"Sekali lagi aku tahu kamu mengusik panti asuhan itu! aku tidak akan segan-segan untuk menghabisimu !" Ancam Dru, pemuda dengan postur tinggi sambil terus memberikan bogem mentah pada lawannya yang sudah tidak berdaya, tapi terus saja menyumpah serapah.
"Achhhh ... ! kalau aku bebas, aku pastikan akan menghabisimu !" Teriak pria yang dihajar, tapi Dru tidak peduli.Dru adalah salah satu anak buah Red Eagle, organisasi mafia yang sangat tertutup rapat pergerakannya.Setelah puas menghajar dan mengucapkan ancamannya, Dru segera melangkah pergi, meninggalkan pria babak belur, yang ditengah kesakitannya, terus saja menyumpah serapah. Dru masih sempat mendengar suara pistol menyalak sebelum pintu markas di tutup. Sekedar menakuti tanpa membunuh.Sosok tanpa senyum itu menaiki motor besarnya, menuju tempat favoritnya. Sebuah tanah kosong yang sepi, jauh dari pemukiman. Menatap bintang, merindukan keluarga aslinya yang entah dimana.Tangannya terlihat masih mengeluarkan darah, akibat terkena sabetan pisau saat menangkap musuhnya tadi.Dru menarik nafas dalam, dunia hitam yang digeluti sejak berusia empat belas tahun, membuatnya akrab dengan genangan darah.Dru atau tepatnya Drupadi, dibesarkan di panti asuhan sejak masih bayi, tidak mengenal siapa orang tuanya. Saat berusia sembilan tahun, diangkat anak oleh pasangan suami istri yang terlihat baik, tapi malah memperlakukannya dengan sangat buruk. Menyuruhnya mengemis disertai ancaman dan juga pemukulan.Saat Dru berusia tiga belas tahun. beberapa kali Ayah angkatnya mencoba melecehkannya. Hingga pada puncaknya, ia diselamatkan oleh pria yang merupakan pemimpin dari Red Eagle.Entah darimana datangnya, tiba-tiba saja, bos Red Eagle yang bernama Ryuu, tiba-tiba memecahkan kaca jendela kamar dan menolongnya.Dru melihat sendiri bagaimana Ryuu Menghabisi Ayah angkatnya, didepan matanya, tanpa ampun. Kematian mengenaskan dengan leher terkena pisau yang cukup dalam. Sedangkan Ibu angkatnya juga bernasib sama, karena tidak mencegah perbuatan bejat yang akan dilakukan pasangannya.Trauma dengan pelecehan, Dru mulai menyembunyikan identitas aslinya sebagai seorang perempuan. Wajah androgini yang dimilikinya, membuat ia terlihat maskulin. Apalagi saat ia memotong pendek rambutnya. Tidak ada yang menyangka, jika ia adalah seorang perempuan.Dengan kepintarannya, is melacak keberadaan penolongnya, Ryuu, yang ternyata bernama asli Devan, seorang CEO perusahaan besar.Dru memaksa Ryuu untuk mengajaknya ikut serta dalam organisasi rahasia, karena ia sudah tidak memiliki siapapun di dunia ini.Dru terlihat menghela nafas panjang mengingat kisah hidupnya.Satu-satunya benda yang dimilikinya saat ini adalah, cincin dengan model dua tangan yang saling memeluk. Cincin itu juga memiliki simbol angka yang tidak ia pahami, tertulis di baliknya. Menurut kepala panti asuhan, itu adalah benda yang ditinggalkan bersama dirinya saat ia ditemukan di depan panti asuhan.Dru menyembunyikan benda itu dengan baik, sehingga orang tua angkatnya yang brengsek tidak mengetahuinya."Akhhhh ...!"Ketenangan Dru terganggu saat mendengar teriakan kesakitan .Ia melihat sekelompok orang yang sepertinya sedang mengejar seseorang . Mereka terlihat bertarung dengan tidak imbang. Satu lawan enam.Dru menyipitkan kedua netranya untuk melihat dengan jelas. Tampak sosok pemuda yang dikeroyok tidak imbang. Dru malas ikut campur yang akan menyebabkan ketegangan."Shit !"Dru menyumpah serapah saat melihat si pemuda yang berlari ke arahnya dengan wajah babak belur, dan tunggu ... Lengannya robek dan banyak mengeluarkan darah. Suasana tenangnya benar-benar terganggu saat ini."Tolong aku,"pinta si pemuda pada Dru. Belum sempat Dru menjawab tiba-tiba dari arah datangnya si pemuda, enam orang yang mengejar si pemuda berlari juga ke arah mereka."Tolong aku," pinta si pemuda lagi pada Dru, yang segera mendengus kesal. Ia paling benci berurusan dengan perkelahian yang bukan bagian dari tugasnya."Bukan urusanku !" Ucap Dru hendak pergi."Aku akan membayarmu, berapapun yang kamu mau !" Si pemuda memberikan penawaran yang dibalas gelengan Dru."Tolonglah," pinta si pemuda dengan wajah putus asa."Hei ... minggir Lah ! kami tidak ada urusan denganmu !" ucap Laki-laki dengan tato di leher sambil maju dan mendorong Dru.Karena dorongan dari si lelaki, hampir saja Dru jatuh dari atas motor. Untung dia sigap menjaga posisinya.Dru yang kesal dan juga bercampur kasihan, pada akhirnya turun dari motor, dan menatap tajam ke arah si pemuda."Pergilah !" perintah Dru pada si pemuda. Tapi belum sempat si pemuda pergi, tiba-tiba enam orang penyerang segera maju bersamaan untuk menyerang.Dru dengan sigap menarik si pemuda agar bersembunyi di belakang punggungnya, lalu menyapukan tendangan dan juga pukulan pada si penyerang.Perkelahian yang tidak imbang karena mereka kalah jumlah. Tapi Dru bukan petarung kemarin sore. Empat orang berhasil dilumpuhkannya dengan pukulan yang telak. Setelah melumpuhkan seorang lagi,Dru mulai lengah. Salah seorang yang belum dilumpuhkan segera maju menyerangnya dengan cepat."Bret !" Suara pakaian sobek dengan darah yang mengucur. Lengannya terluka akibat sabetan pisau."Ayok cepat naik !" teriak si pemuda yang sudah menghidupkan mesin motor milik Dru. Dengan cepat Dru berlari setelah dengan sekuat tenaga menumbangkan lawan terakhir yang tadi menyerangnya.Begitu Dru sudah duduk di boncengan, si pemuda segera melarikan motor dengan kencang, meninggalkan para penyerang yang terlihat marah setelah mangsanya lepas."Sial !" kalau boleh menembak, aku sudah menembak anak sialan itu !" Pria dengan tato di leher mengumpat. Tapi mereka hanya ditugaskan untuk membawa target dalam keadaan hidup, bukan membunuhnya.Sementara itu si pemuda membawa motor hingga tiba di depan sebuah rumah dengan pagar kokoh.Dru segera turun dari motor begitu berhenti."Terimakasih banyak, jika kamu tidak ada, mungkin aku sudah mati," ucap pemuda di depan Dru terdengar sangat tulus. Sedangkan Dru menanggapinya dengan dingin."Masuklah, aku akan mengobati lukamu," ucap si pemuda lagi yang dibalas gelengan Dru yang segera menaiki motornya kembali. Helm nya entah hilang dimana. Mungkin terjatuh di tempat tadi. Tapi dia sudah tidak peduli."Aku mohon, biarkan Dokter keluarga mengobati lukamu." Si pemuda masih kekeuh ingin Dru masuk. Tapi dengan cuek, Dru segera pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal.Si pemuda hanya menghela nafas panjang. Berterimakasih dan berjanji dalam hati akan membalas kebaikan pemuda yang sudah menolongnya.Dia sendiri bingung saat sedang berpesta di club bersama beberapa temannya, tiba-tiba ia dibawa pergi oleh sekelompok orang yang tidak dikenalnya. Karena melawan dan berusaha kabur, berakhir dengan dirinya yang babak belur dihajar tanpa ampun. Dengan ilmu bela diri yang pas-pasan, sangat mudah bagi penculik membekuknya. Beruntung dirinya bertemu dengan pemuda tadi.Ia lalu berjalan masuk ke dalam rumah, melewati pintu belakang. Pemuda itu juga segera menelepon Dokter Keluarga untuk datang mengobati lukanya. Beruntung kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah, sehingga tidak ada yang akan menceramahinya."Kendra ! lagi dan lagi," ucap Dokter keluarga saat mengobatinya. Sedangkan pemuda yang dipanggil Kendra hanya tersenyum ringan sambil meringis menahan sakit.Setelah mendapat perawatan dari Dokter, Kendra segera tidur. Sepertinya besok, ia harus menugaskan seseorang untuk menyelidiki dalang dibalik aksi penculikannya tadi. Sudah dua kali dalam satu bulan dirinya diserang demikian. Sedangkan Bodyguard yang biasa menjaganya, sedang terluka akibat perkelahian saat penculikan pertama.Apakah Kendra perlu mencari Bodyguard baru ?Sementara itu, tampak Dru yang telah tiba di sebuah rumah. Memarkir motor dan memasuki rumah milik Kai, bos yang selama ini dikawalnya. Kai adalah sepupu dari Devan atau Ryuu. "Kamu kenapa ?" Tanya Kai dengan kening berkerut saat melihat tangan dan juga lengan Dru yang terluka. Kai terlihat khawatir. Walau bukan sekali ini saja dirinya melihat Dru terluka seperti ini.Dru tidak menjawab, hanya segera duduk. kai segera mengambil kotak p3k. Membantu Dru mengobati lukanya. Setelah selesai seadanya, ia lalu mengantar Dru ke rumah Dokter Adrian, adik dari Devan atau Ryuu.Dru bungkam saat Dokter Adrian menginterogasinya tentang luka di tangan dan juga di lengannya.Freya, Istri dari Dokter Adrian, hanya menghela nafas melihat Dru. Gadis manis yang terlihat seperti laki-laki itu tampak sangat tenang dengan keadaannya. Tidak ada teriakan kesakitan yang keluar dari bibirnya saat Adrian mengobatinya."Aku tadi menolong seorang pemuda yang diserang," ucap Dru pelan setelah Dokter Adrian seles
Seorang gadis cantik berdiri di depan cermin, rambut panjangnya tergerai dengan sedikit gelombang. Dandanan yang sempurna untuk wajahnya yang cantik. Menggunakan pakaian mewah dan berkelas,tidak lupa high hells melengkapi kesempurnaan penampilannya."Dru, panggil seorang pria yang mengenakan jas formal sambil tersenyum ke arahnya. Siapa yang menduga jika wanita cantik itu adalah Drupadi, bodyguard yang selama ini terlihat manly, menutupi sifat feminim yang dimilikinya. Wig yang digunakan mempertegas penampilan cantiknya."Aku sudah siap," ucap Drupadi yang malam ini harus berdandan feminim, untuk menyelidiki sesorang yang diklaim berkhianat pada organisasi."Jangan tersenyum mengejek begitu padaku Theo Jelek...!" Umpat Drupadi sambil meninju pelan lengan theo, rekan sesama bodyguard.Theo hanya tertawa pelan lalu mengangkat dua jempol."Cantik banget nona Drupadi, tapi jalannya juga harus anggun ya." Setelah memuji, Theo kembali menggoda Drupadi yang kali ini melotot kesal.Drupadi
Beberapa orang duduk mengelilingi meja, menanti pimpinan mereka. Tampak pintu dibuka, sosok dengan topeng goblin itu memasuki ruangan dengan gayanya yang tenang. Berjalan di belakangnya dua bodyguard dan seorang bodyguard lagi dengan pakaian yang berbeda. "Ryuu ...," Gumam salah satu orang yang hadir disitu dengan tatapan takut.Ryuu duduk dengan santai, lalu menyilangkan kaki. Menatap semua yang duduk dari balik topeng yang dikenakannya. "Aku menjaga kalian agar hidup layak, tapi masih saja pengkhianat berkeliaran di sekelilingku. Sudah aku katakan, tidak ada ampun bagi seorang pengkhianat!" Laki-laki yang dipanggil Ryuu itu berbicara dengan tenang, tapi penuh penegasan. Suasana terasa sangat dingin sekali. Ryuu tentu saja kesal karena gara-gara si plontos yang sudah dibahabisi oleh Dru, dia hampir saja kehilangan beberapa anak buahnya. Beruntung mereka cepat menyadari sehingga bisa memanilupasi keadaan, walau salah satu anak buahnya terluka parah.Ryuu mengangkat jarinya. Dru de
"Ahhh ...!" Dru mengaduh pelan saat merasakan seseorang memegang lengannya. Ia membuka mata, mengumpulkan nyawa, menatap sekeliling. Mengingat kembali dimana dirinya berada saat ini.Kedua netranya berhenti saat melihat siapa yang saat ini berada di dalam kamar. Tampak Kendra dan seorang wanita cantik yang tersenyum manis padanya."Dokter akan mengobatimu," ucap Kendra yang dibalas anggukan Dru. Gadis androgini itu segera beringsut dari posisi berbaring dan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, sambil meringis menahan sakit.Dru melepas jaket yang dipakainya. Jaket miliknya koyak akibat tikaman yang cukup kuat. saat Dokter memintanya melepas kaos, ia hanya terdiam cukup lama."Biar aku bantu membukanya," ucap Kendra, hendak maju karena melihat Dru hanya diam saja. Tapi Dru dengan cepat mengarahkan tangannya ke depan, meminta Kendra untuk tidak mendekat dan membantunya."Yang terluka lenganku, bukan dadaku, jadi aku tidak perlu membuka baju," ucap Dru sambil menatap pada Dokt
Malam yang pekat, Kendra sedang duduk termenung menatap keluar jendela kamar."Bos," panggil Fin pelan."Hmm ...." Kendra sedang tidak dalam kondisi mood yang baik."Identitasnya sangat dirahasiakan, orang suruhanku tidak bisa melacaknya. Hanya saja, dia sering mengunjungi panti asuhan, dimana anak- anak dirawat." Kendra berbalik menatap ke arah Fin.“Aku membutuhkan informasi lengkap, bukan setengah-setengah !” Kendra terlihat dingin saat ini.Kendra selalu mendapatkan apa yang diinginkan.“Aku akan berusaha lebih keras lagi untuk mengumpulkan informasi.” Fin berusaha menenangkan Kendra."Bos, jadi melihat pertarungan liar hari ini ?" Tanya Fin mengalihkan rasa kesal Kendra. Bos mudanya itu beberapa waktu lalu ingin pergi melihat para petarung jalanan ilegal."Tentu saja, apa kita bisa pergi hari ini ?" Tanya Kendra mulai bersemangat, yang dibalas anggukan Fin.Sementara itu, di sebuah ruangan besar yang penuh kepulan asap rokok. Dru ikut dalam pertarungan liar. Salah satu cara men
Dru berjalan menuju parkiran untuk mengambil beberapa keperluannya di rumah.Seorang pengasuh dari panti asuhan datang untuk menjaga Lexy. Setelah sadar dan melihat Dru, anak itu mulai tenang dan kembali ceria seperti sedia kala.Wajah Dru terlihat lelah karena kurang tidur beberapa hari ini. Ditambah setelah bertarung menguras tenaga, ia belum beristirahat sama sekali.Sudut bibirnya juga masih terlihat biru akibat pukulan yang di dapatkn saat bertarung."Hmmm ... kita berjumpa lagi." Suara seseorang membuat Dru membalikan badan dan memicingkan kedua netranya."Kamu ...," Ucap Dru urung menaiki kuda besinya."Seharian ini kita bertemu tiga kali," ucap Kendra sambil bersandar pada tiang dan melipat tangannya. Dru mengerutkan keningnya, seingatnya, ia baru bertemu pemuda di hadapannya ini dua kali.Kendra melihat kebingungan yang ditunjukan oleh Dru."Aku melihatmu bertarung pada pertarungan ilegal," ucap Kendra yang sontak membuat Dru kaget."Kamu mengikutiku ?" Dru bertanya dengan teka
Pagi kembali menyapa, Lexy sudah makan pagi dan terlihat senang melihat Drupadi bersamanya. "Kakak,jangan pergi lagi. Lexy sedih enggak lihat kakak." Bocah tampan itu memeluk Dru penuh sayang, takut Dru pergi lagi. Walau dia paham jika kakaknya bekerja untuk mendapatkan uang demi dirinya, tapi semakin besar, Lexy tidak ingin berjauhan dari Drupadi."Kakak akan disini sama kamu, kakak janji." Dru mengucapkan janji yang ia sendiri tidak yakin dapat menepatinya. Drupadi mengerti, Lexy sudah makin besar, tentu saja ia ingin selalu bersama dirinya. Anak itu butuh kasih sayang daringa, bukan dari para pengasuh di panti. Apalagi ia sempat meninggalkan Lexy cukup lama saat berada di luar negeri."Beneran janji ya, kali ini ? kakak sudah sering bohong sama Lexy," ucap bocah tampan itu dengan mata berkaca-kaca. Drupadi juga ikut sedih karenanya."Kakak akan usahakan yang terbaik untuk adik kakak yang paling tampan ini," jawab Drupadi lalu memeluk Lexy erat."Kak, Lexy mau jalan-jalan boleh ? bo
Malam ini, Drupadi menemani Kai menghadiri jamuan makan malam di kediaman keluarga Tanaka. Tampak bangunan yang megah, Dru teringat saat ia mengantarkan pemuda yang pernah di ditolongnya ke rumah ini, beberapa waktu lalu. Apakah ia akan berjumpa lagi dengan pemuda menyebalkan tersebut ? yang selalu saja muncul akhir-akhir ini, dan itu sangat menganggunya. Walau tidak bisa dipungkiri jika pemuda itu sudah menolongnya dua kali.Drupadi sangat berterimakasih, tapi tetap saja, kehadiran si pemuda mengusik ketenangan hidupnya. Tampak Kai menyapa beberapa kenalannya yang juga hadir pada acara jamuan makan malam tersebut. Sedangkan Dru berdiri sedikit menjauh dari Kai, tapi tetap fokus mengawasi dengan raut wajah dingin sepertia biasa.beberapa kali, wanita yang hilir mudik menyapanya, tapi Dru malas menanggapi. Andai mereka tahu, jika dirinya juga sebangsa mereka, pasti para wanita itu akan segera menghindar.Kendra tampak bersandar, memegang wine dan menatap tajam ke arah Dru yang dilihat
Setelah sadar, Kendra segera mengejar Drupadi. Tapi cewek androgini tersebut sudah tidak kelihatan. Kendra kembali ke ruangannya, duduk kembali dan merenungi tiap ucapan Drupadi. Tidak ingin mempercayai, tapi kedua mata Drupadi tidak menunjukkan kebohongan.Apakah ia harus menyerah dan tidak mengejar Drupadi lagi ? Karena rintangan restu yang akan dihadapi dua kali lipat lebih sulit.Bukan tidak mungkin, kedua orang tuanya akan mencarikan pendamping hidup untuknya. Seperti hal nya Nara, yang menikah dengan Ezi kareja perjodohan. Tapi hal baiknya adalah, Nara pada akhirnya jatuh cinta pada Suaminya tersebut. Tapi ini Drupadi, Bodyguard dengan latar belakang keluarga yang belum diketahui. Ditambah pengakuan tentang Drupadi yang tidak bisa hamil, akan makin mempersulit jalannya untuk mendapat restu.Kendra duduk diam, memijat keningnya yang terasa pening.Drupadi PovAku pergi, setelah mengatakan kebenaran yang harus Kendra ketahui, sebelum ia melangkah lebih jauh untuk meminta hatiku.
Memejamkan mata tanpa melihat yang terkasih, itu sangat sulit. Demikianlah yang sedang dialami Kendra.Akhirnya ia memutuskan untuk ke kamar Drupadi. Tanpa perlu mengetuk, ia hendak membukanya. Tapi sayang, pintu tertutup rapat. Akhirnya Kendra mencoba mengetuk pintu kamar Drupadi.Toook ... Toook !"Dru ...," panggil Kendra sambil mengetuk pintu kamar bodyguard spesial di hatinya tersebut. Tapi sayang, tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya Kendra kembali ke kamarnya. Tapi rasanya tetap saja gelisah karena belum melihat dan mendengar suara Drupadi. Kena pelet apa kamu,Kendra ?Beda Kendra beda juga yang sedang melanda Drupadi. Tampak Drupadi yang sedang duduk di atas ranjang. Ketukan dan panggilan dari Kendra tadi, sengaja tidak dipedulikannya. Hatinya sedang kacau balau.Kendra mulai bucin akut, dan Drupadi takut jatuh cinta. Ingin rasanya pergi jauh, agar bisa menjaga hati, walau itu pasti mulai terasa sulit. Tapi, jika ia pergi sekarang, dalam keadaan mencurigai seseorang san
"Mama dan Pak Dokter ... jangan memaksa, kak Dru tidak suka kalau ada yang melihat badannya. Badan kakak banyak bekas luka." Ucapan Yuki sepertinya manjur untuk menyelamatkan Drupadi dari kekepoan Nara dan juga Dokter Tristan.Nara tidak bisa membantah perkataan Yuki. Anaknya ini kalau bicara datar dan juga dingin, persis sekali seperti Drupadi. "Baiklah." Dokter Tristan mengalah dan hanya mengobati wajah dan juga lengan Drupadi saja.Tampak Drupadi yang menatap ke arah Yuki dan tersenyum pada adik kesayangannya tersebut. Ahh ... jika seperti ini, bagaimana dia bisa jauh dari adiknya ini. Yuki sangat melindunginya, walau itu hanya perlindungan kecil.Dokter Tristan pamit setelah mengobati Kendra. Nara mengantar ke depan. Saat Nara mengantar Dokter Tristan, tampak Aretha yang masuk ke dalam kamar Kendra."Kendra ... kamu kenapa ? luka lagi ? bodyguard kamu ini sangat tidak becus menjaga kamu !" ucap Aretha judes, sambil memeluk Kendra yang tidak siap akan pelukan itu, sehingga tidak
"Kakak berisik," ucap Kendra sambil tersenyum pada Nara yang terlihat hendak mengeluarkan taring. "Ayah !" pekik Yuki dan yuri bersamaan melihat siapa yang baru keluar dari kamar Drupadi.Yuki sedikit mengerutkan keningnya melihat Kendra yang keluar dari kamar Drupadi. Tapi pertanyaan itu akan ditanyakan nya nanti pada sang kakak.Sedangkan Nara terlihat menatap Drupadi yang hanya bersikap biasa saja. Datar tanpa perlu takut, toh Nara tahunya Dru adalah seorang pria. Jadi tidak ada masalah bukan, jika Kendra tidur di kamarnya. "Hi ... anak-anak Ayah," ucap Kendra lalu menggendong kedua keponakannya,yang pastinya sangat berat."Uhh ... Ayah masih bau banget." Yuri menutup hidungnya, karena memang Kendra baru bangun dan belum mencuci muka.Kendra menurunkan Yuki dan Yuri lalu beralih pada kakaknya."Semalam tidur di sini ?" tanya Nara yang dibalas anggukan Kendra. Sepertinya bucin Kendra tingkat akut. Dia sudah tidak peduli lagi bagaimana tanggapan kakaknya mengetahui dirinya yang ber
Langit masih sedikit gelap dan sepi saat Kendra dan Drupadi tiba di rumah. Tapi sebentar lagi hampir masuk pagi.Para maid sudah sibuk di dapur, tapi tidak dengan keluarga Kendra yang pasti masih terlelap tidur.Drupadi membangunkan Kendra yang perlahan mengerjap, membuka netranya."Bangunlah, kita sudah sampai," ucap Drupadi yang membuat Kendra segera bangun dari posisi tidur tidak nyamannya, tapi sedikit ada rasa nyaman karena elusan lembut pada rambutnya.Drupadi mengucapkan terimakasih pada saudaranya sebelum keluar dari mobil.Kendra segera masuk ke dalam rumah bersama Drupadi yang menuntunnya. Bukan sekali ini Kendra terluka. Berkali-kali pria di sampingnya ini terluka saat bersamanya."Jangan kembali ke kamarmu, aku tidak bisa tidur kalau kamu kembali ke kamarmu sekarang," ucap Kendra menahan tangan Drupadi yang hendak pergi setelah membantunya masuk ke dalam kamar.Drupadi menepis tangan Kendra."Auch ... tanganku terluka, semua luka." Kendra mulai lagi dengan gaya lebay nya.
Drupadi dan Kendra diikat bersama di sebuah ruangan pengap dan juga gelap. "Ken .... kamu baik-baik saja ?" tanya Drupadi khawatir pada keselamatan Kendra."Aku baik-baik saja, kamu bagaimana. ?" tanya Kendra yang juga tidak kalah khawatirnya pada Drupadi. Apalagi lengan Drupadi masih terluka karena melindungi dirinya."Aku baik, tenanglah, semoga bantuan segera datang." Drupadi masih berharap, teman-temannya akan menemukan dirinya dan juga Kendra.Brak !Pintu ruangan terbuka, menampilkan para penculik yang menatap tajam ke arah Kendra dan Drupadi."Jika kalian hanya membutuhkan aku sebagai sandera, maka lepaskan temanku ini !" Teriak Kendra kesal ke arah penculik yang malah tertawa nyaring."Ini, tandatangani kertas ini, setelah itu kalian bisa bebas," ucap salah satu penculik yang berwajah lebih garang daripada teman-temannya."Apa ini ? aku tidak mungkin menandatangani kertas yang aku sendiri tidak tahu apa itu !" Kendra menolak untuk menandatangani kertas tersebut."Bugh !" Sat
Akhirnya setelah perjalanan yang cukup melelahkan, mereka tiba di kuil yang berada di perbukitan yang jauh dari pemukiman."Kamu capek ?" tanya Drupadi mengkhawatirkan Kendra."Selama sama kamu, capeknya hilang." Gombal Kendra, walau sebenarnya ia sangat capek. Tapi, demi menemani Drupadi, rasa lelah itu hilang. "Hadeh ... bagaimana aku bisa sebucin ini sama Drupadi,"batin Kendra sambil tersenyum.Tapi sayang, perjalanan jauh mereka harus menemui kesia-siaan, karena Biksu yang mereka cari, tidak ada di tempat. Beliau sedang pergi selama berbulan-bulan dan tidak bisa dipastikan kapan kembali.Drupadi duduk sambil menatap langit yang mulai gelap."Ayo kita kembali, apa kamu tidak merasa lapar ?" "Kamu lapar ?" Bukannya menjawab, Drupadi malah balik bertanya. Karena dia tahu, Kendra bertanya begitu bukan menanyakannya, tapi mengajaknya untuk makan. Kendra mengangguk malu-malu karena ketahuan menahan lapar."Ayo cari makan, setelah itu kita pulang." Drupadi tersenyum pada bos nya tersebu
"Ehmmm !" Satu deheman membuat Drupadi refleks mendorong Kendra."Eh Kakak !" Kendra menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dibawah tatapan mengintimidasi yang ditunjukkan oleh Nara."Kalian ?" tanya Nara dengan tatapan tajam.Drupadi tampak bingung, karena selama ini, Nara menganggap dirinya adalah seorang laki-laki. Jadi, pasti saat ini, Nara berpikir kemana-mana."Itu ... aku tadi mengucapkan terimakasih karena Dru memiliki rekaman saat Aretha mencoba menjebakku." Kendra akhirnya menceritakan masalah ancaman Aretha untuk mengalihkan tanda tanya besar yang saat ini bercokol di kepala Nara pada apa yang dilihat tadi. Nara tampak manggut-manggut sambil sesekali melirik ke arah pemuda yang telah menyelamatkan anaknya itu dengan tatapan menyelidik tapi disertai senyum manis. Nara selalu dan akan selalu merasa berhutang budi pada pemuda yang sekarang menjadi bodyguard adiknya itu. "Hmmm ... kamu harus hati-hati pada Aretha. Sejujurnya Kakak tidak menyukai tingkahnya. Atlana lebih sopan
Pagi sudah mulai beranjak siang. Tapi terlihat Kendra yang masih meringkuk nyaman. Ia malah menarik selimut agar menutupi tubuhnya. Tapi saat ingat sesuatu, Kendara segera bangun. Tentu saja mencari Drupadi. Tapi tidak ada sosok bodyguardnya itu di dalam kamar. Padahal, semalam ia tertidur dengan merebahkan kepala pada pangkuan Drupadi."Aish .... pergi kemana lagi dia ?" kesal Kendra lalu segera beranjak dari sofa, tempat ia tidur semalaman.Kendra keluar kamar untuk mencari sosok yang sangat dirindukannya itu.Tapi sampai mengobrak-abrik kamar Dru, juga tidak tampak batang hidungnya. Kendra benar-benar frustasi. Ia berjalan menuju tempat latihan dan juga taman belakang yang biasa digunakan Drupadi untuk berolahraga, juga nihil."Aku akan mengurungmu di kandang macan kalau ketemu !" monolog Kendra dengan hati yang sangat kesal sambil meremas rambutnya.Ia lalu kembali lagi ke kamar dan segera menghubungi bodyguardnya tersebut. Tapi nomor yang dihubungi tidak aktif. "Sial !" maki Ke