Home / Thriller / Beneath the Mafia’s Veil / Chapter 4: Bayangan di Balik Jejak

Share

Chapter 4: Bayangan di Balik Jejak

Author: Selena Cipher
last update Last Updated: 2024-12-12 21:15:48

***

Hujan deras mengguyur kota Ravenwood, membasahi jalanjalan yang sepi dan menciptakan genangan kecil di sepanjang trotoar. Lampu-lampu neon dari kedai dan toko memantulkan cahaya ke permukaan basah itu, menciptakan bayangan yang bergerak seiring hembusan angin. Di tengah kesunyian kota yang hanya diiringi bunyi tetesan air, suasana dingin dan kelam terasa semakin menusuk.

Di markas mereka yang sederhana di Distrik Ravenwood, Leon duduk di depan papan besar yang penuh dengan catatan, foto, dan peta. Garis-garis merah yang menghubungkan satu titik ke titik lain seolah membentuk jaringan rumit yang terus-menerus mengingatkannya bahwa kasus ini jauh lebih besar dari yang ia bayangkan. Pikirannya dipenuhi pertanyaan tanpa jawaban, setiap petunjuk yang ada justru membawa lebih banyak keraguan.

Ketukan lembut di pintu mengalihkan perhatiannya. Evelyn masuk, membawa dua cangkir kopi yang mengepul hangat. “Kau

butuh ini,” katanya, suaranya lembut namun tegas. Dia meletakkan salah satu cangkir di meja Leon, berusaha menyadarkannya dari keterpusatan yang membebani.

“Terima kasih,” jawab Leon singkat, matanya tetap terpaku pada papan penuh bukti itu. Wajahnya tegang, matanya merah karena kurang tidur.

Evelyn memerhatikan Leon dengan cemas. Pria itu terlalu larut dalam pekerjaannya, terlalu sering mengabaikan tubuhnya sendiri. “Kita perlu bicara tentang petunjuk terakhir,” katanya, membuka map yang ia bawa. Map itu berisi dokumen baru hasil analisisnya beberapa jam terakhir.

Leon mengangguk pelan, mengambil dokumen itu. Namun, matanya tertahan pada salah satu foto di papan. “Claire Vega,” gumamnya pelan. “Dia kunci dari semua ini. Tapi dia hanya bidak kecil dalam permainan besar Damian.”

Evelyn menghela napas. “Dan itu yang membuatku bingung. Claire bukan orang bodoh. Dia tahu risiko bekerja untuk Damian Crowe. Tapi kenapa dia tetap bertahan?”

Leon menatap foto itu lebih dalam. “Entah itu karena ketakutan... atau ada sesuatu yang membuatnya tetap terikat. Kita butuh lebih dari sekadar dugaan.” Dia mengalihkan pandangan ke Evelyn. “Ada tempat yang harus kita periksa. Highland Storage. Salah satu kontakku mengatakan dia sering terlihat di sana.”

Evelyn mengangguk. “Kalau begitu, kita berangkat sekarang.”

Malam itu, hujan mulai mereda menjadi rintik kecil saat mereka tiba di Highland Storage, sebuah gudang tua yang tampak terbengkalai. Lampu sorot di beberapa sudut menyinari dinding berkarat dan tumpukan peti kemas yang tak teratur. Suasana di sana terasa mencekam.

Leon memastikan pistolnya tersembunyi di balik jaket sebelum memberi isyarat kepada Evelyn untuk mengikutinya. “Kita masuk dari sisi kanan,” bisiknya sambil menunjuk celah kecil di pagar. “Jangan membuat suara.”

Mereka merunduk, bergerak perlahan melalui kegelapan. Langkah mereka berhenti di balik tumpukan peti kemas ketika suara langkah kaki terdengar. Dua pria berjaga di pintu utama, berbicara dalam bahasa yang tidak dimengerti Evelyn.

“Itu bahasa Rusia,” bisik Leon, matanya tajam mengamati setiap gerakan mereka. “Damian tidak hanya bekerja dengan orang lokal.”

Ketika para penjaga berjalan menjauh, Leon dan Evelyn bergerak cepat menuju pintu samping. Leon mengambil alat pembuka kunci dari saku jaketnya dan mulai bekerja. “Belajar membuka kunci huh?” tanya Evelyn, mencoba mencairkan suasana dengan nada bercanda.

“Bagian dari pekerjaan,” balas Leon singkat, tetap fokus.

Begitu pintu terbuka, mereka masuk ke dalam gudang yang gelap dan dingin. Aroma logam bercampur debu menyengat hidung mereka. Leon menyalakan senter kecil, menyinari deretan peti kemas yang berjajar rapi. sementara itu Evelyn, melihat bekas roda troli di lantai. “Seseorang baru saja memindahkan sesuatu di sini,” katanya, menunjuk bekas tersebut.

Leon mendekat, mengamati bekas itu sebelum mengangguk. “Kita lihat apa yang mereka sembunyikan.”

Mereka membuka salah satu peti dengan hati-hati namun, sebelum mereka sempat memeriksa apa yang terdapat dalam peti tersebut, terdengar suara langkah kaki yang semakin dekat. Leon mematikan senter dan memberi isyarat kepada Evelyn untuk bersembunyi di balik peti.

Tiga pria masuk kali ini. Mereka tampaknya berasal dari berbagai negara, menandakan bahwa ini adalah operasi lintas batas. Salah satu dari mereka, seorang pria beraksen Rusia yang tampaknya menjadi pemimpin kelompok itu, berbicara dalam bahasa Rusia:

“Груз должен быть отправлен вовремя. Любые задержки, и мы окажемся в беде.”

(Kargo harus dikirim tepat waktu. Jika ada penundaan, kita akan mendapat masalah.)

Pria kedua, yang tampak dari Eropa Barat dengan aksen Prancis kental, menjawab dalam bahasa Prancis:

“Ne vous inquiétez pas, tout est sous contrôle. Les dockers sont prêts à tout moment.”

(Jangan khawatir, semuanya sudah terkendali. Para pekerja pelabuhan siap kapan saja.)

Leon melirik Evelyn, memberi isyarat agar tetap diam. Evelyn tampak bingung tapi fokus mencoba mengingat dialog mereka.

Pria ketiga, beraksen Italia, tertawa kecil sebelum berkata dalam bahasa Italia:

“Ma davvero pensi che qualcuno possa fermarci? La polizia qui è cieca.”

(Kau benar-benar berpikir seseorang bisa menghentikan kita? Polisi di sini buta.)

Pria Rusia membalas dalam bahasa Inggris, mungkin agar semua paham:

“Enough talk. Make sure the shipment leaves at dawn. Damian doesn’t tolerate failure.”

(Cukup bicara. Pastikan pengiriman berangkat saat fajar. Damian tidak mentoleransi kegagalan.)

Leon mendengarkan dengan seksama, mencoba mencatat setiap nama dan petunjuk penting yang mungkin muncul dari percakapan itu. Setelah ketiga pria itu meninggalkan area, Leon dan Evelyn dengan cepat keluar dari gudang sebelum mereka ketahuan.

Di perjalanan kembali, Evelyn masih memikirkan percakapan tadi. “Mereka menggunakan lebih dari tiga bahasa, dan semuanya terhubung. Damian jelas punya jaringan besar,” katanya.

Leon mengangguk, matanya tajam menatap jalan di depannya. “Rusia, Prancis, Italia Ini bukan hanya jaringan perdagangan biasa. Ini adalah organisasi lintas negara dengan Damian di pusatnya.”

“Kalau begitu, bagaimana kita bisa melawan mereka?” Evelyn bertanya dengan nada cemas.

Leon menggenggam setir lebih erat. “Kita tidak perlu melawan seluruh organisasi. Kita hanya perlu menjatuhkan Damian. Itu akan membuat segalanya runtuh.”

Setelah berhasil menguping percakapan di dermaga, Leon dan Evelyn segera meninggalkan lokasi sebelum keberadaan mereka diketahui. Hujan rintik-rintik yang terus turun menjadi penyamaran sempurna untuk melarikan diri dalam gelapnya malam.

Di perjalanan kembali ke markas mereka di Distrik Ravenwood, Leon terus memikirkan frasa dalam bahasa Rusia yang diucapkan oleh salah satu pria di dermaga:

"Груз должен быть отправлен вовремя. Любые задержки, и мы окажемся в беде.”

“Apa menurutmu percakapan tadi ada hubungannya dengan Damian?” tanya Evelyn, memecah keheningan di dalam mobil.

Leon mengangguk sambil melirik layar ponselnya yang memuat rekaman suara tersebut. “Pasti. Mereka sedang mengatur pengiriman sesuatu yang besar. Kita hanya perlu tahu apa isinya.”

Setibanya di markas, mereka segera menuju ruang analisis. Elena telah menunggu dengan ekspresi tegang. “Kalian tidak ketahuan, kan?” tanyanya, suaranya penuh kekhawatiran.

Leon mengangkat bahu. “Sejauh ini, tidak ada tanda-tanda mereka menyadari keberadaan kita. Tapi ini hanya soal waktu. Kita harus bergerak cepat.”

Evelyn menyerahkan alat perekam dan foto-foto yang mereka ambil di lokasi dermaga kepada Elena. Sementara itu, Leon mulai mencari informasi terkait simbol yang terlihat pada salah satu peti: sebuah segitiga dengan lingkaran di tengahnya.

“Simbol ini... sepertinya ada hubungannya dengan jaringan mafia internasional,” kata Elena, sambil mengetik cepat di laptopnya.

“Saya akan coba melacaknya lebih jauh.” Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan analisis, sebuah pesan anonim masuk ke ponsel Leon:

“Kalian tidak akan bisa lari selamanya. Lihat apa yang akan terjadi jika kalian terus mencampuri urusan Damian!!.”

Pesan tersebut membuat suasana semakin tegang. Leon memutuskan bahwa mereka harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk, sementara Evelyn mulai meninjau kembali rekaman suara yang mereka dapatkan, berharap menemukan petunjuk lebih lanjut.

***

Related chapters

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 5: Kembali Ke Dermaga

    ***Malam berikutnya, mereka kembali ke dermaga. Kali ini, suasana jauh lebih mencekam. Hujan rintik-rintik masih turun di Ravenwood, menciptakan kabut tipis yang melingkupi pelabuhan. Di sepanjang dermaga, suara langkah kaki samar terdengar, bercampur dengan denting air yang memecah kesunyian malam. Leon dan Evelyn bergerak hati-hati, menyusuri bayangan gelap yang diberikan tumpukan peti kemas.Namun, ada sesuatu yang berbeda malam ini. Gerakan mencurigakan di sekitar mereka terasa tidak wajar—terorganisir, seperti jebakan yang disengaja. Evelyn berhenti sejenak, merasakan hawa dingin yang menusuk tulang."Kau merasakannya?" bisiknya pada Leon.Leon hanya mengangguk, matanya tajam menyapu area sekitarnya. "Mereka tahu kita kembali."Ketegangan menggantung di udara. Pesan ancaman yang Leon terima tadi malam kembali terngiang di benaknya: "Kalian tidak akan bisa lari selamanya. Lihat apa yang akan terjadi jika kalian terus mencampuri urusan Damian."“Ini pasti bagian dari rencana merek

    Last Updated : 2024-12-12
  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 6: Di Balik Kabut Ravenwood

    ***Malam itu mereka beristirahat di sebuah motel tua di pinggiran Ravenwood. Hujan masih mengguyur, menciptakan ritme monoton di atas atap yang bocor di beberapa sudut. Evelyn duduk di tepi tempat tidur, memeriksa luka di lengannya yang diperoleh saat perkelahian di dermaga. Leon berdiri di dekat jendela, tirai sedikit terbuka, memperhatikan jalan di luar dengan kewaspadaan tinggi."Sepertinya mereka benar-benar tidak akan berhenti sampai kita hancur," kata Evelyn, memecah keheningan. Ia menghela napas pelan sambil membalut lukanya dengan perban.Leon tidak menjawab. Matanya tetap terpaku pada jalanan gelap, memastikan tidak ada yang mengikuti mereka. Akhirnya, ia berbicara dengan suara rendah, hampir berbisik. "Mereka sudah mengincar kita sejak lama. Tapi sekarang, mereka tahu kita semakin dekat dengan sesuatu yang penting."Evelyn berdiri, mendekati Leon. "Kau yakin Damian yang mengatur semua ini? Bisa saja orang lain yang mencoba mengalihkan perhatian kita."Leon mengangguk perlah

    Last Updated : 2024-12-12
  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 7: Jejak Terpendam

    ***Malam telah larut ketika Leon dan Evelyn kembali ke markas kecil mereka. Hujan deras yang terus mengguyur Ravenwood seolah menyembunyikan kegelisahan mereka. Leon berdiri di depan papan bukti, menatap foto Damian Crowe dengan tatapan tajam. Evelyn duduk di kursi, memeriksa rekaman audio dari malam sebelumnya, mencoba mencari petunjuk di tengah suara tembakan dan percakapan singkat.“Gudang nomor 17,” gumam Evelyn, mengulang informasi penting yang mereka peroleh. “Mereka memindahkan sesuatu yang besar di sana, tapi kita belum tahu apa.”Leon menghela napas, kemudian mengambil selembar kertas yang berisi catatan transaksi misterius dari dermaga. “Bukan hanya senjata atau bahan peledak,” ujarnya. “Ini lebih besar. Saya yakin ini ada hubungannya dengan seseorang di pemerintahan.”Evelyn menoleh tajam. “Kau pikir Damian punya sekutu politik?”“Bukan hanya sekutu,” jawab Leon. “Saya pikir dia bagian dari sesuatu yang lebih besar. Mungkin ini sebabnya dia selalu selangkah lebih maju.”Ke

    Last Updated : 2024-12-12
  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 8: Pemburu dan yang Diburu

    ***Hujan deras yang tak kunjung reda di Ravenwood membuat malam itu semakin mencekam. Di markas kecil mereka, Leon menatap papan bukti yang kini dipenuhi koneksi baru. Nama Richard Hayes kini berada di pusat perhatian, dikelilingi oleh potongan informasi yang mengarah pada Damian Crowe dan organisasi besar di belakangnya.Sementara itu, Evelyn masih memeriksa data dalam flashdisk yang mereka dapatkan dari laboratorium. Sebagian besar file terenkripsi, tetapi ada satu folder yang berhasil ia buka.“Leon, lihat ini,” panggil Evelyn.Leon mendekat dan membaca file yang ditampilkan di layar. Isinya adalah catatan transaksi antara Dr. Hayes dan sebuah perusahaan farmasi besar bernama GenTech Innovations. Transaksi itu mencatat pembelian bahan kimia dalam jumlah besar yang bisa digunakan untuk membuat senjata biologis.“Jadi, Dr. Hayes tidak hanya tahu tentang Damian,” ujar Evelyn, suaranya bergetar. “Dia mungkin terlibat dalam pengembangan sesuatu yang berbahaya.”Leon mengepalkan tinjuny

    Last Updated : 2024-12-12
  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 9: Bayangan di Balik Jaringan

    ***Fajar menyingsing di atas Danau Silvermist, tetapi tidak ada kelegaan dalam hati Leon maupun Evelyn. Mereka membawa Dr. Hayes ke sebuah tempat persembunyian sementara, sebuah rumah kecil di pinggiran kota Ravenwood yang jarang diketahui orang. Di sana, mereka merancang langkah berikutnya.“Kita tidak bisa hanya bersembunyi,” kata Leon sambil menatap Dr. Hayes yang tampak lelah. “Jika formula itu masih ada, Damian akan terus mengejar.”Evelyn duduk di meja, membuka laptop dan menghubungkan flashdisk yang mereka bawa. “Kita harus tahu siapa saja yang terlibat dan seberapa jauh jaringannya. Kalau Damian hanyalah bagian kecil, siapa pemain utamanya?”Dr. Hayes menarik napas panjang sebelum akhirnya bicara. “Damian bekerja untuk seseorang yang lebih besar, seseorang dengan kekuasaan dan uang tak terbatas. Namanya Victor Sokolov, pengusaha sekaligus mafia yang dikenal sebagai filantropis. Tapi dia adalah dalang di balik jaringan perdagangan senjata biologis ini.”Leon mengernyit. “Sokol

    Last Updated : 2024-12-12
  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 10: Kunci dalam Bayangan

    Genre: Action, Misteri, Romansa, ThillerTagar: Detektif, Mafia, Dokter Otopsi, Action, Misteri, Romansa, Thiller***Langit Ravenwood mulai cerah setelah ledakan besar menghancurkan gudang pusat Damian, tetapi suasana hati Leon dan Evelyn tetap suram. Meskipun formula telah dihancurkan, mereka sadar bahwa ancaman yang lebih besar masih mengintai di balik bayangan.Dr. Hayes duduk di sudut ruangan persembunyian mereka, wajahnya penuh rasa bersalah. Tangannya memegang dokumen yang berhasil ia selamatkan dari server sebelum formula itu hilang. Dokumen tersebut penuh dengan kode-kode aneh, simbol, dan frasa membingungkan.“Aku menemukan ini sebelum server itu hancur,” ucap Hayes lirih. “Tampaknya ini adalah petunjuk menuju lokasi Sokolov dan rencana berikutnya.”Leon mengambil dokumen itu dengan hati-hati, matanya membaca setiap detail yang tertera di sana. Evelyn mendekat, memperhatikan simbol-simbol Yunani kuno yang terlihat familiar baginya.“Στίγμα,” gumam Evelyn, menunjuk salah satu

    Last Updated : 2024-12-12
  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 11: Lorong Menuju Rahasia

    ***Lorong gelap di bawah Elysium Park terasa dingin dan sunyi, seolah menyembunyikan sesuatu yang tidak ingin ditemukan siapa pun. Langkah kaki Leon, Evelyn, dan Dr. Hayes bergema di sepanjang dinding batu yang lembap, suara mereka menggema dengan samar. Cahaya dari senter kecil mereka hanya cukup untuk menerangi beberapa meter ke depan, menciptakan bayangan panjang yang tampak bergerak sendiri.“Ini pasti lorong menuju laboratorium rahasia,” ujar Evelyn sambil memeriksa simbol-simbol di dinding yang tampaknya memiliki pola tertentu. “Tapi saya tidak yakin kita bisa melewatinya begitu saja.”Leon berhenti sejenak, memperhatikan lorong dengan cermat. “Kalau Sokolov menghabiskan banyak uang untuk ini, pasti ada sistem keamanan yang menunggu.”Hayes mengangguk setuju. “Aku pernah melihat desain seperti ini sebelumnya. Lorong seperti ini biasanya dipenuhi jebakan otomatis. Kita harus sangat berhati-hati.”Leon mendesah pelan, lalu melanjutkan langkahnya. Namun, beberapa meter kemudian, l

    Last Updated : 2024-12-25
  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 12: Kekacauan Di Laboratorium

    ***Laboratorium besar yang tersembunyi di bawah Elysium Park terbuka di depan mereka. Cahaya dingin dari lampu neon menerangi ruangan yang dipenuhi berbagai peralatan canggih, tabung-tabung berisi cairan misterius, dan layar komputer yang menampilkan data yang terus bergerak.Di tengah ruangan, sebuah meja besar berdiri dengan peta dunia yang ditandai dengan lingkaran merah di beberapa lokasi. Evelyn berjalan mendekat, matanya memperhatikan tanda-tanda itu. “Ini rencana mereka,” gumamnya. “Mereka ingin menyebarkan virus ini di beberapa lokasi penting. Tapi ada yang aneh... mereka belum memulai pengiriman.”Dr. Hayes, yang segera duduk di depan salah satu komputer, mulai mengetik cepat. “Aku bisa mengakses data ini. Jika kita beruntung, kita bisa mendapatkan semua informasi tentang rencana mereka, termasuk lokasi Sokolov.”Leon berdiri di dekat pintu, menjaga mereka tetap aman. “Cepat, Hayes. Tempat ini tidak terasa aman.”Evelyn memeriksa dokumen-dokumen yang tersebar di meja. Salah

    Last Updated : 2024-12-29

Latest chapter

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 30: Langkah Terakhir

    "Aku tidak akan meninggalkanmu, Evelyn. Tidak pernah, bahkan jika itu berarti aku harus merangkak menuju keselamatanmu."-Leon ArdianUdara di dalam gua semakin terasa berat dan lembap, seolah menekan mereka dengan ancaman yang tak terlihat. Evelyn berbaring lemah di sudut, tubuhnya menggigil meskipun keringat dingin membasahi wajahnya. Ia memandang langit-langit batu yang gelap, mencoba mengatur napas yang terputus-putus. Rasa sakit di perut dan kakinya seperti bara yang terus membakar, membuat setiap tarikan napas menjadi perjuangan."Aku menyusahkan mereka." Pikiran itu terus menghantui Evelyn, menggema di kepalanya seperti sebuah mantra yang menyiksa. Ia ingin berbicara, ingin meyakinkan Leon bahwa ia baik-baik saja, tetapi tubuhnya seolah tak lagi mendengarkan.Leon duduk bersandar di dinding gua, mengamati Evelyn dengan mata yang penuh rasa bersalah. Luka di pinggangnya berdenyut tajam, tetapi rasa sakit fisik itu nyaris tak berarti dibandingkan dengan beban yang menghimpit dada

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 29: Di Ambang Kehancuran

    Udara di dalam gua terasa berat, dingin, dan lembap. Bayangan dari cahaya bulan yang menerobos masuk dari celah di mulut gua menciptakan pola-pola gelap di dinding batu. Suara langkah kaki musuh terdengar samar dari kejauhan, seperti lonceng kematian yang terus mendekat.Leon berdiri di mulut gua, tubuhnya tegang seperti kawat yang ditarik terlalu kencang. Napasnya pendek-pendek, luka di pinggangnya semakin terasa menyakitkan, tetapi ia tidak peduli. Matanya menatap tajam ke arah hutan di luar, mencoba menangkap setiap gerakan yang mencurigakan.Di belakangnya, Evelyn terbaring di tanah dingin dengan napas berat. Tubuhnya menggigil, wajahnya pucat seperti kertas, dan kain yang membalut lukanya sudah mulai merah pekat oleh darah. Hayes berlutut di sisinya, tangan gemetar saat ia mencoba memperbaiki balutan pada luka di perut Evelyn.“Kita butuh sesuatu untuk menghentikan pendarahannya,” kata Hayes dengan nada putus asa. “Dia tidak akan bertahan lama seperti ini.”Leon tidak menjawab. R

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 28: Amarah yang Membara

    ***Hutan itu tak lagi terasa seperti tempat perlindungan. Bayangan pepohonan yang biasanya memberi ketenangan kini seperti jerat yang terus menghimpit, mengurung mereka dalam ketakutan yang tak terucapkan. Langkah kaki Leon, Evelyn, dan Hayes menyatu dengan gemerisik dedaunan, berpacu dengan suara langkah berat para pemburu di belakang mereka.“Cepat! Mereka sudah dekat!” bisik Leon sambil menoleh ke Evelyn dan Hayes. Ia menunjuk semak tebal di depan mereka. “Kita sembunyi di sana.”Mereka bertiga merunduk di balik semak-semak, menahan napas. Evelyn mencengkeram tasnya erat-erat, tubuhnya bergetar tak terkendali. Tubuhnya sudah terlalu lelah, dan rasa pening yang menyerang membuat pandangannya sedikit kabur.Hayes, yang bersembunyi di sebelah Evelyn, mencoba meredam napasnya yang memburu. Wajahnya basah oleh keringat, dan matanya melebar karena rasa takut yang tak terhindarkan.Leon, di sisi depan semak, menggenggam senjatanya dengan kekuatan yang hampir menyakitkan. Matanya tajam, m

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 27: Pelarian dan Pengkhianatan

    ***Lorong panjang di fasilitas itu menjadi saksi bisu perjuangan Leon, Evelyn dan Hayes yang berlari dengan napas memburu. Suara langkah kaki mereka berpacu dengan bunyi alarm yang memekakkan telinga, menciptakan suasana yang hampir tak tertahankan. Setiap detik terasa seperti ancaman dan setiap langkah seolah membawa mereka lebih dekat pada bahaya yang tak terlihat.“Ayo cepat!” Leon berteriak, menoleh ke belakang untuk memastikan mereka tetap bersama. Matanya penuh ketegangan, dan genggaman pada senjatanya semakin erat.Evelyn berlari di belakangnya, tas kecilnya terayun-ayun di pundaknya. Kepala yang masih berdenyut dan pandangan yang sedikit kabur membuat setiap langkah terasa lebih berat. Namun, ia memaksa dirinya untuk tetap bergerak. Tidak ada waktu untuk ragu, tidak ada ruang untuk berhenti.Hayes, dengan napas yang tersengal-sengal mencoba mengikuti langkah mereka. “Berapa jauh lagi?” tanyanya, suaranya penuh kecemasan.“Lorong ini harus menuju keluar,” jawab Leon tanpa meno

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 26: Bertahan di Tengah Perangkap

    ***Lampu merah berkedip-kedip seperti tanda bahaya yang hidup, menambah ketegangan yang sudah menyesakkan udara di ruangan itu. Evelyn berdiri di depan terminal di dinding, jari-jarinya bergerak cepat di atas keyboard, tetapi otaknya terasa seperti dikejar waktu. Pandangannya mulai kabur, kepala terasa berat, dan setiap suara langkah kaki di luar lorong seperti gema yang membesar di kepalanya.“Cepat, Evelyn!” Leon berteriak di belakangnya, napasnya kasar setelah menembak ke arah musuh yang terus mendekat. “Mereka sudah terlalu dekat!”“Aku mencoba, Leon!” balas Evelyn dengan suara bergetar. Tangannya gemetar, sulit untuk tetap stabil di bawah tekanan. Setiap kode yang ia masukkan terasa seperti pertaruhan antara hidup dan mati. Ia tahu ia tidak bisa membuat kesalahan—tidak sekarang.Keringat mengalir di pelipisnya, matanya terasa pedih karena terus menatap layar. Cahaya merah yang memantul dari lampu darurat semakin membuat pikirannya kacau. “Aku... aku hampir selesai,” gumamnya, su

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 25: Keputusan yang Tak Bisa Ditunda

    ***Pagi yang berat berubah menjadi siang yang menyengat. Pulau Leros masih dikelilingi ketenangan yang menipu, tetapi bagi Leon, Evelyn, dan Hayes, setiap detik terasa seperti hitungan mundur. Udara yang hangat semakin terasa menekan, memaksa mereka untuk segera bertindak sebelum terlambat.Evelyn duduk di meja dengan peta terbentang di depannya. Ia menggambar garis-garis kasar, menunjukkan jalur keluar dari pulau itu. Matanya penuh dengan ketegangan, tetapi tangannya tetap stabil. Di sebelahnya, Hayes sibuk mencatat informasi yang mereka butuhkan untuk menyerang fasilitas terdekat—simpul yang menjadi bagian dari jaringan Sokolov.Leon berdiri di sudut ruangan, memperhatikan mereka berdua. Wajahnya serius, penuh dengan kecemasan yang ia coba sembunyikan. Ia tahu bahwa setiap keputusan yang mereka buat sekarang akan membawa konsekuensi besar.“Aku masih berpikir ini terlalu berisiko,” kata Leon akhirnya, suaranya memecah keheningan yang mencekam. “Jika kita salah langkah, kita semua a

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 24: Perangkap yang Semakin Dekat

    ***Pagi itu di Pulau Leros, suasana masih dihantui oleh ancaman yang tak terlihat. Udara hangat yang semula menenangkan kini terasa semakin berat, seperti tekanan sebelum badai besar. Leon, Evelyn, dan Hayes telah menghabiskan malam yang panjang, merencanakan langkah selanjutnya dengan hati-hati, meskipun ketegangan yang mencekam tak pernah lepas dari mereka.Mereka tahu bahwa Sokolov selalu selangkah lebih maju. Setiap langkah yang mereka ambil, setiap keputusan yang mereka buat, pasti sudah dipertimbangkan dan dipantau oleh pria itu. Namun, meskipun begitu, mereka tak bisa berdiam diri. Mereka harus bergerak, berjuang, dan tidak memberi kesempatan pada Sokolov untuk menang.Evelyn berdiri di depan meja, tangannya gemetar saat ia memeriksa catatan dan data yang mereka ambil. Semua petunjuk mengarah pada satu tempat: Pulau Leros. Tapi ada sesuatu yang terasa ganjil. Mereka sudah dikelilingi, tetapi mereka tidak tahu siapa yang mengawasi mereka—atau seberapa banyak yang Sokolov ketahu

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 23: Perangkap yang Terungkap

    ***Malam itu, udara di Pulau Leros terasa lebih dingin dari biasanya, seolah-olah angin laut membawa kabar buruk. Rumah kecil yang mereka tinggali semakin terasa sempit, meskipun mereka sudah berusaha untuk tetap tenang dan fokus pada rencana mereka. Leon, Evelyn, dan Hayes duduk di ruang utama, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka, mencoba mencerna langkah apa yang harus diambil selanjutnya.Evelyn memegang bunga camellia putih itu erat-erat, matanya tidak bisa lepas darinya. Wangi bunga itu masih tercium, menambah kesan menakutkan yang melingkupi ruangan. Sambil menatap bunga itu, hatinya penuh dengan kekhawatiran yang tak bisa ia ungkapkan. Dia tahu bunga ini bukan hanya sebuah tanda. Itu adalah pesan—pesan dari Sokolov, yang selalu ada di balik setiap langkah mereka.Leon duduk di seberangnya, tatapannya serius. "Dia tahu kita ada di sini," katanya pelan, suaranya berat. "Dia menginginkan kita bergerak, Evelyn. Tapi kita tidak bisa jatuh ke dalam jebakan itu."Evelyn meng

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 22: Jaring yang Ditenun

    ***Ruangan itu dipenuhi cahaya redup dari monitor yang menampilkan data dan rekaman kamera pengintai. Suara kipas pendingin komputer bergema lembut, memberikan latar suara monoton di tempat yang seolah berada di luar jangkauan dunia nyata. Di tengahnya, Victor Sokolov berdiri, matanya tajam memandangi peta yang terpampang di layar besar di depannya. Peta itu menampilkan pulau-pulau kecil di sekitar Laut Mediterania, dengan satu titik menyala merah—Pulau Leros.“Laporan terbaru, Tuan,” suara Nikolai memecah keheningan. Ia berdiri di sisi ruangan, tangannya memegang tablet yang menampilkan laporan dari tim pengawasan di lapangan.Sokolov mengambil tablet itu tanpa mengalihkan pandangan dari layar di depannya. Ia membaca laporan itu perlahan, bibirnya membentuk garis tipis.“Mereka mulai bergerak,” gumamnya.Nikolai mendekat, wajahnya penuh perhatian. “Maksud Anda?”Sokolov menunjuk layar besar. “Leon dan Evelyn tidak akan berdiam diri. Mereka akan mencari cara untuk melawan. Tapi itula

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status