Dru berjalan menuju parkiran untuk mengambil beberapa keperluannya di rumah.Seorang pengasuh dari panti asuhan datang untuk menjaga Lexy. Setelah sadar dan melihat Dru, anak itu mulai tenang dan kembali ceria seperti sedia kala.
Wajah Dru terlihat lelah karena kurang tidur beberapa hari ini. Ditambah setelah bertarung menguras tenaga, ia belum beristirahat sama sekali.Sudut bibirnya juga masih terlihat biru akibat pukulan yang di dapatkn saat bertarung."Hmmm ... kita berjumpa lagi." Suara seseorang membuat Dru membalikan badan dan memicingkan kedua netranya."Kamu ...," Ucap Dru urung menaiki kuda besinya."Seharian ini kita bertemu tiga kali," ucap Kendra sambil bersandar pada tiang dan melipat tangannya. Dru mengerutkan keningnya, seingatnya, ia baru bertemu pemuda di hadapannya ini dua kali.Kendra melihat kebingungan yang ditunjukan oleh Dru."Aku melihatmu bertarung pada pertarungan ilegal," ucap Kendra yang sontak membuat Dru kaget."Kamu mengikutiku ?" Dru bertanya dengan tekanan."Hahaha ... tentu saja tidak, aku kebetulan hanya melihat-lihat saja." Kendra menatap Dru yang terlihat lelah."Lalu ... kenapa kamu disini ?" Tanya Dru dengan tatapan menyelidik."Keponakanku dirawat di dalam," jawab pendek Kendra."Jika tidak ada hal penting yang ingin dibicarakan, aku akan pergi. Jangan menghantuiku seperti kita ini teman dekat," ucap Dru tajam lalu berbalik untuk pergi."Jadilah Bodyguardku !" Teriak Kendra sebelum Dru menyalakan mesin motor.Kendra menghela nafas panjang, lelah dan juga heran. Pemuda seperti Kendra benar-benar ngotot, tapi ia malas menanggapi dan memilih segera pergi. Terlalu banyak bicara bukanlah sifatnya."Keras kepala !" Ucap Kendra pelan melihat Dru yang menjauh.Dru tiba di rumah yang juga merupakan markas dari organisasinya. Berendam air hangat mungkin membuatnya rileks.Dru melepas pakaiannya, melihat tubuhnya yang tidak mulus dalam pantulan kaca. Beberapa bekas luka yang di dapatkan saat bertarung atau diserang menghiasi kulitnya.punggungnya pun tidak luput dari luka, Dru tersenyum melihatnya lalu segera masuk ke dalam bathtub. Menyandarkan punggungnya, menikmati sensasi yang membuat kantuk menyerangnya.Saat tengah malam, Dru kembali ke Rumah Sakit. Lexy sudah tertidur pulas, pengaruh obat.Pengasuh yang menjaga Lexy juga sudah tertidur. Dru mengusap pelan rambut Lexy penuh sayang. Mencium kening bocah tampan itu.Dru tidak bisa tidur, karena tadi ia sempat tertidur saat di Rumah.Ia lalu keluar dari ruang perawatan Lexy, berjalan ke belakang Rumah Sakit. Terdapat taman kecil yang biasa digunakan Pasien untuk berjalan pagi. Menelepon seseorang hingga wajahnya memerah menahan amarah.Setelah selesai menelpon, tampak Dru berjalan kembali ke dalam. Ia tidak bisa lama di Rumah Sakit, karena ada sesuatu hal yang harus segera dikerjakannya. Dru meminta tolong pada pengasuh yang menjaga Lexy, agar menjelaskan pada bocah itu jika mencarinya kembali. Dru berjanji akan kembali secepat mungkin.Dru harus menyelesaikan satu tugas. Itu semua karena Ryuu, tidak serta merta percaya pada beberapa orang yang mengaku setia setelah penembakan yang dilakukannya, masih ada yang tertinggal. Dalam hal ini, Dru mendapat tugas untuk bertemu dengan orang yang ditugaskan untuk menyelidiki pergerakan yang dilakukan secara diam-diam oleh beberapa anak buah Black Wolf yang masih terindikasi berkhianat. Mereka bergerak dengan menjual nama Red Eagle dalam bisnis kotor.Setelah terlihat tenang, Dru berjalan menuju parkiran, ia akan bertemu di bar yang biasa di datanginya. Tapi langkahnya terhenti, lagi-lagi Kendra menghalangi langkahnya."Kamu kayak hantu, terus bergentayangan," sindir Dru yang membuat Kendra tertawa pelan."Aku sedang bosan, jadi berjalan-jalan keluar sebentar. Tidak tahunya bertemu dirimu. Apa kamu mau pergi lagi ?" Tanya Kendra kepo, padahal mereka tidak saling mengenal dekat."Bukan urusanmu !" Dru berbicara cukup tegas."Hmmm ... kalau semisal kamu mau ke Bar yang waktu itu, bolehkah aku ikut ?" Tanya Kendra sok tahu."Aku tidak ke Bar," ucap Dru sedikit kesal karena kaget Kendra bisa tahu kemana tujuannya saat ini. Apa karena malam, jadi pikiran Kendra tertuju pada Bar atau diskotik, batin Drupadi menerka."Kalau pergi, bolehkan aku menumpang ?" Tanya Kendra makin berani.Dru yang malas meladeni Kendra memilih pergi. Tapi sial, saat hendak menyalakan kuda besi, motor itu seperti mengajaknya bercanda."Sial !" maki Dru, disaat begini motornya mogok. Sebenarnya salah dirinya, karena dalam satu bulan ini, ia tidak ada waktu membawa kuda besinya ke bengkel.Dru melirik Kendra yang terlihat tersenyum. Sepertinya ia harus memanfaatkan kesempatan. Bajingan di dekatnya ini mengatakan jika ingin ke Bar, sedangkan tujuannya juga ke sana."Hmm ... kamu juga mau ke bar ? Apa kendaraanmu bisa digunakan ?" Tanya Dru yang membuat Kendra tertawa sambil mengeluarkan kunci mobilnya."Aku akan menumpang," ucap Dru dengan raut kesal karena kali ini harus meminta tolong."Oh tentu saja, aku jadi memiliki teman." Kendra terlihat senang. Sejujurnya ia tidak terlalu memiliki banyak teman dekat. Dru sepertinya selain bisa dijadikan Bodyguard, bisa juga dijadikan teman. Tapi membuat pemuda keras kepala di depannya ini setuju untuk menjadi Bodyguarnya, akan sangat sulit."Cepatlah !" ucap Dru seperti memerintah. Ia harus cepat, atau orang yang ingin ditemuinya pergi.Saat di dalam mobil, Kendra kembali mencium wangi yang menguar dari Dru. Wangi lembut milik wanita misterius yang pernah ditolongnya saat berada di balkon. Kendra mencium udara, menghirup harum yang manis tersebut."Mengapa wanginya sangat mirip," batin Kendra dalam diam."Nama panggilanmu Dru ? Nama panjang Andrue." Kendra menyebut nama Laki-laki milik Dru yang tertera di pengenal palsunya. Sedangkan pengenal aslinya adalah nama aslinya, Drupadi."Kamu memata-mataiku ?" Tanya Dru dengan tatapan tajam ke arah Kendra yang fokus menyetir."Haha ... hanya mencari tahu, orang keras kepala yang tidak mau menjadi pengawalku. Aku selalu mendapatkan apa yang ku inginkan." Kendra terlihat tersenyum dingin.Drupadi malas mendebat karena dia bukanlah tipe yang suka banyak berbicara jika tidak terlalu penting. Alasan yang diutarakan Kendra sudah cukup baginya.Tidak ada percakapan lagi hingga mereka tiba di Bar yang ingin di tuju Dru."Kita berpisah disini, kamu cari minuman favoritmu, dan aku akan memilih milikku. Jika mau pulang terlebih dahulu, maka pulanglah. Terimakasih banyak," ucap Dru tanpa basa-basi."Aku akan menunggu di dalam, jika sudah selesai cari saja aku. Kita punya tujuan kembali yang sama bukan." Kendra menginterupsi sejenak langkah Kendra. Setelah itu Dru cepat masuk ke dalam tanpa mempedulikan Pria yang seperti hantu baginya."Entah mengapa dia terlihat tampa dan cantik secara bersamaan," gumam Kendra menatap punggung Dru yang memasuki Bar."Aduhh ... kenapa aku ini," batin Kendra sambil menggelengkan kepala lalu berjalan memasuki bar.Di dalam bar, tatapannya tertuju pada Dru yang terlihat keluar melewati pintu belakang bersama dua orang pria.Di belakang bar, tampak dua pria yang bersama Dru memberikan amplop pada gadis Manly tersebut. Dru membukanya dan dahinya tampak berkerut."Sial !" Si plontos racun yang tidak bisa dianggap enteng." Dru terlihat sangat marah hingga buku-buku jarinya memutih."Ampun ...." Tiba-tiba dari arah yang gelap, tampak dua orang berbadan kekar membawa seorang pria yang terlihat berantakan.Begitu tiba di depan Dru, gadis dengan tampilan manly yang sangat dingin itu langsung mengahajarnya tanpa ampun."Bajingan ! Penyakit sepertimu harus dimusnahkan. Ryuu memberi kesempatan padamu saat mengeksekusi temanmu, tapi kamu masih main-main." Dru menghajar lagi dengan pukulan keras dan tidak main-main."Bawa dia pergi ke markas, pastikan dia buka mulut siapa lagi temannya yang tersisa !" Dru memberi perintah pada empat orang pria di depannya yang dengan patuh membawa si pesakitan untuk pergi.Tanpa Dru sadari, Kendra yang ingin tahu mengikutinya, melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana ganasnya seorang Dru menghajar seseorang. Tidak ada belas kasihan, dengan wajah yang ingin membunuh.Dru segera masuk kembali ke dalam, tapi sebelumnya Kendra sudah terlebih dahulu menyingkir sehingga Dru tidak menyadari kehadirannya."Hai sayang ... kapan kamu datang." Seorang pria dengan gerakan gemulai segera memeluk Dru yang saat ini duduk untuk mengatur nafas."Aku datang dari tadi kak Ari," ucap Dru manis, sambil memberi kode pada bartender untuk meracik minumannya."Kenapa wajahmu terlihat lelah begitu ? Tapi lelah yang terlihat sexy," goda Kak Ari pada Dru yang membuat gadis manly itu tertawa pelan, menanggapi sekedarnya, karena pikirannya saat ini sedang tidak disini.Dru segera mencicipi minumannya begitu tersaji di hadapannya. Tapi gadis itu cepat menyembunyikan amplop dalam genggamannya, saat melihat Kendra berjalan ke arahnya."Eh Tuan muda Kendra," sapa Kak Ari pada pria dikenalnya sebagai tuan muda yang memang sering datang ke bar miliknya."Kamu tidak ingin pulang sekarang ?" Tanya Kendra pada Dru yang membuat laki-laki yang dipanggil Kak Ari mengerutkan keningnya."Kamu kenal Tuan Kendra ? Atau jangan -jangan kalian ada hubungan ?" Kak Ari menggoda Dru dengan menempelkan dua jari telunjuknya."Dia teman biasa, saya masih suka dengan wanita, bukan dengan pria menyebalkan seperti dia," timpal Kendra membuat Kak Ari melongo. Jangan-jangan Tuan muda dengan senyum dingin di depannya ini belum tahu kalau Dru adalah seorang wanita.Kak Ari segera melihat ke arah Dru yang mengedipkan mata sebagai kode akan pertanyaan lelaki kemayu tersebut.Kak Ari manggut-manggut paham akan kode dari Dru."Mari pulang," ucap Dru mengajak Kendra untuk segera pergi, sebelum Kak Ari membongkar identitasnya.Saat di dalam mobil, tidak ada pembicaraan antara keduanya. Tampak Dru memejamkan mata. Sedangkan Kendra tenggelam dalam pikirannya. Melihat Dru yang memukul seseorang dengan wajah garang, terlihat sangat menakutkan.Walau Kendra sering melihat perkelahian, tapi melihat amarah yang dikeluarkan Dru saat marah sangat menakutkan. Kendra tidak bisa membayangkan bagaimana saat Dru memegang senjata untuk membidik musuhnya. Apa seperti di film action yang pernah di tontonnya. Sepertinya Dru sangat cocok sekali untuk jadi Bodyguardnya.Saat tiba di Rumah Sakit, Kendra melihat Dru yang tertidur. Saat dirinya hendak mendekat membangunkan, tiba-tiba Dru membuka mata, menatap ke arah Kendra yang berada dekat sekali dengannya."Terimakasih," ucap Dru sambil mendorong Kendra menjauh. Wangi dari Dru yang membuat Kendra tadi terdiam sesaat. Itu wangi dari wanita misterius yang memeluknya di balkon."Terimakasih atas bantuannya, setelah ini, jangan menyapaku lagi. Cukup sampai disini."Dru segera keluar dari mobil tanpa menunggu jawaban Kendra, yang masih terhipnotis parfum milik Drupadi."Kenapa wangi parfumnya begitu mirip ?"Pagi kembali menyapa, Lexy sudah makan pagi dan terlihat senang melihat Drupadi bersamanya. "Kakak,jangan pergi lagi. Lexy sedih enggak lihat kakak." Bocah tampan itu memeluk Dru penuh sayang, takut Dru pergi lagi. Walau dia paham jika kakaknya bekerja untuk mendapatkan uang demi dirinya, tapi semakin besar, Lexy tidak ingin berjauhan dari Drupadi."Kakak akan disini sama kamu, kakak janji." Dru mengucapkan janji yang ia sendiri tidak yakin dapat menepatinya. Drupadi mengerti, Lexy sudah makin besar, tentu saja ia ingin selalu bersama dirinya. Anak itu butuh kasih sayang daringa, bukan dari para pengasuh di panti. Apalagi ia sempat meninggalkan Lexy cukup lama saat berada di luar negeri."Beneran janji ya, kali ini ? kakak sudah sering bohong sama Lexy," ucap bocah tampan itu dengan mata berkaca-kaca. Drupadi juga ikut sedih karenanya."Kakak akan usahakan yang terbaik untuk adik kakak yang paling tampan ini," jawab Drupadi lalu memeluk Lexy erat."Kak, Lexy mau jalan-jalan boleh ? bo
Malam ini, Drupadi menemani Kai menghadiri jamuan makan malam di kediaman keluarga Tanaka. Tampak bangunan yang megah, Dru teringat saat ia mengantarkan pemuda yang pernah di ditolongnya ke rumah ini, beberapa waktu lalu. Apakah ia akan berjumpa lagi dengan pemuda menyebalkan tersebut ? yang selalu saja muncul akhir-akhir ini, dan itu sangat menganggunya. Walau tidak bisa dipungkiri jika pemuda itu sudah menolongnya dua kali.Drupadi sangat berterimakasih, tapi tetap saja, kehadiran si pemuda mengusik ketenangan hidupnya. Tampak Kai menyapa beberapa kenalannya yang juga hadir pada acara jamuan makan malam tersebut. Sedangkan Dru berdiri sedikit menjauh dari Kai, tapi tetap fokus mengawasi dengan raut wajah dingin sepertia biasa.beberapa kali, wanita yang hilir mudik menyapanya, tapi Dru malas menanggapi. Andai mereka tahu, jika dirinya juga sebangsa mereka, pasti para wanita itu akan segera menghindar.Kendra tampak bersandar, memegang wine dan menatap tajam ke arah Dru yang dilihat
Drupadi menemui Ryuu, sudah saatnya mereka mengambil alih penuh black wolf yang semula dipimpin Daniel, Daddy dari Kai. Jadi organisasi itu benar-benar akan berada dalam kendali Red Eagle. Drama kematian Kai sudah disusun demikian rapi sehingga tidak ada yang akan mengetahuinya, kecuali Alma, Mommy dari Kai, serta Ryuu dan beberapa orang kepercayaannya.(Cerita Kai, bisa dibaca di Platform ungu, dengan judul Find Me,Love)Kai sendiri juga tidak mengetahui pasti drama yang sudah disusun. Ia hanya mengetahui sebagian, tanpa tahu sisanya.Malam hari, rencana berubah, karena pihak musuh menahan Daniel diluar perkiraan Ryuu.Dru belum bisa menemui Kendra karena penangkapan Daniel, pemimpin Black Wolf, membuat Kai harus membebaskan Daddy nya tersebut.Maka, Dru harus memastikan Kai selamat dalam sandiwara tersebut. Pistol yang digunakan oleh tangan kanan Dario untuk menembak Kai, sudah diganti dengan peluru bius oleh salah satu anak buah Ryuu yang menyusup.Drama yang sempurna, karena kelu
Bahu Kendra bergetar hebat, menumpahkan semua tangisnya. Walau belum dibuktikan dengan tes DNA, tapi melihat dari foto milik Drupadi , dan juga tanda lahir di bawah ketiak, tentu saja itu sangat mengarah pada keponakan laki-lakinya yang menghilang empat tahun lalu. Keponakan yang dianggap hilang, sehingga membuat Kakak perempuannya seperti mayat hidup karena depresi tiap kali mengingat putranya itu. Drupadi duduk di samping Kendra setelah menemani Lexy makan dan menitipkan Lexy sebentar pada ibu panti. Kepala Drupadi masih pusing, tapi masih bisa ia tahan sebentar."Aku menemukannya saat lari dari kejaran musuh. Saat itu aku terluka parah dan bersembunyi diantara batu besar, di sungai. Tubuh Lexy terbaring tidak jauh dariku bersembunyi. Dia sangat lemah sekali kala itu, dengan luka benturan di beberapa bagian tubuhnya. Tapi anak tampan itu sangat kuat sekali. Dan aku sangat menyayanginya." Kali ini Drupadi juga menangis. Ia tidak bisa membayangkan jika Lexy adalah Yuki, maka secara o
Pagi yang mendung, Kendra telah bangun semenjak tadi. Ia juga memerintahkan maid di rumah untuk datang ke apartemen dan memasak secara lengkap, sehingga ketika Drupadi dan Lexy bangun, semua sudah tersaji. Begitu selesai semua, Maid segera kembali ke kediaman keluarga Kendra.CklekKamar, dimana Drupadi tidur terbuka, menampilkan sosok gadis dengan gaya maskulin itu, melangkah keluar menuju arah dapur. Tapi langkahnya terhenti melihat Kendra yang sedang duduk santai sembari menyesap secangkir kopi."Sudah bangun ? apa masih sakit ?" Tanya Kendra lalu menepuk space kosong di sampingnya agar Drupadi duduk disitu.Drupadi duduk di samping Kendra yang segera mengambil air untuknya."Jangan seperti ini, aku tidak terbiasa," ucap Drupadi menerima gelas dari tangan Kendra dan segera meminumnya."Maka buatlah dirimu terbiasa, karena aku akan terus melakukannya," jawab Kendra yang merasa nyaman melihat Drupadi."Kenapa ? kamu suka padaku ?" Tanya Drupadi to the point. Mereka terbiasa dilatih t
Mereka tiba di kediaman keluarga Tanaka. Tampak Drupadi yang ragu untuk keluar dari dalam mobil."Keluarlah," ucap Kendra pada Drupadi yang masih diam."Semua akan baik-baik saja, please," pinta Kendra dengan lembut yang membuat Drupadi akhirnya mau keluar dari dalam mobil bersama Lexy.Kedua orang tua Kendra sudah menunggu, karena sebelum datang, Kendra sudah menelepon untuk bertemu karena ada hal yang ingin dibicarakan. Papanya membatalkan meeting dan Mamanya juga tidak jadi pergi untuk bertemu teman-temannya. Yuri juga dijemput lebih awal dari sekolah.Drupadi mengikuti langkah Kendra sambil menggenggam tangan Lexy.Meong ...!Suara kucing mengalihkan atensi Lexy yang melepaskan tangan Drupadi untuk mencari sumber suara. Tampak seorang gadis kecil seusia Lexy yang terlihat menggendong kucing cantik berbulu abu-abu yang lebat. Lexy berjalan mendekati gadis kecil tersebut, yang menatap Lexy tidak berkedip. Gadis kecil itu terlihat mengeluarkan air mata, tapi mengapa ia sendiri juga
Drupadi duduk di bar sambil menyesap Wine di tangannya. Tugasnya telah selesai beberapa jam yang lalu, yaitu Menghabisi seseorang yang berkhianat dengan tembakan jarak jauh. Tapi Ia masih belum ingin pulang, karena Lexy pasti tidak terlalu mencarinya, karena terlihat gadis kecil kembarannya itu membuat Lexy nyaman.“Kenapa melamun ?” Tanya kak Ari yang saat ini ikut duduk di samping Drupadi.Drupadi hanya mengangkat bahu dan tersenyum pada lelaki kemayu yang sudah dianggap seperti kakaknya tersebut.“Peluk aku kak Ari,” ucap Drupadi, yang tentu saja disambut dengan senang hati oleh Kak Ari. Tampak Kak Ari membelai sayang surai coklat milik Drupadi yang berada dalam pelukannya.“Ada masalah apa sayang … ?” Tanya kak Ari lembut. Tidak biasanya Drupadi seperti ini.“Lexy, aku menemukan keluarganya,” ucap Drupadi dengan suara bergetar, yang reflex membuat Kak Ari melepaskan pelukannya. Kak Ari tahu tentang Lexy dan bagaimana ia ditemukan. Karena panti asuhan yang merawat Lexy selama ini
Nara, Mommy dari Yuki dan Yuri, akhirnya menginjakkan kaki di tanah air, setelah dijemput oleh Papanya. Nara sendiri heran dengan penjemputannya yang tiba-tiba. Papa sendiri tidak menjelaskan alasannya.Nara menatap rumah masa kecilnya. Rumah yang menyimpan kenangan manis, sekaligus trauma terbesar dalam hidupnya. Nara menghela nafas panjang dan menguatkan hatinya untuk melangkah masuk."Yuki, Mama kangen nak," bisik Nara sebelum memasuki rumah tersebut. Trauma terbesar kehilangan Yuki, masih membekas sampai saat ini. Ia depresi dan sempat kehilangan dirinya. Hingga Papanya terpaksa mengungsikannya ke luar negeri untuk menjauhkannya dari kenangan Yuki. Bersama suaminya yang selalu setia menemaninya. Baby ... are you oke ?" tanya Ezi pada Nara, Istrinya yang tersenyum dalam kesedihan."Mama ...." Gadis kecil yang tidak lain adalah Yuri, berlari kecil menyongsong kedatangan Mamanya. Ia sangat merindukan wanita terkasihnya ini. Tapi untuk tinggal di luar negeri bersama kedua orang tuan
Setelah sadar, Kendra segera mengejar Drupadi. Tapi cewek androgini tersebut sudah tidak kelihatan. Kendra kembali ke ruangannya, duduk kembali dan merenungi tiap ucapan Drupadi. Tidak ingin mempercayai, tapi kedua mata Drupadi tidak menunjukkan kebohongan.Apakah ia harus menyerah dan tidak mengejar Drupadi lagi ? Karena rintangan restu yang akan dihadapi dua kali lipat lebih sulit.Bukan tidak mungkin, kedua orang tuanya akan mencarikan pendamping hidup untuknya. Seperti hal nya Nara, yang menikah dengan Ezi kareja perjodohan. Tapi hal baiknya adalah, Nara pada akhirnya jatuh cinta pada Suaminya tersebut. Tapi ini Drupadi, Bodyguard dengan latar belakang keluarga yang belum diketahui. Ditambah pengakuan tentang Drupadi yang tidak bisa hamil, akan makin mempersulit jalannya untuk mendapat restu.Kendra duduk diam, memijat keningnya yang terasa pening.Drupadi PovAku pergi, setelah mengatakan kebenaran yang harus Kendra ketahui, sebelum ia melangkah lebih jauh untuk meminta hatiku.
Memejamkan mata tanpa melihat yang terkasih, itu sangat sulit. Demikianlah yang sedang dialami Kendra.Akhirnya ia memutuskan untuk ke kamar Drupadi. Tanpa perlu mengetuk, ia hendak membukanya. Tapi sayang, pintu tertutup rapat. Akhirnya Kendra mencoba mengetuk pintu kamar Drupadi.Toook ... Toook !"Dru ...," panggil Kendra sambil mengetuk pintu kamar bodyguard spesial di hatinya tersebut. Tapi sayang, tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya Kendra kembali ke kamarnya. Tapi rasanya tetap saja gelisah karena belum melihat dan mendengar suara Drupadi. Kena pelet apa kamu,Kendra ?Beda Kendra beda juga yang sedang melanda Drupadi. Tampak Drupadi yang sedang duduk di atas ranjang. Ketukan dan panggilan dari Kendra tadi, sengaja tidak dipedulikannya. Hatinya sedang kacau balau.Kendra mulai bucin akut, dan Drupadi takut jatuh cinta. Ingin rasanya pergi jauh, agar bisa menjaga hati, walau itu pasti mulai terasa sulit. Tapi, jika ia pergi sekarang, dalam keadaan mencurigai seseorang san
"Mama dan Pak Dokter ... jangan memaksa, kak Dru tidak suka kalau ada yang melihat badannya. Badan kakak banyak bekas luka." Ucapan Yuki sepertinya manjur untuk menyelamatkan Drupadi dari kekepoan Nara dan juga Dokter Tristan.Nara tidak bisa membantah perkataan Yuki. Anaknya ini kalau bicara datar dan juga dingin, persis sekali seperti Drupadi. "Baiklah." Dokter Tristan mengalah dan hanya mengobati wajah dan juga lengan Drupadi saja.Tampak Drupadi yang menatap ke arah Yuki dan tersenyum pada adik kesayangannya tersebut. Ahh ... jika seperti ini, bagaimana dia bisa jauh dari adiknya ini. Yuki sangat melindunginya, walau itu hanya perlindungan kecil.Dokter Tristan pamit setelah mengobati Kendra. Nara mengantar ke depan. Saat Nara mengantar Dokter Tristan, tampak Aretha yang masuk ke dalam kamar Kendra."Kendra ... kamu kenapa ? luka lagi ? bodyguard kamu ini sangat tidak becus menjaga kamu !" ucap Aretha judes, sambil memeluk Kendra yang tidak siap akan pelukan itu, sehingga tidak
"Kakak berisik," ucap Kendra sambil tersenyum pada Nara yang terlihat hendak mengeluarkan taring. "Ayah !" pekik Yuki dan yuri bersamaan melihat siapa yang baru keluar dari kamar Drupadi.Yuki sedikit mengerutkan keningnya melihat Kendra yang keluar dari kamar Drupadi. Tapi pertanyaan itu akan ditanyakan nya nanti pada sang kakak.Sedangkan Nara terlihat menatap Drupadi yang hanya bersikap biasa saja. Datar tanpa perlu takut, toh Nara tahunya Dru adalah seorang pria. Jadi tidak ada masalah bukan, jika Kendra tidur di kamarnya. "Hi ... anak-anak Ayah," ucap Kendra lalu menggendong kedua keponakannya,yang pastinya sangat berat."Uhh ... Ayah masih bau banget." Yuri menutup hidungnya, karena memang Kendra baru bangun dan belum mencuci muka.Kendra menurunkan Yuki dan Yuri lalu beralih pada kakaknya."Semalam tidur di sini ?" tanya Nara yang dibalas anggukan Kendra. Sepertinya bucin Kendra tingkat akut. Dia sudah tidak peduli lagi bagaimana tanggapan kakaknya mengetahui dirinya yang ber
Langit masih sedikit gelap dan sepi saat Kendra dan Drupadi tiba di rumah. Tapi sebentar lagi hampir masuk pagi.Para maid sudah sibuk di dapur, tapi tidak dengan keluarga Kendra yang pasti masih terlelap tidur.Drupadi membangunkan Kendra yang perlahan mengerjap, membuka netranya."Bangunlah, kita sudah sampai," ucap Drupadi yang membuat Kendra segera bangun dari posisi tidur tidak nyamannya, tapi sedikit ada rasa nyaman karena elusan lembut pada rambutnya.Drupadi mengucapkan terimakasih pada saudaranya sebelum keluar dari mobil.Kendra segera masuk ke dalam rumah bersama Drupadi yang menuntunnya. Bukan sekali ini Kendra terluka. Berkali-kali pria di sampingnya ini terluka saat bersamanya."Jangan kembali ke kamarmu, aku tidak bisa tidur kalau kamu kembali ke kamarmu sekarang," ucap Kendra menahan tangan Drupadi yang hendak pergi setelah membantunya masuk ke dalam kamar.Drupadi menepis tangan Kendra."Auch ... tanganku terluka, semua luka." Kendra mulai lagi dengan gaya lebay nya.
Drupadi dan Kendra diikat bersama di sebuah ruangan pengap dan juga gelap. "Ken .... kamu baik-baik saja ?" tanya Drupadi khawatir pada keselamatan Kendra."Aku baik-baik saja, kamu bagaimana. ?" tanya Kendra yang juga tidak kalah khawatirnya pada Drupadi. Apalagi lengan Drupadi masih terluka karena melindungi dirinya."Aku baik, tenanglah, semoga bantuan segera datang." Drupadi masih berharap, teman-temannya akan menemukan dirinya dan juga Kendra.Brak !Pintu ruangan terbuka, menampilkan para penculik yang menatap tajam ke arah Kendra dan Drupadi."Jika kalian hanya membutuhkan aku sebagai sandera, maka lepaskan temanku ini !" Teriak Kendra kesal ke arah penculik yang malah tertawa nyaring."Ini, tandatangani kertas ini, setelah itu kalian bisa bebas," ucap salah satu penculik yang berwajah lebih garang daripada teman-temannya."Apa ini ? aku tidak mungkin menandatangani kertas yang aku sendiri tidak tahu apa itu !" Kendra menolak untuk menandatangani kertas tersebut."Bugh !" Sat
Akhirnya setelah perjalanan yang cukup melelahkan, mereka tiba di kuil yang berada di perbukitan yang jauh dari pemukiman."Kamu capek ?" tanya Drupadi mengkhawatirkan Kendra."Selama sama kamu, capeknya hilang." Gombal Kendra, walau sebenarnya ia sangat capek. Tapi, demi menemani Drupadi, rasa lelah itu hilang. "Hadeh ... bagaimana aku bisa sebucin ini sama Drupadi,"batin Kendra sambil tersenyum.Tapi sayang, perjalanan jauh mereka harus menemui kesia-siaan, karena Biksu yang mereka cari, tidak ada di tempat. Beliau sedang pergi selama berbulan-bulan dan tidak bisa dipastikan kapan kembali.Drupadi duduk sambil menatap langit yang mulai gelap."Ayo kita kembali, apa kamu tidak merasa lapar ?" "Kamu lapar ?" Bukannya menjawab, Drupadi malah balik bertanya. Karena dia tahu, Kendra bertanya begitu bukan menanyakannya, tapi mengajaknya untuk makan. Kendra mengangguk malu-malu karena ketahuan menahan lapar."Ayo cari makan, setelah itu kita pulang." Drupadi tersenyum pada bos nya tersebu
"Ehmmm !" Satu deheman membuat Drupadi refleks mendorong Kendra."Eh Kakak !" Kendra menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dibawah tatapan mengintimidasi yang ditunjukkan oleh Nara."Kalian ?" tanya Nara dengan tatapan tajam.Drupadi tampak bingung, karena selama ini, Nara menganggap dirinya adalah seorang laki-laki. Jadi, pasti saat ini, Nara berpikir kemana-mana."Itu ... aku tadi mengucapkan terimakasih karena Dru memiliki rekaman saat Aretha mencoba menjebakku." Kendra akhirnya menceritakan masalah ancaman Aretha untuk mengalihkan tanda tanya besar yang saat ini bercokol di kepala Nara pada apa yang dilihat tadi. Nara tampak manggut-manggut sambil sesekali melirik ke arah pemuda yang telah menyelamatkan anaknya itu dengan tatapan menyelidik tapi disertai senyum manis. Nara selalu dan akan selalu merasa berhutang budi pada pemuda yang sekarang menjadi bodyguard adiknya itu. "Hmmm ... kamu harus hati-hati pada Aretha. Sejujurnya Kakak tidak menyukai tingkahnya. Atlana lebih sopan
Pagi sudah mulai beranjak siang. Tapi terlihat Kendra yang masih meringkuk nyaman. Ia malah menarik selimut agar menutupi tubuhnya. Tapi saat ingat sesuatu, Kendara segera bangun. Tentu saja mencari Drupadi. Tapi tidak ada sosok bodyguardnya itu di dalam kamar. Padahal, semalam ia tertidur dengan merebahkan kepala pada pangkuan Drupadi."Aish .... pergi kemana lagi dia ?" kesal Kendra lalu segera beranjak dari sofa, tempat ia tidur semalaman.Kendra keluar kamar untuk mencari sosok yang sangat dirindukannya itu.Tapi sampai mengobrak-abrik kamar Dru, juga tidak tampak batang hidungnya. Kendra benar-benar frustasi. Ia berjalan menuju tempat latihan dan juga taman belakang yang biasa digunakan Drupadi untuk berolahraga, juga nihil."Aku akan mengurungmu di kandang macan kalau ketemu !" monolog Kendra dengan hati yang sangat kesal sambil meremas rambutnya.Ia lalu kembali lagi ke kamar dan segera menghubungi bodyguardnya tersebut. Tapi nomor yang dihubungi tidak aktif. "Sial !" maki Ke