu pengen suamimu terluka?" Pertanyaan ibu Ros membuat Nida menoleh. Menghela napas berat. Nida tahu, apapun yang dilakukannya, di hadapan ibu Ros selalu saja salah. "Bukan aku pengen mas Hanif terluka, Ma. Tadi Mas Hanif bilang semalam kecelakaan. Makanya dia enggak pulang," jelas Nida menahan rasa kesal pada ibu mertua. Hanif masih bergeming, tidak mengeluarkan kata-kata. "Udah tau! Sebelum Hanif cerita ke kamu, dia udah cerita ke Mama," tandas ibu Ros menunjukkan raut wajah tak suka. "Aku mau bicara empat ma

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 275. Bisa Dihubungi

    "Kamu serius mau menceraikan si Nida?" tanya ibu Ros memastikan yang didengarnya. Hanif tersenyum simpul, menganggukkan kepala. "Iya, Ma. Mungkin ini jalan yang terbaik.""Nah gitu dong! Menceraikan Nida emang jalan yang terbaik!" Ibu Rosita berseru gembira. Ibu Ros langsung memeluk tubuh Hanif. Hatinya begitu gembira. Keinginannya sebentar lagi akan terwujud. Hanif akan menceraikan Nida dan akan menikah dengan Friska. Impian memiliki menantu yang kaya raya dan loyal, sebentar lagi akan terwujud. "Sukurlah sekarang kamu udah sadar. Mama senang sekali. Mama berharap, nanti kalau kamu nikah lagi, kamu cepat punya keturunan," ujar ibu Ros sumringah. Hatinya benar-benar bahagia mendengar perceraian anak pertamanya dengan Nida. "Aamiin. Terima kasih, Ma.""Iya, Nak. Sama-sama. Oh ya, kalau kamu keluar dari rumah ini, kamu mau tinggal di mana? Soalnya kan rumah Mama enggak seluas rumah ini. Udah gitu, semua kamar udah ada yang tempati. Ada sih kamar belakang, cuma sekarang udah jadi gud

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status