Share

Chapter 4

Author: Amira Tantri
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Beberapa orang duduk mengelilingi meja, menanti pimpinan mereka.

Tampak pintu dibuka, sosok dengan topeng goblin itu memasuki ruangan dengan gayanya yang tenang. Berjalan di belakangnya dua bodyguard dan seorang bodyguard lagi dengan pakaian yang berbeda.

"Ryuu ...," Gumam salah satu orang yang hadir disitu dengan tatapan takut.

Ryuu duduk dengan santai, lalu menyilangkan kaki. Menatap semua yang duduk dari balik topeng yang dikenakannya.

"Aku menjaga kalian agar hidup layak, tapi masih saja pengkhianat berkeliaran di sekelilingku. Sudah aku katakan, tidak ada ampun bagi seorang pengkhianat!" Laki-laki yang dipanggil Ryuu itu berbicara dengan tenang, tapi penuh penegasan. Suasana terasa sangat dingin sekali.

Ryuu tentu saja kesal karena gara-gara si plontos yang sudah dibahabisi oleh Dru, dia hampir saja kehilangan beberapa anak buahnya. Beruntung mereka cepat menyadari sehingga bisa memanilupasi keadaan, walau salah satu anak buahnya terluka parah.

Ryuu mengangkat jarinya. Dru dengan cepat mengarahkan pistol pada pria yang duduk paling ujung.

Pistol dengan peredam itu membuat Pria yang tadi menatap Ryuu dengan wajah ketakutan, jatuh dari kursi, dengan nyawa yang sudah melayang. Karena Drupadi menembak tepat pada kepalanya.

Dia juga termasuk salah satu otak pengkhianat yang berada di dalam badan organisasi. Dia mencuri data organisasi untuk di jual pada lawan.Itu juga menyangkut perusahaan milik organisasi, yang menghasilkan pendapatan bersih dari bisnis legal. Bisnis ilegal mereka hanya berkisar pada pasokan senjata api.

Apa yang terjadi hari ini adalah pembelajaran jika Ryuu tidak pernah main-main akan ucapannya. Ia memiliki hati baik, tapi tidak ada ampun pada pengkhianat. Hatinya akan sangat tega untuk menghabisi, daripada si pengkhianat menjadi boom, yang akan menghabisi mereka semua secara perlahan.

"Tanam di otak kalian, hukuman buat pengkhianat adalah mati!" Ryuu menekan kalimatnya sebelum beranjak pergi.

Dru dan juga dua bodyguard Ryuu berjalan di belakangnya.

"Kak ... aku akan pergi dulu," ucap Dru dari luar jendela mobil, saat Ryuu yang sudah masuk ke dalam mobil dan melepas topengnya dan kembali menjadi Devan.

"Nanti malam datanglah ke rumah jika Kai tidak memintamu menemaninya pergi," perintah Devan yang dibalas anggukan Dru, sebelum menuju kuda besi miliknya. Ia lebih senang mengawal dari jauh menggunakan kuda besi. Sehingga mudah melumpuhkan jika mereka dikepung secara tiba-tiba.

Dru melarikan kuda besi miliknya menuju salah satu yayasan yang mengurus anak- anak yang dibuang atau yang tidak diinginkan oleh orang tuanya.

Dru adalah salah satu yang sering memberikan sumbangan pada anak-anak tersebut. Ia merasakan bagaimana ditinggalkan dan hidup tanpa orang tua.

"Kakak ... teriak seorang anak laki-laki pada Dru yang dengan cepat memeluk anak itu. Membawanya dalam dekapan hangatnya.

"Alexy," ucap Dru mencium kening bocah tampan tersebut. Bocah yang pernah diselamatkan, saat tengah malam.

Lexy masih berusia sekitar dua tahun saat ia temukan dekat sungai. Waktu itu, Dru yang terluka parah, kabur dari pengejar malah menemukan Lexy yang juga sekarat. Entah siapa yang sudah membuang anak itu. Dengan sisa tenaganya, ia membawa lexy, berlari menembus pekat malam.

Saat ini usia Lexy sekitar enam tahun,anak itu juga sudah bersekolah. Ia selalu mengunjungi bocah tampan itu. Mereka sempat terpisah, saat ia harus keluar negeri atas perintah bos besar.

"Kakak, kapan Lexy tinggal sama kakak ?" Tanya bocah tampan itu menatap dalam manik mata Drupadi.

Sebenarnya ia sangat ingin, tapi membawa Lexy tinggal bersamanya akan sangat menyulitkan. Dru hanya ingin Lexy selalu aman.

"Setelah keadaan membaik, kamu akan segera tinggal bersama kakak. Untuk saat ini tetap jadi anak baik disini ya," ucap Dru pada Lexy yang dibalas anggukan patuh bocah tampan tersebut.

Setelah kunjungan mendadaknya ke panti, Dru segera kembali ke markas yang di sebutnya rumah. Tapi telepon dari salah satu kenalan yang mengajaknya bertemu membuat ia berbelok. Melajukan kendaraan menuju bar sebagai tempat bertemu.

Dru masuk ke dalam, saat ini ia tidak ingin minum apapun. Keinginannya saat ini adalah segera bertemu lalu pulang untuk istirahat.

"Hai ...," Sapa Dru pada lelaki dengan gaya kemayu yang segera merangkul Dru, lalu memerintahkan bartender membuatkan minum.

"Seperti biasa," ucap Dru yang dipahami bartender.

"Hai sayang ... Hmmm ... Aku memiliki informasi bagus mengenai tempat pembuatan cincin yang pernah kamu tunjukan padaku." Si lelaki mengedip pada Dru.

Dru memang pernah meninta tolong pada pemilik Bar yang saat ini di datanginya, untuk mencari tahu tempat mana saja yang biasa membuat cincin seperti miliknya. Pemilik Bar berhutang budi pada Dru karena pernah menyelamatkan Bar nya yang saat itu hendak di hancurkan beberapa orang preman.

"Kak Ari." Suara salah satu anak buah si lelaki kemayu yang dipanggil Kak Ari menghentikan obrolan mereka.

Anak buah kak Ari berbisik yang dibalas anggukan lelaki kemayu tersebut.

"Hmmm ... Dasar, mereka datang membuat masalah saja." Gerutu si pria kemayu dengan gayanya yang feminim.

"Ada apa ?" Tanya Dru setelah menyesap wine jenis moscato di gelas miliknya. Kadar alkoholnya hanya lima persen. Dru tidak bisa minum wine dengan kadar alkohol tinggi. Moscato Bertekstur fizzy, memiliki aroma fruity dan rasanya cenderung manis.

"Hmm ... Biasa, transaksi, Jokul," ucap lelaki kemayu yang biasa dipanggil Kak Ari dengan wajah kesal. Dru hanya tertawa melihat kekeselan lelaki setengah wanita di hadapannya.

"Eh sayang ... kamu lihat, itu wanita cantik itu dari tadi lihatin kamu terus," ucap Kak Ari menggunakan alisnya untuk memberi kode. Dru melihat ke arah yang di tunjukan Kak Ari. Tampak duduk dengan manis disana,seorang wanita cantik yang mengedip padanya. Dru hanya tersenyum untuk membalasnya.

"Aku masih normal kak Ari, mendingan aku cium kak Ari daripada cium dia." Dru tertawa melihat wajah lelaki kemayu di hadapannya yang menyumpah serapah pada Dru.

Tidak ada yang menyangka jika Dru adalah seorang wanita. Gayanya terlalu manly, dengan wajah dingin dan juga dada tiarap, membuatnya tidak akan mudah dikenali sebagai seorang wanita, kecuali ia membuka baju.Tapi Kak Ari mengetahui jika Dru adalah seorang wanita.

"Jadi ... Cincinnya bagaimana ?" Tanya Dru kembali ke pokok awal mengapa ia datang ke bar.

Kak Ari mencubit gemas pipi Dru, andai Dru laki-laki, pasti sudah disimpannya.

"Cincin milikmu limited edition, hanya dibuat sesuai pesanan dan memiliki seri yang hanya dipesan oleh kalangan bangsawan. Pembuat cincin itu sudah lama mati. Bunuh diri tepatnya. Belum diketahui pasti penyebabnya." Kak Ari menjelaskan secara detail yang dibalas anggukan Dru yang memikirkan jika makin sulit baginya untuk menemukan siapa pemesan cincin itu.

"Jangan memasang wajah jelek begitu, aku akan mencari informasi lainnya. Sekarang temani aku berdansa ya." Rayu kak Ari yang dibalas gelengan Dru, tapi wajah cemberut Lelaki kemayu itu membuat Dru akhirnya menyetujuinya.

Music yang tadinya riuh, berganti musik romantis. Kak Ari merebahkan kepalanya pada dada Dru, memeluk pinggang gadis manly itu dengan erat. Dru melihat sekeliling tidak bisa menikmati musik. Tatapannya terhenti pada seorang pria muda yang memperhatikannya. Pemuda yang pernah di tolongnya. Pemuda itu tidak sendiri, melainkan bersama seorang wanita sexy dalam pelukannya, yang Dru yakini pasti juga cantik.

Dru mengalihkan tatapannya, jengah diperhatikan begitu oleh si pemuda.

"Kak Ari, aku pamit dulu, aku tunggu info selanjutnya," ucap Dru lalu mengecup pipi lelaki kemayu yang seleranya adalah sesama batang. Lelaki itu melambai pada Dru yang segera keluar dari bar.

Ia segera menaiki kuda besinya, pikirannya saat ini adalah pulang lalu tidur. Beberapa saat melaju dengan kencang, tiba-tiba Dru merasa ada yang tidak beres.

laju kuda besinya mendadak melambat karena dirinya merasa ada yang mengikutinya.

Benar saja perkiraannya. Tiba-tiba saja empat motor mengepungnya. Tiap orang yang turun dari goncengan segera mengarahkan senjata api ke arahnya. Dru segera menghentikan motornya. Turun dari motor dengan tangan di angkat ke atas.

Salah satu dari mereka segera membekuk Dru yang langsung terduduk dengan pelipis berdarah akibat di popor menggunakan pistol.

Dru mencari celah untuk bisa meloloskan diri. Saat ini yang bisa ia lakukan adalah tetap diam mengikuti keinginan lawannya, tapi tetap harus waspada hingga bisa menggunakan senjata yang ia sembunyikan. Dia juga perlu tahu motif dari mereka yang tiba-tiba menghadang perjalanannya.

Sebuah mobil hitam berhenti, Dru. segera dinaikan. Lalu empat motor mengikuti saat mobil itu bergerak

pergi.Tapi saat berbelok, keempat kuda besi berpisah arah.

Dru duduk diam di dalam mobil, karena kedua tangannya di borgol. Satu supir dan dua orang bersenjata yang duduk di belakang, siap menembak jika ia berulah.

Ia berpura-pura tidur, saat melihat si pemegang senjata lengah, dengan cepat Dru mencongkel borgol menggunakan kunai yang selalu dibawanya. Dia sudah terlatih untuk itu. lalu dengan cepat juga menyerang mereka. Memelintir kepala salah seorang dari mereka dengan borgol di tangannya, sedangkan yang seorang lagi ditahan lehernya menggunakan kakinya.

"Ahhhh !" Dru mengaduh saat pria yang dipelintir kepalanya dengan sekuat tenaga menikam lengan Dru dengan tangannya yang bebas.

Dru menyerang mereka kembali setelah merebut pistol. Ia hanya melumpuhkan dengan menembak kaki mereka, tanpa membunuh. Lalu menghajar supir hingga pingsan. Dru segera keluar dari mobil.Tidak mungkin membawa mobil itu walau dia ingin. Akan cukup berbahaya karena akan mudah dilacak.Dru berlari sambil menahan perih di lengannya.

Sorot lampu mobil dari kejauhan membuatnya menepi. Tapi ia benar-benar terluka saat ini dan membutuhkan bantuan. Dengan menggunakan pistol milik penculik, dirinya menghadang mobil yang lewat.Mengetuk pintu mobil, saat kaca terbuka, wajah pemuda yang pernah ditolongnya muncul dari dalam mobil.

"Kamu?"Dru terlihat kaget.

"Kamu baik-baik saja ?" Tidak ada waktu menjawab, Dru dengan cepat masuk ke dalam mobil.

Pemuda itu, Kendra, sangat kebetulan sekali.Bagaimana mereka kembali ditakdirkan bertemu. Dru tidak habis berpikir sambil menahan sakit di lengannya.

Kendra terlihat khawatir melihat darah yang keluar dari lengan Dru.Dia sebenarnya melihat saat Dru dibawa masuk ke dalam mobil,karena kebetulan ia juga hendak pulang ke rumah. tapi Kendra tidak mengetahui pasti itu siapa.Hanya saja sosok Dru familiar dalam ingatannya, sehingga ia memerintahkan Bodyguard yang bersamanya, untuk mengikuti mobil itu. Kendra hanya mengikuti kata hatinya dan juga karena penasaran. Ternyata dugaannya benar. Sosok itu Dru, pemuda yang pernah menolongnya.

"Kita ke Rumah Sakit," ucap Kendra pada Dru yang menggeleng kuat.

"Jangan ke Rumah Sakit, bawa saja aku ke penginapan." Dru tidak mungkin memberitahukan pada Kendra di mana ia tinggal.

"Fin, kita ke apartemen," ucap Kendra pada Bodyguardnya yang mengangguk patuh.

Setelah tiba di basemant, Kendra meminta Bodyguard yang bernama Fin untuk tetap di mobil. Ia lalu memapah Dru menuju unit miliknya. Dru menepis tangan Kendra karena ia masih mampu berjalan sendiri.

Begitu tiba di unit milik Kendra. Laki-laki itu segera menelepon Dokter keluarga tanpa sepengetahuan Dru.

Tampak Dru tertidur di sofa, ia benar-benar lelah dan sakit sekarang.

Kendra menatapnya, dalam.

Related chapters

  • Benci Bilang Sayang   Chapter 5

    "Ahhh ...!" Dru mengaduh pelan saat merasakan seseorang memegang lengannya. Ia membuka mata, mengumpulkan nyawa, menatap sekeliling. Mengingat kembali dimana dirinya berada saat ini.Kedua netranya berhenti saat melihat siapa yang saat ini berada di dalam kamar. Tampak Kendra dan seorang wanita cantik yang tersenyum manis padanya."Dokter akan mengobatimu," ucap Kendra yang dibalas anggukan Dru. Gadis androgini itu segera beringsut dari posisi berbaring dan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, sambil meringis menahan sakit.Dru melepas jaket yang dipakainya. Jaket miliknya koyak akibat tikaman yang cukup kuat. saat Dokter memintanya melepas kaos, ia hanya terdiam cukup lama."Biar aku bantu membukanya," ucap Kendra, hendak maju karena melihat Dru hanya diam saja. Tapi Dru dengan cepat mengarahkan tangannya ke depan, meminta Kendra untuk tidak mendekat dan membantunya."Yang terluka lenganku, bukan dadaku, jadi aku tidak perlu membuka baju," ucap Dru sambil menatap pada Dokt

    Last Updated : 2024-10-29
  • Benci Bilang Sayang   Chapter 6

    Malam yang pekat, Kendra sedang duduk termenung menatap keluar jendela kamar."Bos," panggil Fin pelan."Hmm ...." Kendra sedang tidak dalam kondisi mood yang baik."Identitasnya sangat dirahasiakan, orang suruhanku tidak bisa melacaknya. Hanya saja, dia sering mengunjungi panti asuhan, dimana anak- anak dirawat." Kendra berbalik menatap ke arah Fin.“Aku membutuhkan informasi lengkap, bukan setengah-setengah !” Kendra terlihat dingin saat ini.Kendra selalu mendapatkan apa yang diinginkan.“Aku akan berusaha lebih keras lagi untuk mengumpulkan informasi.” Fin berusaha menenangkan Kendra."Bos, jadi melihat pertarungan liar hari ini ?" Tanya Fin mengalihkan rasa kesal Kendra. Bos mudanya itu beberapa waktu lalu ingin pergi melihat para petarung jalanan ilegal."Tentu saja, apa kita bisa pergi hari ini ?" Tanya Kendra mulai bersemangat, yang dibalas anggukan Fin.Sementara itu, di sebuah ruangan besar yang penuh kepulan asap rokok. Dru ikut dalam pertarungan liar. Salah satu cara men

    Last Updated : 2024-10-29
  • Benci Bilang Sayang   Chapter 7

    Dru berjalan menuju parkiran untuk mengambil beberapa keperluannya di rumah.Seorang pengasuh dari panti asuhan datang untuk menjaga Lexy. Setelah sadar dan melihat Dru, anak itu mulai tenang dan kembali ceria seperti sedia kala.Wajah Dru terlihat lelah karena kurang tidur beberapa hari ini. Ditambah setelah bertarung menguras tenaga, ia belum beristirahat sama sekali.Sudut bibirnya juga masih terlihat biru akibat pukulan yang di dapatkn saat bertarung."Hmmm ... kita berjumpa lagi." Suara seseorang membuat Dru membalikan badan dan memicingkan kedua netranya."Kamu ...," Ucap Dru urung menaiki kuda besinya."Seharian ini kita bertemu tiga kali," ucap Kendra sambil bersandar pada tiang dan melipat tangannya. Dru mengerutkan keningnya, seingatnya, ia baru bertemu pemuda di hadapannya ini dua kali.Kendra melihat kebingungan yang ditunjukan oleh Dru."Aku melihatmu bertarung pada pertarungan ilegal," ucap Kendra yang sontak membuat Dru kaget."Kamu mengikutiku ?" Dru bertanya dengan teka

    Last Updated : 2024-10-29
  • Benci Bilang Sayang   Chapter 8

    Pagi kembali menyapa, Lexy sudah makan pagi dan terlihat senang melihat Drupadi bersamanya. "Kakak,jangan pergi lagi. Lexy sedih enggak lihat kakak." Bocah tampan itu memeluk Dru penuh sayang, takut Dru pergi lagi. Walau dia paham jika kakaknya bekerja untuk mendapatkan uang demi dirinya, tapi semakin besar, Lexy tidak ingin berjauhan dari Drupadi."Kakak akan disini sama kamu, kakak janji." Dru mengucapkan janji yang ia sendiri tidak yakin dapat menepatinya. Drupadi mengerti, Lexy sudah makin besar, tentu saja ia ingin selalu bersama dirinya. Anak itu butuh kasih sayang daringa, bukan dari para pengasuh di panti. Apalagi ia sempat meninggalkan Lexy cukup lama saat berada di luar negeri."Beneran janji ya, kali ini ? kakak sudah sering bohong sama Lexy," ucap bocah tampan itu dengan mata berkaca-kaca. Drupadi juga ikut sedih karenanya."Kakak akan usahakan yang terbaik untuk adik kakak yang paling tampan ini," jawab Drupadi lalu memeluk Lexy erat."Kak, Lexy mau jalan-jalan boleh ? bo

    Last Updated : 2024-10-29
  • Benci Bilang Sayang   Chapter 9

    Malam ini, Drupadi menemani Kai menghadiri jamuan makan malam di kediaman keluarga Tanaka. Tampak bangunan yang megah, Dru teringat saat ia mengantarkan pemuda yang pernah di ditolongnya ke rumah ini, beberapa waktu lalu. Apakah ia akan berjumpa lagi dengan pemuda menyebalkan tersebut ? yang selalu saja muncul akhir-akhir ini, dan itu sangat menganggunya. Walau tidak bisa dipungkiri jika pemuda itu sudah menolongnya dua kali.Drupadi sangat berterimakasih, tapi tetap saja, kehadiran si pemuda mengusik ketenangan hidupnya. Tampak Kai menyapa beberapa kenalannya yang juga hadir pada acara jamuan makan malam tersebut. Sedangkan Dru berdiri sedikit menjauh dari Kai, tapi tetap fokus mengawasi dengan raut wajah dingin sepertia biasa.beberapa kali, wanita yang hilir mudik menyapanya, tapi Dru malas menanggapi. Andai mereka tahu, jika dirinya juga sebangsa mereka, pasti para wanita itu akan segera menghindar.Kendra tampak bersandar, memegang wine dan menatap tajam ke arah Dru yang dilihat

    Last Updated : 2024-10-29
  • Benci Bilang Sayang   Chapter 10

    Drupadi menemui Ryuu, sudah saatnya mereka mengambil alih penuh black wolf yang semula dipimpin Daniel, Daddy dari Kai. Jadi organisasi itu benar-benar akan berada dalam kendali Red Eagle. Drama kematian Kai sudah disusun demikian rapi sehingga tidak ada yang akan mengetahuinya, kecuali Alma, Mommy dari Kai, serta Ryuu dan beberapa orang kepercayaannya.(Cerita Kai, bisa dibaca di Platform ungu, dengan judul Find Me,Love)Kai sendiri juga tidak mengetahui pasti drama yang sudah disusun. Ia hanya mengetahui sebagian, tanpa tahu sisanya.Malam hari, rencana berubah, karena pihak musuh menahan Daniel diluar perkiraan Ryuu.Dru belum bisa menemui Kendra karena penangkapan Daniel, pemimpin Black Wolf, membuat Kai harus membebaskan Daddy nya tersebut.Maka, Dru harus memastikan Kai selamat dalam sandiwara tersebut. Pistol yang digunakan oleh tangan kanan Dario untuk menembak Kai, sudah diganti dengan peluru bius oleh salah satu anak buah Ryuu yang menyusup.Drama yang sempurna, karena kelu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Benci Bilang Sayang   Chapter 11

    Bahu Kendra bergetar hebat, menumpahkan semua tangisnya. Walau belum dibuktikan dengan tes DNA, tapi melihat dari foto milik Drupadi , dan juga tanda lahir di bawah ketiak, tentu saja itu sangat mengarah pada keponakan laki-lakinya yang menghilang empat tahun lalu. Keponakan yang dianggap hilang, sehingga membuat Kakak perempuannya seperti mayat hidup karena depresi tiap kali mengingat putranya itu. Drupadi duduk di samping Kendra setelah menemani Lexy makan dan menitipkan Lexy sebentar pada ibu panti. Kepala Drupadi masih pusing, tapi masih bisa ia tahan sebentar."Aku menemukannya saat lari dari kejaran musuh. Saat itu aku terluka parah dan bersembunyi diantara batu besar, di sungai. Tubuh Lexy terbaring tidak jauh dariku bersembunyi. Dia sangat lemah sekali kala itu, dengan luka benturan di beberapa bagian tubuhnya. Tapi anak tampan itu sangat kuat sekali. Dan aku sangat menyayanginya." Kali ini Drupadi juga menangis. Ia tidak bisa membayangkan jika Lexy adalah Yuki, maka secara o

    Last Updated : 2024-10-29
  • Benci Bilang Sayang   Chapter 12

    Pagi yang mendung, Kendra telah bangun semenjak tadi. Ia juga memerintahkan maid di rumah untuk datang ke apartemen dan memasak secara lengkap, sehingga ketika Drupadi dan Lexy bangun, semua sudah tersaji. Begitu selesai semua, Maid segera kembali ke kediaman keluarga Kendra.CklekKamar, dimana Drupadi tidur terbuka, menampilkan sosok gadis dengan gaya maskulin itu, melangkah keluar menuju arah dapur. Tapi langkahnya terhenti melihat Kendra yang sedang duduk santai sembari menyesap secangkir kopi."Sudah bangun ? apa masih sakit ?" Tanya Kendra lalu menepuk space kosong di sampingnya agar Drupadi duduk disitu.Drupadi duduk di samping Kendra yang segera mengambil air untuknya."Jangan seperti ini, aku tidak terbiasa," ucap Drupadi menerima gelas dari tangan Kendra dan segera meminumnya."Maka buatlah dirimu terbiasa, karena aku akan terus melakukannya," jawab Kendra yang merasa nyaman melihat Drupadi."Kenapa ? kamu suka padaku ?" Tanya Drupadi to the point. Mereka terbiasa dilatih t

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Benci Bilang Sayang   Chapter 42

    Setelah sadar, Kendra segera mengejar Drupadi. Tapi cewek androgini tersebut sudah tidak kelihatan. Kendra kembali ke ruangannya, duduk kembali dan merenungi tiap ucapan Drupadi. Tidak ingin mempercayai, tapi kedua mata Drupadi tidak menunjukkan kebohongan.Apakah ia harus menyerah dan tidak mengejar Drupadi lagi ? Karena rintangan restu yang akan dihadapi dua kali lipat lebih sulit.Bukan tidak mungkin, kedua orang tuanya akan mencarikan pendamping hidup untuknya. Seperti hal nya Nara, yang menikah dengan Ezi kareja perjodohan. Tapi hal baiknya adalah, Nara pada akhirnya jatuh cinta pada Suaminya tersebut. Tapi ini Drupadi, Bodyguard dengan latar belakang keluarga yang belum diketahui. Ditambah pengakuan tentang Drupadi yang tidak bisa hamil, akan makin mempersulit jalannya untuk mendapat restu.Kendra duduk diam, memijat keningnya yang terasa pening.Drupadi PovAku pergi, setelah mengatakan kebenaran yang harus Kendra ketahui, sebelum ia melangkah lebih jauh untuk meminta hatiku.

  • Benci Bilang Sayang   Chapter 41

    Memejamkan mata tanpa melihat yang terkasih, itu sangat sulit. Demikianlah yang sedang dialami Kendra.Akhirnya ia memutuskan untuk ke kamar Drupadi. Tanpa perlu mengetuk, ia hendak membukanya. Tapi sayang, pintu tertutup rapat. Akhirnya Kendra mencoba mengetuk pintu kamar Drupadi.Toook ... Toook !"Dru ...," panggil Kendra sambil mengetuk pintu kamar bodyguard spesial di hatinya tersebut. Tapi sayang, tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya Kendra kembali ke kamarnya. Tapi rasanya tetap saja gelisah karena belum melihat dan mendengar suara Drupadi. Kena pelet apa kamu,Kendra ?Beda Kendra beda juga yang sedang melanda Drupadi. Tampak Drupadi yang sedang duduk di atas ranjang. Ketukan dan panggilan dari Kendra tadi, sengaja tidak dipedulikannya. Hatinya sedang kacau balau.Kendra mulai bucin akut, dan Drupadi takut jatuh cinta. Ingin rasanya pergi jauh, agar bisa menjaga hati, walau itu pasti mulai terasa sulit. Tapi, jika ia pergi sekarang, dalam keadaan mencurigai seseorang san

  • Benci Bilang Sayang   Chapter 40

    "Mama dan Pak Dokter ... jangan memaksa, kak Dru tidak suka kalau ada yang melihat badannya. Badan kakak banyak bekas luka." Ucapan Yuki sepertinya manjur untuk menyelamatkan Drupadi dari kekepoan Nara dan juga Dokter Tristan.Nara tidak bisa membantah perkataan Yuki. Anaknya ini kalau bicara datar dan juga dingin, persis sekali seperti Drupadi. "Baiklah." Dokter Tristan mengalah dan hanya mengobati wajah dan juga lengan Drupadi saja.Tampak Drupadi yang menatap ke arah Yuki dan tersenyum pada adik kesayangannya tersebut. Ahh ... jika seperti ini, bagaimana dia bisa jauh dari adiknya ini. Yuki sangat melindunginya, walau itu hanya perlindungan kecil.Dokter Tristan pamit setelah mengobati Kendra. Nara mengantar ke depan. Saat Nara mengantar Dokter Tristan, tampak Aretha yang masuk ke dalam kamar Kendra."Kendra ... kamu kenapa ? luka lagi ? bodyguard kamu ini sangat tidak becus menjaga kamu !" ucap Aretha judes, sambil memeluk Kendra yang tidak siap akan pelukan itu, sehingga tidak

  • Benci Bilang Sayang   Chapter 39

    "Kakak berisik," ucap Kendra sambil tersenyum pada Nara yang terlihat hendak mengeluarkan taring. "Ayah !" pekik Yuki dan yuri bersamaan melihat siapa yang baru keluar dari kamar Drupadi.Yuki sedikit mengerutkan keningnya melihat Kendra yang keluar dari kamar Drupadi. Tapi pertanyaan itu akan ditanyakan nya nanti pada sang kakak.Sedangkan Nara terlihat menatap Drupadi yang hanya bersikap biasa saja. Datar tanpa perlu takut, toh Nara tahunya Dru adalah seorang pria. Jadi tidak ada masalah bukan, jika Kendra tidur di kamarnya. "Hi ... anak-anak Ayah," ucap Kendra lalu menggendong kedua keponakannya,yang pastinya sangat berat."Uhh ... Ayah masih bau banget." Yuri menutup hidungnya, karena memang Kendra baru bangun dan belum mencuci muka.Kendra menurunkan Yuki dan Yuri lalu beralih pada kakaknya."Semalam tidur di sini ?" tanya Nara yang dibalas anggukan Kendra. Sepertinya bucin Kendra tingkat akut. Dia sudah tidak peduli lagi bagaimana tanggapan kakaknya mengetahui dirinya yang ber

  • Benci Bilang Sayang   Chapter 38

    Langit masih sedikit gelap dan sepi saat Kendra dan Drupadi tiba di rumah. Tapi sebentar lagi hampir masuk pagi.Para maid sudah sibuk di dapur, tapi tidak dengan keluarga Kendra yang pasti masih terlelap tidur.Drupadi membangunkan Kendra yang perlahan mengerjap, membuka netranya."Bangunlah, kita sudah sampai," ucap Drupadi yang membuat Kendra segera bangun dari posisi tidur tidak nyamannya, tapi sedikit ada rasa nyaman karena elusan lembut pada rambutnya.Drupadi mengucapkan terimakasih pada saudaranya sebelum keluar dari mobil.Kendra segera masuk ke dalam rumah bersama Drupadi yang menuntunnya. Bukan sekali ini Kendra terluka. Berkali-kali pria di sampingnya ini terluka saat bersamanya."Jangan kembali ke kamarmu, aku tidak bisa tidur kalau kamu kembali ke kamarmu sekarang," ucap Kendra menahan tangan Drupadi yang hendak pergi setelah membantunya masuk ke dalam kamar.Drupadi menepis tangan Kendra."Auch ... tanganku terluka, semua luka." Kendra mulai lagi dengan gaya lebay nya.

  • Benci Bilang Sayang   Chapter 37

    Drupadi dan Kendra diikat bersama di sebuah ruangan pengap dan juga gelap. "Ken .... kamu baik-baik saja ?" tanya Drupadi khawatir pada keselamatan Kendra."Aku baik-baik saja, kamu bagaimana. ?" tanya Kendra yang juga tidak kalah khawatirnya pada Drupadi. Apalagi lengan Drupadi masih terluka karena melindungi dirinya."Aku baik, tenanglah, semoga bantuan segera datang." Drupadi masih berharap, teman-temannya akan menemukan dirinya dan juga Kendra.Brak !Pintu ruangan terbuka, menampilkan para penculik yang menatap tajam ke arah Kendra dan Drupadi."Jika kalian hanya membutuhkan aku sebagai sandera, maka lepaskan temanku ini !" Teriak Kendra kesal ke arah penculik yang malah tertawa nyaring."Ini, tandatangani kertas ini, setelah itu kalian bisa bebas," ucap salah satu penculik yang berwajah lebih garang daripada teman-temannya."Apa ini ? aku tidak mungkin menandatangani kertas yang aku sendiri tidak tahu apa itu !" Kendra menolak untuk menandatangani kertas tersebut."Bugh !" Sat

  • Benci Bilang Sayang   Chapter 36

    Akhirnya setelah perjalanan yang cukup melelahkan, mereka tiba di kuil yang berada di perbukitan yang jauh dari pemukiman."Kamu capek ?" tanya Drupadi mengkhawatirkan Kendra."Selama sama kamu, capeknya hilang." Gombal Kendra, walau sebenarnya ia sangat capek. Tapi, demi menemani Drupadi, rasa lelah itu hilang. "Hadeh ... bagaimana aku bisa sebucin ini sama Drupadi,"batin Kendra sambil tersenyum.Tapi sayang, perjalanan jauh mereka harus menemui kesia-siaan, karena Biksu yang mereka cari, tidak ada di tempat. Beliau sedang pergi selama berbulan-bulan dan tidak bisa dipastikan kapan kembali.Drupadi duduk sambil menatap langit yang mulai gelap."Ayo kita kembali, apa kamu tidak merasa lapar ?" "Kamu lapar ?" Bukannya menjawab, Drupadi malah balik bertanya. Karena dia tahu, Kendra bertanya begitu bukan menanyakannya, tapi mengajaknya untuk makan. Kendra mengangguk malu-malu karena ketahuan menahan lapar."Ayo cari makan, setelah itu kita pulang." Drupadi tersenyum pada bos nya tersebu

  • Benci Bilang Sayang   Chapter 35

    "Ehmmm !" Satu deheman membuat Drupadi refleks mendorong Kendra."Eh Kakak !" Kendra menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dibawah tatapan mengintimidasi yang ditunjukkan oleh Nara."Kalian ?" tanya Nara dengan tatapan tajam.Drupadi tampak bingung, karena selama ini, Nara menganggap dirinya adalah seorang laki-laki. Jadi, pasti saat ini, Nara berpikir kemana-mana."Itu ... aku tadi mengucapkan terimakasih karena Dru memiliki rekaman saat Aretha mencoba menjebakku." Kendra akhirnya menceritakan masalah ancaman Aretha untuk mengalihkan tanda tanya besar yang saat ini bercokol di kepala Nara pada apa yang dilihat tadi. Nara tampak manggut-manggut sambil sesekali melirik ke arah pemuda yang telah menyelamatkan anaknya itu dengan tatapan menyelidik tapi disertai senyum manis. Nara selalu dan akan selalu merasa berhutang budi pada pemuda yang sekarang menjadi bodyguard adiknya itu. "Hmmm ... kamu harus hati-hati pada Aretha. Sejujurnya Kakak tidak menyukai tingkahnya. Atlana lebih sopan

  • Benci Bilang Sayang   Chapter 34

    Pagi sudah mulai beranjak siang. Tapi terlihat Kendra yang masih meringkuk nyaman. Ia malah menarik selimut agar menutupi tubuhnya. Tapi saat ingat sesuatu, Kendara segera bangun. Tentu saja mencari Drupadi. Tapi tidak ada sosok bodyguardnya itu di dalam kamar. Padahal, semalam ia tertidur dengan merebahkan kepala pada pangkuan Drupadi."Aish .... pergi kemana lagi dia ?" kesal Kendra lalu segera beranjak dari sofa, tempat ia tidur semalaman.Kendra keluar kamar untuk mencari sosok yang sangat dirindukannya itu.Tapi sampai mengobrak-abrik kamar Dru, juga tidak tampak batang hidungnya. Kendra benar-benar frustasi. Ia berjalan menuju tempat latihan dan juga taman belakang yang biasa digunakan Drupadi untuk berolahraga, juga nihil."Aku akan mengurungmu di kandang macan kalau ketemu !" monolog Kendra dengan hati yang sangat kesal sambil meremas rambutnya.Ia lalu kembali lagi ke kamar dan segera menghubungi bodyguardnya tersebut. Tapi nomor yang dihubungi tidak aktif. "Sial !" maki Ke

DMCA.com Protection Status